“Permisi…
Kiriman… Permisi…”, suara itu mengagetkanku dari tidur-tidur ayam selagi
menyusui Ghaza. Ghaza sendiri ternyata telah tertidur lelap, pelan-pelan aku
bangkit dan membuka pintu rumah. “Tunggu!” teriakku membalas teriakan Pak Kurir.
Kiriman
apa ya? Tanyaku saat itu. Soalnya aku memang sedang tidak menunggu paket saat
ini, kecuali paket belanjaanku dari Sociolla. Tapi paket dari Sociolla palingan
datangnya 4 atau 5 hari lagi, soalnya baru kemarin dulu aku berbelanja di sana
dan baru kemarin email konfirmasi pembayaranku kuterima. Masa sih sudah sampai
sekarang?
“Dwi
Ananta?” tanya Pak Kurir itu.
“Iya”,
jawabku. Ia pun menyodorkan sebuah paket yang terbungkus plastik bening berlogo
perusahaan pengiriman. Aku pun segera mengambil paket tersebut dan mengucapkan
terimakasih. Nampak jelas kotak berwarna merah jambu bertuliskan “Pretty things
inside” di dalamnya. Dari Sociolla!
Wahhhh
tak sangka belanjaanku cepat banget sampainya ^^
Ini
merupakan Sociollabox keduaku, box pertama adalah freebies yang kudapatkan
karena bergabung dengan SociollaBlogger. Sensasi menerima Sociollabox pertama
itu mendebarkan, senang, penasaran, dan bahagia campur aduk menjadi satu.
Soalnya aku gak tahu produk kecantikan apa yang ada di dalam box tersebut. Saat
menerimanya dengan kalap aku langsung membukanya tanpa sempat memotretnya dulu.
Ketika melihat isinya sontak aku langsung berahhhh ohhhh wahhhh dan
senyum-senyum kegirangan. Sociolla ini tau banget deh kesukaanku. Hihihihi…
review produknya menyusul ya ^^
Nah
Sociollabox kedua ini adalah barang yang kubeli sendiri (cerita tentang
pengalaman berbelanjanya ku skip dulu ya, lebih semangat nyeritain sensasi
membuka boxnya) jadi aku pastinya sudah tahu dong isinya apa. Tapi sensasi
mendebarkan, senang, dan bahagianya tetap ada. Ini seperti menerima hadiah dari
diri sendiri. Kado dari orang yang paling mengenal dirimu luar dan dalam.
Dipacking
dalam kotak pink yang cantik.
Dengan
percaya diri aku bisa sesumbar bahwa aku memiliki kulit yang sehat dan wajahku
terlihat awet muda. Meskipun wajah yang terlihat awet muda itu didukung tubuh
yang mungil dan pembawaan yang kekanak-kanakan si… hahaha… Tapi ya tetap saja
AWET MUDA! Masih sering dikira anak SMA, kalau lagi sial dikira anak SMP.
Hahahaha…
Nah
dikesempatan ini aku mau membagi sedikit rahasia kulit sehatku *to the point
hahaha… ini nulisnya ditengah malam nyuri-nyuri kesempatan saat Ghaza bobo si*.
Ya sebenarnya ini gak rahasia-rahasia amat, banyak orang yang sudah
mempraktekannya juga.
Jadi
apa rahasianya???
Jadi
gini, setiap bangun pagi tuh aku pasti langsung minum air putih. Setelah itu
aku minum jus buah atau jus buah mix sayuran. Buahnya gak perlu buah-buahan
yang mahal, apalagi sayurnya. Cukup buah-buahan yang sering kita temukan di
pasar dengan harga yang murah meriah. Atau di kasusku buah-buahan dan
sayurannya dari kebun mertua yang pastinya segar dan organik. Pisang, pepaya,
buah naga, mangga, sirsak, markisa, dll.
Buah-buahan
itu kublender dengan sedikit air dan tanpa diberi gula. Kalau pun ingin ada
sedikit sentuhan rasa manis selain rasa manis buahnya, maka kutambahkan 1-2
sendok madu. Jika punya food procesor yang bisa memblender tanpa tambahan air
si malah lebih bagus lagi ya. Jusnya memang bertekstur lumayan kental tapi
disitulah enaknya dan membuat kita kenyang loh. Cocok juga buat yang ingin
diet.
Jusnya
bisa dari satu buah atau satu sayuran, bisa juga dari berbagai buah atau
berbagai sayuran, dan bisa juga campuran antara keduanya. Aku si seringnya
campur ya. Jadi rasanya lebih unik. Untuk sayur aku baru mencoba wortel, tomat,
bayam, seledri dan sawi. Dan semua itu enak buat dijus.
Manfaat
ngejus di pagi hari itu selain membuat kulit sehat karena mendetoks tubuh dari
racun-racun yang ada juga menyehatkan badan kita dan menstabilkan berat badan.
Keuntungannya banyak dan rasanya enak! Makanya aku doyan!
Ohh
ia, kadang aku lihat ada yang membuat jus tapi hanya mengambil sarinya saja,
sementara “ampasnya” itu dibuang. Salah besar menurutku! Gizi di ampasnya itu
yang paling banyak dan membuat kita kenyang sehingga aktifitas sehari-hari
dapat dikerjakan dengan jauh lebih bersemangat.
Tapi
kadang jika sedang malas atau sedang ingin mengunyah-ngunyah di pagi hari, ya
buahnya langsung kumakan gitu saja si. Jauh lebih praktis! Hahaha… tinggal
ditambah toping madu dan virgin olive oil… yummy~
Jadi
cuma itu rahasianya?
Ia
cuma itu. Dan ngefek banget loh di aku *kedip-kedip centil*.
Sekian
postingan kali ini ^^ mari hidup sehat…
Bonus
pamer sayuran hasil kebun mertua… lalalalala…
Seharusnya
cerita proses melahirkan Ghaza selesai di postingan sebelumnya, karena ya
apalagi yang mau diceritakan mengenai melahirkan ketika telah sampai di saat
Ghaza lahir dan operasiku selesai. Sayangnya ternyata drama itu berlanjut…
Operasi
selesai. Saya digiring menuju kamar pemulihan. Di sana telah menunggu Pai, Ibu,
dan Mama. Biusku masih bekerja sehingga saya tidak merasakan apa-apa dan belum
bisa menggerakkan anggota tubuh dari pinggul ke bawah. Rasanya menenangkan.
Mereka bercerita tentang putraku dan memperlihatkan fotonya. Ia, saya belum
bertemu dengannya. Dan tentu saja saya gagal IMD.
Dua
jam di kamar pemulihan, saya pun dipindahkan ke kamar inap. Oh ia, di luar
obat, alhamdulillah semua biaya ditanggung BPJS. Satu kekhawatiran hilang. Dan
saya pun tertidur pulas hingga esok hari.
Paginya,
saya sudah mulai dapat menggerakkan jari-jari kaki dan nyeri operasi mulai
kurasakan. Rasanya lumayan, tidak sesakit semalam. Perlahan-lahan pengaruh obat
bius itu menghilang… dan wahhhh luar biasa! Bagi seseorang yang tidak pernah
dirawat di Rumah Sakit, nyerinya itu luar biasa. Tapi masih dapat kutahankan,
setidaknya saya tidak sampai mengerang-erang dan menangis seperti semalam. Saya
hanya bertanya-tanya, kapan akan bertemu dengan putraku?
Setiap
suster yang masuk selalu kutanyai, kapan anakku akan dibawah ke saya? Dokter
belum mengisinkan kata mereka. Baru saat sore hari, Ghaza dibawah ke kamar.
Ghaza pun di letakkan di sebelahku.
Penuh
haru dan syukur aku memandingi wajahnya yang kecil. Rasanya tak terlukiskan…
jiwa kecil ini dulunya berdiam di rahimku selama sembilan bulan… kini dia telah
berada di dunia ini. Dapat kusentuh, kubelai, dan kucium. Ingin rasanya segera
menggendongnya, memeluknya…
Saat
itu saya belum diperbolehkan bangun dari tempat tidur. Keteter dan infus masih
terpasang dan perbanku belum diganti. Saya hanya diperbolehkan balik kanan dan
kiri, dianjurkan malah. Tepat 24 jam setelah operasi, jam 11 malam lewat,
barulah keteter dan infusku dilepas. Dan
aku pun disarankan segera bergerak, turun dari tempat tidur, berjalan-jalan
untuk melatih kakiku.
Dengan
bersemangat saya pun bangun dan turun dari tempat tidur, berpegangan pada Pai.
Kakiku bengkak dan terasa tebal, pengaruh obat bius. Lelucon Tuhan, saat hamil
kaki saya tidak mengalami bengkak, setelah melahirkan barulah bengkak. Rasanya
seperti baru belajar berjalan kembali, mana lagi nyeri luka operasiku yang
nyut-nyutnya luar biasa. Proses dari berbaring ke posisi duduk lalu berdiri
membutuhkan perjuangan yang besar. Tapi karena ingin segera menggendong dan
memeluk Ghaza, juga menyusuinya, saya memaksa diriku untuk bangun.
Lima
hari di Rumah Sakit, kami pun pulang. Selama di Rumah Sakit itu saya
membiasakan diri dengan rasa nyerinya dan telah terbiasa. Sakit memang, tetapi
telah tertahankan. Saya sudah tak sabar untuk tidur di ranjang sendiri.
Semuanya
baik-baik saja. Saya telah menjadi ibu dan ya, begitu membahagiakan menjalani
peran baru ini. Hingga tepat tujuh hari setelah kelahiran Ghaza, dua hari
sepulang dari Rumah Sakit, saya merasakan perutku seperti tertarik. Sakit.
Nyeri. Mulai tak tertahankan. Tapi karena saat itu tepat dengan habisnya obat
anti nyeriku, saya pikir mungkin memang seperti ini seharusnya. Sudah saatnya
saya merasakan sakit yang lebih.
Hari
berganti, sakitnya menjadi bukan main tak tertahankannya. Tak ingin mengeluh,
tak ingin menampakkan kesakitan, saya berusaha menahankannya. Tak sabar rasanya
menunggu hari Sabtu lagi, hari dimana saya dijadwalkan mengganti perban. Jika
ada apa-apa saat itu dokter akan mengetahuinya, begitu pikirku.
Proses
bangun dari posisi berdiri ke posisi duduk menjadi dua kali, tidak, seratus
kali lebih membutuhkan perjuangan. Untuk menyusui Ghaza, saya membutuhkan
bantuan Pai yang membawanya ke sisiku. Tapi masa cuti Pai pun berakhir. Saya
akhirnya membiasakan diri tidur dalam posisi duduk, sehingga lebih mudah
bangkit untuk meraih Ghaza apabila ia menangis. Meskipun itu juga tak mudah.
Berdiri dan berjalanku sambil terbungkuk-bungkuk menahan sakit.
Begitu
seterusnya hari demi hari. Ada saat-saat dimana saya demam tapi tak berlangsung
seharian dan saya kira itu hanya karena pengaruh ASI ku yang mulai banyak dan
membuat payudaraku bengkak. Selasa dini hari (atau Kamis? Saya lupa tepatnya),
setelah menggantikan popok Ghaza, Pai mencium ada bau aneh. Seperti bau daging
yang membusuk atau luka yang bernanah. Awalnya kami mengira bau itu berasal
dari pusar Ghaza, yang memang tadi siang telah putus. Mungkinkah infeksi? Tapi
pusarnya ternyata baik-baik saja. Dari mana bau itu? Saya yang sedang dalam
posisi berbaring tidak menciumnya. Ghaza pun diletakkan kembali di sampingku
untuk disusukan. Saat menyusukan Ghaza itulah saya mencium bau itu. Busuk! Saat
mengangkat selimut bau itu semakin tajam. Owalah…. Bau itu berasal dari saya!
Saya
pun berdiri (yang sekali lagi membutuhkan perjuangan yang super duper
menyakitkan). Benar. Bau itu datangnya dari saya. Ada cairan bening
keputih-putihan dan kental yang berbau sangat busuk merembes membasahi stagen,
sarung, hingga seprai dan kasur yang saya tiduri. Tergopoh-gopoh saya ke kamar
mandi. Cairan itu berasal dari luka bekas operasiku. Membersihkan diri
semampunya, saya pun kembali ke kamar dengan wajah pucat pasi.
Bagaimana
ini?!!
Saya
harus ke Rumah Sakit tentunya. Cairan itu, yang saya duga nanah terus mengalir.
Bagaimana dengan Ghaza? Ada apa denganku? Mungkinkah ini sudah waktuku? Dulu,
sebelum ada Ghaza, saya tak takut meninggal. Meninggal berarti saya akan
bertemu Sang Kekasih dan orang-orang yang saya cintai. Tapi kini saya takut.
Saya baru saja menjadi ibu dan merasa tak rela untuk meninggalkan Ghaza dan
peran itu secepat ini. Gemetar saya pun menelpon Ibu untuk mengambil Ghaza.
Ibu
datang, Ghaza pun dibawah ke Limboto. Yang paling menyakitkan, jauh lebih
menyakitkan dari luka yang terus mengucurkan nanah itu, melihat Ghaza dibawah
pergi… Saya patah hati. Kapan saya bisa bertemu putraku itu lagi? Ya saya pikir
saya mungkin akan dirawat berhari-hari atau yang lebih buruk, saya harus
dioperasi lagi.
Pai
pun membawaku ke Rumah Sakit.
Di
IGD, luka saya diperas. Nanahnya dikeluarkan sebanyak mungkin. Rasanya?
Bayangkan saja lukamu yang masih basah dipencet-pencet. Setelah itu luka bekas
operasiku itu diperban kembali. Selesai. Sebentar malam saya diminta ke tempat
praktek dokterku untuk melanjutkan pemeriksaan. Melegakan. Sepertinya ini tidak
seburuk yang saya duga. Apalagi setelah diperas, lukaku itu tidak sesakit
sebelumnya, terasa seperti saat baru pulang ke rumah setelah melahirkan.
Tertahankan.
Saya
pun meminta Pai mengantarku ke Limboto. Saya sudah rindu dengan Ghaza. Setelah
mengantarku, Pai memilih pulang untuk membersihkan ceceran nanah itu.
Malamnya
saat ke dokter, lukaku diperas kembali. Nyut-nyut asoi. Kali ini Pai tidak ikut
masuk. Kasihan, tadi pagi saat lukaku diperas-peras dia pucat dan mual. Setelah
diperas dan diperban kembali, saya pun bertanya ke dokter kok bisa ya luka
operasi saya infeksi. Dokterku menjawab bahwa resiko SC tanpa direncanakan
terkadang memang terjadi infeksi. Oke, jawaban yang kurang memuaskan
sebenarnya, tapi karena malam sudah larut dan saya sudah rindu lagi dengan
Ghaza, saya pun terburu-buru keluar. Oh ia, lusa saya harus kembali lagi untuk
melakukan pemerasan nanah. Hikssss….
Ada
dua kali saya melakukan pemerasan nanah lagi, baru dokter menyatakan nanahnya
sudah habis. Ia, dokternya sudah memeras perutku dari kiri-kanan, atas-bawah,
nanahnya sudah tidak keluar lagi. Alhamdulillah. Saya diminta datang seminggu lagi
untuk mengganti perban dan mengecek apakah lukaku sudah kering apa belum.
Senangnya…
selama ini ada drama tiap harus kedokter. Saya tak rela meninggalkan Ghaza dan
ada saat dia menangis ketika saya akan pergi ke dokter. Itu membuatku patah
hati, berulang kali. Antibiotik yang saya minum pun membuat badan saya berbau
tidak enak. Rasanya risih dan tak nyaman.
Tapi
sialnya tak sampai seminggu, nanah itu muncul lagi meskipun tidak lagi berbau
seperti dulu. Merembes membasahi perban anti-air dan celanaku. Karena saat itu
pagi dan dokterku prakteknya malam, Pai pun berinisiatif mengganti perbannya
sendiri. Saya berbaring dengan was-was, sebenarnya sangsi dia bisa mengganti
perban. Tapi ternyata dia bisa. Hahaha…
Saat
ke dokter di malam harinya, dokterku menggeleng-gelengkan kepala saat
kuberitahu bahwa nanahnya keluar lagi. Padahal saat pemeriksaan sebelumnya,
nanah itu sudah tidak ada. Hmmm ada apa ya? Saya tak tahu bagaiman dokter
melakukannya, diantara jahitanku yang belum kering, dia mengeceknya menggunakan
senter dan menemukan sesuatu berwarna hitam di dalam sana. Apa itu??? Saya
menutup mata karena takut dan nyeri. Oh ia, dokter juga memeras kembali lukaku
mengeluarkan sisa-sisa nanah yang ada. Dengan menggunakan pinset yang tipis dia
pun menarik benda hitam itu keluar. Dan ternyata itu seutas benang yang ditolak
tubuhku menjadi daging. Penyebab infeksiku selama ini. Nyeri dan nyut-nyut saya
pun pulang dengan antibiotik dan jadwal
berkunjung seminggu lagi.
Tepat
sebulan lebih seminggu setelah melahirkan, lukaku pun dinyatakan kering oleh
dokter. Perban dilepas dan saya pulang dengan penuh rasa syukur. Memeluk Ghaza
dengan sayang…
Yiahhhhh
semua ini terasa sepadan dengan memiliki Ghaza ^^
Saya
bersyukur baik-baik saja. Kami baik-baik saja. Tapi jika ditanya siap untuk
memberikan Ghaza adik lagi. Uwowowoooo…. Saya masih trauma cyin! Dan sempat,
sering malah berpikir untuk tidak punya anak lagi. Mungkin tiga atau lima tahun
kedepan baru saya akan siap untuk mengandung kembali…
Hello
beautyjunkie ^^
Sering
tuhkan ya saat kepengen belanja-belinji produk skin care/makeup yang lagi
booming kita terkendala ketersediaan produk di store-nya atau yang paling sial
store-nya belum ada di kota kita *ia ini curhat*. Jalan satu-satunya ya belanja
online. Banyaknya toko-toko online yang bertebaran semakin memudahkan kita,
khususnya saya si, hahaha... untuk memuaskan diri mencoba produk
skincare/makeup terbaru. Kalap kalap deh belanjanya.
Nah!!! Sudah
tau Sociolla belum?
Jadi
Sociolla adalah beauty focused e-commerce TERLENGKAP dan TERPERCAYA yang khusus
menyediakan berbagai produk kecantikan asli bersertifikasi BPOM, mulai dari
makeup, skin care, hair care, tools hingga fragrance. Ada sekitar 150 merk dan
5000 pilihan produk yang tersedia di Sociolla. Huyeahhh... tambah lagi deh
tempat belanja baru ;p
Sabtu,
12 Desember 2015 (ia sudah telat banget nih postingan), aku menyempatkan diri
ke Trans Studio Mall (Ghaza dititip di neneknya dulu) untuk menghadiri Grand
Opening Sociolla Pop Up Store. Yippie~ Dengan slogan “Your online beauty
destination”, Sociolla bercita-cita untuk menjadi sebuah destinasi online
kecantikan yang tidak biasa. Setelah berhasil menggandeng lebih dari 140 brand
dan memiliki 4500 SKU produk sejak diluncurkan akhir Maret lalu, dipenghujung
tahun 2015, Sociolla kembali mendirikan sebuah pop up/concept store kedua di
Makassar setelah sukses membuka pop up store pertamanya di Bandung.
Pop
up store ini bertujuan menjadi milestone penting bagi Sociolla untuk
memperkenalkan diri kepada para wanita, khususnya para beauty enthusiasts,
dalam medium yang lebih nyata. Juga untuk memperluas akses para brand
kecantikan untuk memperkenalkan produknya kepada seluruh pelanggan di
Indonesia.
Masih
mengusung konsep perwujudan nyata dari kemasan signature Sociolla Pink Box,
area pop up store di Trans Studio didesain modern menyerupai kemasan Sociolla
Pink Box besar yang berisi segala produk kecantikan. Manis dan cute banget deh
pokoknya.
Saat
sampai di sana aku disambut ramah dengan mbak-mbak cantik yang dengan lugas
menjelaskan tentang Sociolla dan pop up store. Kita juga diajak untuk
registrasi di web Sociolla di tempat itu juga. Kepengennya si langsung
belanja-belinji, sayangnya aku masih dalam rangka berpuasa belanja karena keperluan
Ghaza masih banyak. Hiks...
Pop
up store ini akan terus ada di Makassar hingga 4 Maret 2016, yang penasaran
kepengen tau tentang Sociolla bisa loh mampir ke sana. Kalian bisa merasakan
langsung pengalaman berbelanja online eksklusif. Area shopping station yang
nyaman memiliki beberapa komputer, Imac, dan ipad untuk registrasi sekaligus
browsing berbagai produk kecantikan yang kalian butuhkan. Area display dan
makeover menjadi tempat kesayangan karena kita dapat mencoba beberapa produk
yang terdapat di Sociolla. Dan.... beragam goodie bag dan voucher akan
menghiasi pengalaman berbelanjamu!!! Enak banget gak tuh?!!
Apalagi
setiap minggu, Sociolla pop up akan bekerja sama dan menghighlight brand
partners pilihan Sociolla untuk mengadakan beberapa program acara yang tentu saja
akan menarik, seperti; beauty demo dan free makeover dengan tema yang akan
mengikuti tren masa kini. Sekaligus menggandeng beberapa brand partners
diantaranya; MakeOver, Bioderma, Beauphoria, Rtsy, Make Up Store, Laneige,
L’Occitane, dll. Untuk info acara tiap minggunya kamu bisa stalking IG
@Sociolla ya.
Dan
untuk hari ini, Sabtu 6 Februari 2016 ada Produk Demo & Experience Bioderma
^^
Oh ia, jika kamu kepengen belanja di Sociolla, silahkan mengenter DWE50!!! Setiap pembelanjaan minimum 200k, kamu akan mendapatkan potongan 50k. Lumayan bangetkan ^^
http://www.sociolla.com/?utm_source=community&utm_medium=cpc&utm_campaign=Dweedy |
“Jangan
makan itu, nanti anakmu bisa begini-begitu.”
“Jangan
lakuin ini-itu, nanti anakmu jadi begini-begitu”
Semasa
hamil, banyak banget larangan-larangan, hal-hal tabu, dan wejangan-wejangan yang
disampaikan kepadaku. Sebagian mungkin hanya mitos, sebagian lagi ada benarnya
dan masuk akal juga. Saking banyaknya larangan-larangan itu, kadang membuatku
merasak sesak dan ya gak bisa ngapa-ngapain. Serba salah deh pokoknya. Tapi di
sisi lain aku mengerti semua itu mereka-mereka (keluarga, teman, bahkan orang
tak di kenal yang melihatku hamil) sampaikan karena rasa peduli dan
mengharapkan kebaikan buatku dan si calon bayi.
Cara
paling aman si dengan mendengarkan apa-apa yang mereka sampaikan,
menjalankannya itu persoalan belakangan… tapiiii… aku seringnya mencatat
dikepala juga si apa-apa yang disampaikan dan mensearching sana-sini untuk
mengetahui kebenarannya atau paling tidak menganalisanya sendiri sebelum
memutuskan mengerjakannya atau tidak.
Hanya
saja jika ternyata kita tidak mematuhi larangan-larangan itu dan terbukti benar/kejadian
ya siap-siap saja telinga memerah karena “dipacciddaki” plus diomeli. Padahal
mungkin hanya kebetulan semata. Hiksss… *menjurus ke curhat*
Nah!!!
Iseng, aku pengen berbagi apa saja larangan-larangan, hal-hal tabu, dan wejang-wejangan
itu. Ya seingatku saja si, soalnya banyak banget! Hahahaha… Yang sudah jadi ibu
dan yang sementara hamil pasti mengalami ini deh, kalau ada yang mau
ditambahkan boleh banget ya di kolom komentar ^^