Dwi Ananta Sari

Dear beauties 🌼🌼🌼

Apa kabar kalian? Semoga kita senantiasa sehat, bahagia, dan waras ya. Hahaha...

Salah satu hal yang membuatku tetap bahagia (dan waras tentunya) adalah dengan rutin melakukan perawatan wajah. Gak harus perawatan di klinik kecantikan, cukup bisa me time dengan maskeran setiap hari di rumah saja rasanya tuh sudah senang banget. Bagaimana dengan kalian?

Nah jadi tuh mulai dari awal tahun, aku lagi senang banget maskeran menggunakan jelly mask dari Eileen Grace. Texture dan wangi maskernya itu satisfying banget saat diaplikasikan di wajah loh!

Tanpa berbasa-basi, yuk baca reviewku ini...

Hai beauties! Kali ini aku mau memperkenalkan dan mereview tentu saja, series terbaru Water Bank dari LANEIGE yang baru di launching di bulan Maret yakni,  LANEIGE Water Bank Blue Hyaluronic Serum & Cream 💧

Haiii beauties, kali ini aku kembali lagi dengan review skincare dari Re.Set The Skin. Ini adalah skincare lokal yang baru saja launching di bulan Februari dan ya sudah hampir sebulanan ini aku memakainya. Produknya itu terdiri dari; 2% BHA Pore-refining Exfoliant, 10% Niacinamide + 2% Alpha Arbutin Brightening Serum, 1% Actosome Retinol Serum, dan 2% Actosome Retinol Skin-restoring Serum. Dan semuanya akan kureview di sini. Terimakasih untuk Re.Set The Skin dan Jakarta Beauty Blogger yang sudah mempercayakanku mencoba produk ini 💕.

Kita bisa berencana tetapi tuhanlah yang menentukan. Sering kita mendengarkan kalimat itu bukan? Sering juga kubercerita tentang aku yang memiliki trauma melahirkan, karena itulah setelah 4 tahun berlalu barulah kumerasa siap untuk memberikan Ghaza seorang adik. Qadarullah sebulan setelah ulang tahun Ghaza yang ke-5 aku pun hamil.

Merasa tak mau bersusah payah lagi menanti pembukaan lengkap tetapi ujung-ujungnya SC juga karena masalah medis, aku pun berniat untuk melahirkan secara SC saja dikehamilan kedua ini. Kecuali dokter bisa menjamin aku tak bakalan SC setelah pembukaan lengkap lagi... tapi itu diluar kuasa manusiakan...

Baca juga: Melahirkan, Antara Harapan dan Kenyataan

HPL-ku akhir Agustus, aku dan Pai pun berencana untuk memilih tanggal 21 atau 25 Agustus. Pai bahkan sudah mengajukan cuti melahirkan untuk bulan Agustus. Saat itu masih tersisa 2 bulan lagi sebelum waktu melahirkanku. Baju bayi dan peralatan melahirkan juga belum kami persiapkan karena merasa masih banyak waktu untuk itu...

24 Juni 2021, aku terbangun di pagi hari dengan pinggul dan panggul yang terasa amat sakit. Aku bahkan sempat berkata kepada Pai kenapa ya kok rasanya aku sudah mau melahirkan. Saat itu Pai menawarkan diri untuk tidak ke kantor tapi ku menepis firasat tak enak itu dan melepasnya ke kantor dengan catatan Hp-nya harus dalam keadaan bisa dihubungi. Nanti di sore hari kami berniat mengontrol kandunganku ke dokter karena memang dari kemarin kumulai pendarahan lagi dan sering mengalami kontraksi palsu.

Baca juga: Kisah Kedua; Minggu ke-18

Seharian itu aku hanya berbaring mengistirahatkan diri sambil sesekali mengelus perutku dan berbicara dengan anakku di dalam sana untuk tumbuh dengan sehat dan kuat, juga agar dia jangan segera lahir. Waktunya belum tiba, masih ada 2 bulan lagi, jangan dulu lahir karena bundanya ini belum mempersiapkan apapun. Jangan dulu lahir, karena belum tentu semua organnya telah sempurna...

Sore hari berlalu, rencana untuk ke dokter diundur ke malam hari karena ada tugas di kantor yang tidak bisa Pai tinggalkan. Malam pun datang tapi Pai belum juga pulang dari kantor, bahkan hp-nya tak bisa dihubungi. Kesal dan cemas, ku hanya bisa berpasrah sambil membaringkan diri, memohon dalam hati agar tidak melahirkan. Agar semuanya baik-baik saja. Lalu kontraksi yang konstan itu pun di mulai...

Jujur saat itu kejatuhan mentalku dimulai... Gelombang demi gelombang rasa sakit yang konstan datang, tak bisa menghubungi Pai, kecemasan dan ketakutan yang semakin menumpuk. Pai dimana? Apa dia baik-baik saja? Kenapa hp-nya tidak bisa dihubungi? Dia tidak kecelakaankan? Apakah anakku akan baik-baik saja? Apa lebih baik ku pergi sendiri saja ke rumah sakit?

Ketika Pai datang, rasanya ku ingin mengumpat dan mengomel panjang lebar tetapi tak memiliki tenaga untuk itu. Aku malah berusaha untuk menyangkal bahwa akan melahirkan dan memilih berbaring dan mengatur pernapasan saja. Tapi gelombang itu malah semakin cepat dan sakit...

Saat itu sekitar jam 10 malam, dengan menggunakan taksi online kami pun menuju ke Rumah Sakit dimana aku melakukan kontrol kehamilan selama ini. Selama perjalanan aku masih bisa duduk tenang meskipun gelombang itu datangnya makin sering, hanya tangan Pai yang kucengkram kuat-kuat.

Setiba di rumah sakit, kami menuju UGD. Langsung dipersilahkan duduk oleh suster yang bertugas dan ditanyai apa keluhanku. Aku yang saat itu kesakitan tak bisa duduk tenang, memilih untuk berdiri dan mengatakan bahwa sepertinya sudah akan melahirkan. Susternya pun menanyakan namaku, nama dokterku, usia kandungan, kapan terakhir haid, dan entah masih banyak lagi. Yang tentu saja yang bisa kujawab dengan tepat hanya 3 pertanyaan pertama, kusudah tak bisa mengingat apapun karena rasa sakitnya. Apa mereka tak punya rekam medisku? Lalu ku dipersilahkan untuk ditimbang kemudian berbaring untuk dicek pembukaanku.

Dan ya disinilah mentalku benar-benar hancur lebur. Dalam posisi berbaring dan kaki mengangkang, sakit yang datang dan pergi, serta suster yang berusaha memasukkan tangannya untuk mengecek pembukaanku... seperti aliran listrik dari vagina ke kepala, rasa sakitnya membakarku. Suster mengomel menyuruhku tenang karena tak bisa melaksanakan tugasnya, Pai yang mengusap-usap kepalaku, dan rasa sakit yang semakin menjadi-jadi. Suster hilir mudik, pertanyaan demi pertanyaan, demi anak di dalam sana kata mereka yang jujur saat itu tak lagi kupedulikan. Yang ada saat itu adalah rasa sakit yang tak tertahankan.

Aku meminta SC! SEGERA! Tolong keluarkan anak ini. Tolong sudahi sakit ini. Lalu Rumah Sakit itu tiba-tiba mengatakan tak ada inkubator yang tersisa milik mereka, mereka mengarahkan kami untuk ke RS L atau RS A. Karena RS L adalah RS umum, meskipun jaraknya lebih dekat tapi dengan adanya covid ini, kami memilih pergi ke RS A yang lebih jauh tapi adalah Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak. Jangan tanya bagaimana aku bisa diajak mengambil keputusan saat itu, aku pun tak ingat, mungkin Pai yang mengambil keputusan saat itu.

Entah, mungkin aku yang terlalu banyak menonton serial dokter US dan Korea, sehingga berekspektasi terlalu tinggi. Aku kira saat mereka menyarankan pindah Rumah Sakit, mereka akan mengantarku dengan ambulans. Nyatanya kami dipersilahkan berangkat sendiri. Kembali menggunakan taksi online kami pun berangkat menuju RS A. Sepanjang jalan aku berulang kali berteriak karena sakit yang sangat, berulang kali meminta maaf kepada Bapak Pemilik Taksi Online, mencengkram pegangan di atas pintu mobil dan juga tangan Pai. Untunglah Bapak pemilik mobil itu sangat baik, sama sekali tidak mengomel malah balik menenangkanku setiap kali kumeminta maaf.  Entah bagaimana kondisi mobilnya karena saat itu aku dalam keadaan tak lagi memakai dalaman padahal darah sudah mulai ke luar.

Haaaa... jujur, membutuhkan waktu sangat lama hingga kubisa merampungkan cerita ini. Sangat sulit menuliskannya. Proses melahirkanku kali ini menimbulkan trauma, melahirkan Ghaza rasanya tak ada apa-apanya. Kembali mengenang kejadian kali itu membuat dadaku sesak sehingga sulit untukku bernapas, tanganku pun gemetaran.

Baca juga: Melahirkan, Antara Harapan dan Kenyataan Part 2

Sesampai di RS A, aku langsung dipersilahkan berbaring sementara Pai mengisi data. Lalu proses pengecekan pembukaan dimulai kembali; suster hilir mudik, omelan demi omelan, Pai yang berusaha menenangkanku, aku yang berteriak, aku yang meminta maaf ke suster dan bidan karena tak bisa tenang dan kooperatif saat diperiksa, rasa sakit, rasa sakit, rasa sakit yang semakin memuncak. Dan duar seperti balon yang meletus, air ketubanku menyembur. Suster basah, aku pun kuyup dengan darah, air dan lendir, dan ya jangan lupakan rasa sakit itu.

Suster dan dokter berusaha menasehatiku, ayo bu tenang demi anak ibu di dalam sana, ayo bu tenang periksa pembukaan ini penting agar posisi bayi ketahuan agar tindakan selanjutnya bisa diambil, ayo bu tenang lahir normal sangat mungkin karena bayi kecil selama posisinya tepat, ayo bu... Tapi seperti yang kukatakan sebelumnya, mentalku sudah hancur.

Yang ada saat itu adalah rasa sakit. Sakit yang sangat sakit. Seperti komik neraka yang kubaca saatku SD, tentang pendosa yang diikat kedua kaki dan tangannya lalu ditarik hingga tubuhnya tercabik menjadi empat bagian, lalu tersambung kembali untuk kemudian dicabik kembali, begitulah mungkin yang kurasakan saat itu. Aku ingin mereka mengakhirinya. TOLONG!!!

Dokter kemudian mengiakan permohonan SC ku karena khawatir air ketuban telah mengering. Suster membantu melepas pakaianku, kemudian membersihkan tubuhku yang terbaring telanjang di atas ranjang rumah sakit yang digenangi darah dan lendir dari ketubanku. Sudahkah kubilang kami belum mempersiapkan apa pun? Itu termasuk sarung, baju ganti, baju bayi, dan ya kami ke rumah sakit itu tanpa membawa apapun. Aku juga tak mengambil pusing hal itu, terserah orang melihatku telanjang, kotor berkubang darah dan lendir, rambut awut-awutan dan lengket, dan air mata yang tak henti mengucur, rasa sakit tak tertahankan itu membuatku mati rasa terhadap apa pun kecuali rasa sakitnya.

Mengkhawatirkan anakku bahkan tidak. Aku hanya ingin tak merasakan apa pun...

Lalu semuanya terasa samar, aku dipakaikan baju operasi, dituntun ke ruang operasi, dibaringkan, dan akhirnya disuntikkan obat bius.

Dengan menghilangnya rasa sakit, perlahan kewarasanku kembali, aku mendengar dokter yang berkutat mencari posisi bayiku, aku merasa organku yang diobok-obok dalam prosesnya, dan aku bisa kembali berdoa dan mengkhawatirkan bayiku... Aku juga sempat mengeluh susah bernapas saat merasa beberapa organ didorong ke atas dan menghempit paru-paruku...

"Duh belum pi kudapat kepalanya."

"Nah, kudapat mi."

"Astaga kecilnya dok."

"Berat 1,9kg dok, nangis ji tapi kecil sekali."

Dan sederetan percakapan yang kutangkap saat itu..

Bayi laki-lakiku lahir di usia kandungan 30 minggu pada hari Jumat, tanggal 25 Juni 2021, jam 00.40.

Tentu saja harapan untuk IMD tidak bisa dilaksanakan. Jahitanku ditutup, aku pun dipindahkan ke ruang pemulihan...

Saat itu sambil mendorongku, perawat berkata, "Ai dak bisa meki lahiran normal ini Bu, harusmi SC lagi."

"Dak mau ma hamil lagi!" kataku dan air mata pun bergulir hingga kuterlelap...

Selain lipstik, complexion mungkin makeup yang paling sering menarik perhatianku. Base makeup yang satu ini bagiku adalah kunci untuk mendapatkan hasil wajah yang flawless karena menutupi segala kekurangan pada kulit. Cukup bermodalkan complexion dan lipstik, sudah membuatku ready berkegiatan seharian. Bagaimana dengan kalian? Apa must item makeup-mu?

Karena itulah saat Y.O.U melaunching complexion seriesnya, dalam hati ku langsung berkata ingin mencobanya dan memasukannya ke dalam daftar wishlist belanjaanku. Ya, jodoh memang gak kemana, seperti yang mungkin sudah kalian duga, aku akan mereview SEMUA series complexion dari Y.O.U ini, yakni NOUTRIWEAR+ series... Thank you Jakarta Beauty Blogger 😊

Adalah rangkaian produk kompleksi dasar yang menghadirkan teknologi Innovative Litestay TM dan Immortelle C-look Essence untuk memberikan riasan yang tahan lama dan sempurna sekaligus merangsang produksi kolagen dalam kulit yang meningkatkan elastisitas dan menutrisi kulit.

Memadukan kecanggihan teknologi Litestay, C-look Essence dan Filmexel dengan kandungan terbaik bersumber dari alam. Bunga immortelle yang berasal dari Perancis menjadi salah satu kandungan alami utama dalam produk ini.

Juga telah teruji secara klinis bebas dari penyumbatan pori yang menyebabkan komedo, meningkatkan tampilan wajah yang lebih memukau sekaligus menutrisi kulit, dan nyaman dipakai seharian.

Dengan semua klaim ini, siapa sih beauties yang gak tergoda, ya kan?!

Series ini terdiri dari Velvet Liquid Foundation, Flawless Cushion Foundation, Complete Cover Concealer, Silky Pressed Foundation, Airy Fit Loose Powder, dan Makeup Stay Lock Mist.

• Diformulasikan dengan teknologi inovatif Litestay TM, memberikan hasil aplikasi yang ringan di kulit, menjaga tampilan riasan yang sempurna hingga 24 jam. 

• Dengan formula alami dari ekstrak bunga Immortelle yang menstimulus produksi kolagen sebagai antioksidan yang menjaga elastisitas kulit. Kandungan alami lainnya, Centella Asiatica berguna menghidrasi kulit dan sekaligus menenangkan peradangan.

• Mengandung Soft Light Diffusing Powder yang dapat menutup garis halus, kemerahan, dan ketidaksempurnaan lainnya, serta menyerap sebum berlebih untuk hasil akhir velvet-matte tanpa membuat kulit terasa kering

• SPF 25 & PA +++

Ukuran: 20ml

Harga: Rp 89.250

Dikemas dalam dus yang dominan berwarna nude dengan keterangan lengkap di setiap sisinya. Produknya sendiri dikemas pada botol kaca bening yang memperlihatkan isi produknya, tutupnya berwarna emas yang senada dengan warna tulisan brandnya, yang secara keseluruhan membuat produk ini terlihat elegan, berkelas, mewah dan glamour.

Tutup emasnya mengunci dengan kuat, dan untuk mengeluarkan produknya terdapat pump yang sangat membantu mengontrol keluarnya produk sesuai kebutuhan kita.

Texture produk ini semi cair yang sangat mudah di blend dan di ratakan di kulit. Cukup ringan di kulit. Saat produk dikeluarkan tercium bau parfum yang syukurnya saat diaplikasikan wanginya itu memudar. Ya sebagai pemilik hidung sensitif, wangi artifisial cukup mengganggu untukku, syukurnya tidak sampai membuatku bersin-bersin sih.

Produk ini menutupi dengan baik kekurangan di kulit dan long lasting dengan full coverage, hanya saja sebagai pemilik kulit kering, dibeberapa bagian agak patchy. Balik lagi sih akunya memang bukan orang yang sabaran dalam mengaplikasikan foundation, hahaha... Maybe, foundationnya belum menempel dengan baik apa lagi kulitku memang kering. Setelah kuakalin dengan menyemprotkan terlebih dahulu Stay Lock Mist-nya, hasilnya terlihat jauh lebih baik. Oh ia aku menggunakan shade W703 Warm Ivory.

• Full Coverage. Mengandung Soft Light Diffusing Powder yang dapat memantulkan cahaya dari garis halus, kemerahan, dan ketidaksempurnaan kulit lainnya untuk hasil riasan yang halus.

• Teknologi Litestay TM. Riasan melekat dengan baik terkendali selama lebih 16 jam.

• Diresapi dengan ekstrak bunga Immortelle sebagai antioksidan, yang juga dikelan untuk menjaga elastisitas kulit. Juga dengan Centella Asiatica yang dikenal untuk menenangkan peradangan kulit dan meningkatkan hidrasi kulit.

• SPF 40 PA +++

• Kemasan ringkas agar mudah digunakan saat bepergian.

Ukuran: 11g

Harga: Rp 149.000

Dus produk ini juga bernuansa nude yang memuat keterangan lengkap mengenai produk ini disetiap sisinya. Cushionnya sendiri dikemas seperti cushion kebanyakan. Puffnya terbilang unik karena berbentuk segitiga di atasnya.

Texture produk ini tidak terlalu berbeda dengan liquid foundationnya, meskipun begitu karena ini cushion jadi pengaplikasiannya jauh lebih mudah dan praktis. Menempel dengan baik di kulit dan tidak cakey maupun patchy.

Wanginya juga seperti liquid foundationnya, hanya jauh lebih samar dan tidak mengganggu.

Well, pada dasarnya aku memang pencinta cushion karena kepraktisannya dan tak perlu kesabaran yang banyak untuk diratakan. Hasilnya medium to full coverage dan cukup long lasting meskipun di segi ini liquid foundation jauh lebih juara.

Untuk Cushion ini aku menggunakan shade C304 Pink Nude, yang tonenya lebih cocok di kulitku.

Hadir dengan ujung kuas bersudut presisi yang memastikan aplikasi mudah dan tepat sasaran, sempurna untuk menutupi semua ketidaksempurnaan. Full Coverage 24H, sekaligus mengontrol sebum berlebih tanpa membuat kulit terasa kering. Formula collagen-lock dari ekstrak bunga Immortelle sebagai antioksidan yang menjaga elastisitas kulit, dengan Centella Asiatica untuk menghidrasi kulit dan menenangkan peradangan.

Ukuran: 4,5g

Harga: Rp 49.300

Tidak menggunakan dus, keterangan lengkap produk ini terletak pada plastik segelnya, yang sayangnya saat dilepas kita tak bisa lagi membaca keterangannya. Juga dikemas seperti concealer kebanyakan tapi sedikit lebih montok, yang malah terlihat seperti lipcream. Cute sih dan enak digenggam.

Tutupnya yang bermodel ulir mengunci dengan kuat. Aplikatornya besar dengan sudut yang meruncing, sehingga produk gampang diaplikasikan, meskipun karena besarnya itu kadang kebanyakan dalam penggunaannya.

Untuk texturenya juga semi cair tapi jauh lebih ringan lagi dibandingkan texture liquid foundationnya. Mudah diaplikasikan dan diratakan di kulit, serta tidak creasing pada area bawah mata maupun sudut hidung. I love it, karena bagi pemilik kulit kering sepertiku sangat susah menemukan concealer yang bersahabat di kedua area itu.

Hampir tak ada aroma pada produk ini dan tentu saja hal ini menjadi nilai plus lainnya.

Aku menggunakan shade 04 Light untuk Concealer ini.

Adalah foundation bedak halus yang menutrisi kulit dengan Soft Light-diffusing Powder dan Immortelle C-look Essence, yang memberikan sentuhan halus seperti sutra hingga 24 jam sambil mengontrol sebum berlebih.

SPF 25 PA +++

Ukuran: 7g

Harga: Rp 89.250

Dengan dus bernuansa sama dengan semua series NOUTRIWEAR+ ini yang memuat keterangan disetiap sisinya. Produknya sendiri dikemas seperti compac powder kebanyakan yang berbentuk persegi panjang. Yang membuatnya istimewa, tutupnya itu mengunci rapat dan halus menggunakan magnet yang membuat packagingnya terlihat mewah dan mahal.

Texturenya halus dan menutupi kekurangan kulit dengan baik, serta tak ada aroma apapun yang tercium saat menggunakannya.

Puffnya sangat membantu meratakan produk ke kulit tanpa membuatnya menggumpal. Tidak membuat makeup lain bergeser dan memberikan tampilan matte tapi tidak cracking atau pun cakey.

Oh ia aku menggunakan shade C304 Pink Nude

Adalah bedak tabut bernutrisi yang ringan, dengan Soft Light-diffusing Powder dan Immortelle C-look Essence, menahan riasan pada tempatnya dan mengontrol sebum selama 24 jam.

Ukuran: 15g

Harga: Rp 59.075

Seperti semua series dari NOUTRIWEAR+ ini, dusnya bernuansa nude dengan keterangan lengkap di setiap sisinya.

Bedaknya sendiri dikemas pada wadah plastik keras berbentuk bulat yang super cute. Dilengkapi dengan puff yang tak kalah cutenya dengan lubang-lubang yang mengontrol keluarnya bedak tabur ini. Puff-nya sendiri sangat lembut dan sangat membantu untuk mengaplikasikan bedaknya. Meskipun aku lebih suka menggunakan brush sih, yang akan memberikan penampilan jauh lebih ringan dan natural.

Butiran bedaknya kecil dan ringan, mudah diaplikasikan, tidak menggumpal dan menyempurnakan hasil matte makeup kita. Tak ada wangi yang mengganggu, meskipun bagi pemilik hidung sensitif, memakai bedak tabur sangat beresiko membuat bersin-bersin.

Dan ya sebenarnya aku paling jarang menggunakan bedak tabur, karena selain membuatku bersin, juga kulitku yang kering ini seringnya tak bersahabat dengan bedak tabur. Ada aja yang menyebabkan hasil makeupku malah cakey, patchy, ataupun bergaris-garis. Tapi bedak tabur ini terbilang ringan apa lagi jika mengaplikasikannya menggunakan brush. Aku suka bagaimana complexion sebelumnya terasa terkunci setelah diaplikasikan bedak tabur ini. Dan meskipun kulitku kering, makeupnya tidak pecah, bergaris, ataupun bergeser setelah pemakaian. Love it! 💕

Oh ia aku pakai shade W804 Natural Buff.

Adalah setting spray yang menutrisi kulit, yang mengandung bahan pembentuk lapisan yaitu Filmexel, serta Sodium Hyaluronite, dan Immortelle C-look Essence yang membantu mengunci makeup secara efektif hingga 12 jam.

Cara pakai: Semprotkan produk secara merata pada jarak 20cm dari wajah dengan mata tertutup. Dapat digunakan sebelum, sesaat, dan setelah makeup untuk hasil yang maksimal.

Ukuran: 55g

Harga: Rp 49.300

Dikemas dalam botol plastik bernuansa nude dengan semprotan model spray di atasnya. Ada tutup bening yang mengunci dengan kuat sehingga produk tidak akan tertekan dan tumpah. Keterangan mengenai produk terletak di belakang botolnya.

Texture seperti air dengan butiran yang kecil dan memiliki wangi artifisial yang tak mengganggu. 

Membuat kulit terasa segar dan lembab sehingga makeup menempel lebih baik. Untuk pemilik kulit kering ini sih must item menurutku. Butirannya yang kecil itu meresap dengan baik di kulit tanpa membuatnya becek. Aku sukai memakainya sebelum memakai makeup dan kusemprotkan ke beauty blender saat meratakan liquid foundation. Hal itu membuat foundation melekat lebih baik.

Tapi kukurang suka mengaplikasikannya setelah memakai makeup full, seringnya kudapati blush dan highlighterku bergeser. Di aku cocoknya sebelum memakai makeup dan setelah semua complexion selesai digunakan sih.

Semua produk Y.O.U NOUTRIWEAR+ ini telah

Aku pribadi cukup puas dengan complexion dari Y.O.U ini 😊. Mulai dari segi packaging yang terlihat mewah hingga performa di kulitku yang kering dan sensitif ini. Bahkan seharian memakai makeup, kulitku tidak terasa gatal, padahal biasanya jika terlalu lama bermakeup, dengan full complexion, kulit wajahku akan terasa gatal dan nantinya akan memerah. Senang sekali aku cocok dengan complexion ini.

Ya meskipun tetap memiliki beberapa kekurangan, seperti liquid foundationnya yang agak patchy di beberapa bagian kulitku, tapi dengan produk lainnya bisa menutupi kekurangannya itu. Beberapa produk juga memiliki wangi artifisial yang agak mengganggu tapi tak sampai membuatku meleran. Aku juga yang biasanya tak suka memakai loose powder, malah jatuh cinta dengan produk dari Y.O.U ini. Dan dalam segi harga, cukup terjangkau!

Berikut adalah hasil makeupku menggunakan Liquid Foundation, Concealer, Loose Powder, dan Setting Spraynya.

Kalian bisa membeli semua produk Y.O.U NOUTRIWEAR+ ini di Offline Store di berbagai lokasi di Indonesia dan Online Store Shopee 

Perempuan itu mendapati bahwa ia semakin sulit merangkai kata. Kata-kata berlarian di kepalanya tak mampu ia satukan, tak bisa ia susun menjadi sebuah paragraf yang utuh. 

Dengan keras kepala kata-kata itu berloncatan ke sana ke mari, menggodanya, mengejeknya. "Kau telah lama melupakan kami, perkakasmu telah usang, selamat mengasahnya kembali."

*****

Dan ya, nyatanya aku memang sudah lama tidak menulis kisah. Sekalinya menulis, yang kutulis hanyalah review atau sekedar laporan keseharian tanpa susunan diksi yang menarik. Aku bahkan lupa kapan terakhir membuat cerita fiksi.

Ide menulis sangat banyak, tapi karena tak pernah lagi menulis, ide itu hanya berakhir sebagai ide, promp, garis besar cerita, yang kini sangat sulit kurangkai, kuwujudkan, dalam sebuah cerita. Kucoba menuliskannya di awal tahun ini tapi segera kuhapus kembali karena merasa tak puas dengan susunan kalimatnya. Terlalu kaku, terlalu membosankan, tak lulus standar kelayakan baca olehku sendiri.

Aku rindu bersahabat dengan kata-kata lagi. 

Aku perlu seperti ini, sesering mungkin bercengkrama dengan mereka, hingga mereka mempercayaiku kembali dan kami bisa kembali berteman.

Apa yang diberikan sebuah gambar? Sebuah gambar nyatanya bisa mengingatkanmu akan banyak hal. Memori-memori yang terlupakan dan tersisihkan karena rutinitas sehari-hari, bermunculan, dan membuatmu tersenyum, atau menangis saat melihatnya.

Karena itu kita sangat menyukai mengambil gambar, mengabadikan kenangan dan menyimpannya untuk sewaktu-waktu kita lihat. Jika kita merasa penat atau sedang merindu, potongan gambar, seringnya mampu mengobatinya. Seperti membuka kotak pandora, dan yang tertinggal adalah harapan.

Gambar ini diambil saat kami berlibur ke Tanjung Bira di bulan November 2020. Itu kali terakhir kami menyempatkan diri berlibur. Saat itu kami masih bertiga. Kini telah ada sosok baru yang menemani, dan aku sangat ingin berlibur kembali. Liburan pertama untuk kami berempat...