Sore hari, saat matahari bersiap-siap pulang ke Barat, saat sinarnya tidak lagi menyengat kulit, Ghaza segera memakai sendal merahnya dan keluar rumah. Hal ini adalah kebiasaan rutinnya.
Ghaza akan berjalan-jalan tidak tentu arah, membiarkan kakinya yang lincah membawanya kemana ia suka. Mendongakkan kepalanya mengawasi awan yang berarak malas, burung-burung yang berceloteh riang gembira, dan layang-layang nun jauh di sana yang diterbangkan kakak-kakak tak berwajah. Jika ia beruntung, angin sepoy-sepoy bertiup menyegarkan badannya dan layang-layang di atas sana akan menari-nari bahagia. Dan ia turut mengiringi dengan lagu yang ke luar dari mulut mungilnya.