"GENDONGGGGG!!!"
Ghaza berteriak. Perasaannya aneh, seakan-akan dia sebuah gunung berapi yang siap memuntahkan lavanya. Dia tak mau memotong kukunya yang panjang dan dipenuhi kotoran sehingga berwarna hitam, tapi bunda memaksanya. Ghaza kesal!
GENDOOONGGGGGGG!!!
Kenapa bunda tak mau menggendongnya? Tidakkah dia sayang padanya?
"Peluk saja ya?", begitu tawar bunda. Tapi Ghaza tak mau hanya dipeluk, ia ingin digendong. Merasakan kehangatan bunda sambil diayun-ayun, sehingga gunung berapi di dadanya mereda.
BERDIRI!!! BERDIRIIIIII...!!!
Teriaknya lagi. Tapi bunda tidak mengindahkan permintaannya. Bunda hanya memeluknya, membuatnya semakin kesal. Dia pun meronta dengan keras, lalu lari ke luar dan berhenti di depan pagar. Perasaannya tidak enak. Dia menangis dan berteriak. Kenapa bunda tak menggendongnya? Banyak hal yang berubah setelah kepulangannya dari rumah Kakak Keyla. Ghaza kangen bunda dan ayah...
Kata mereka di perut bunda ada adek bayi. Kata mereka Ghaza akan menjadi kakak. Tapi kenapa bunda memaksanya memotong kuku? Ghaza tidak suka! Rasanya sakit! Dan Ghaza kesal jika bunda mulai memaksa. Ghaza siap meledak! Dadanya bergemuruh hebat, perasaanya tak enak. Bunda tak lagi sayang dengan Ghaza.
"Ghaza kenapa? Ghaza marah karena kukunya dipotong?" Tanya bunda.
"TIDAK!!!"
"Masuk padenya deh, panasnya di luar."
"TIDAK MAU!"
"Apa ji maunya Ghaza?"
"GENDONG!"
"Tidak bisa bunda gendong toh, ada adeknya di perut, di peluk saja ya."
"TIDAK! GENDONG!" Dia pun mulai menangis kembali dan membentur-benturkan badannya ke pagar.
"Ghaza sedihkah?"
"TIDAK!"
"Kenapa padenya menangis?"
"TIDAK!!!!"
"Dak sakitji badannya itu? Sini mi bunda peluk yuk."
"TIDAK MAU!"
Bunda pun kemudian diam dan hanya memperhatikan Ghaza yang membenturkan badannya ke pagar... Hinggah dia merasa lelah, capek, kemudian mendekati bunda lalu meminta di peluk. Tubuhnya diayun-ayunkan kekanan dan kekiri, rasanya nyaman, gemuruh di dadanya berangsur-angsur lenyap. Dia pun mulai tertidur...
Kalau di youtube yang pernah Ghaza nonton tentang emosi. Ghaza sedang marah saat itu, karena kukunya di potong. Ghaza juga kesal karena bunda tak mau menuruti maunya, karena bunda tak mau menggendongnya. Ghaza juga sedih... Karena kangen bunda dan merasa tak cukup mendapat perhatian. Berapa lama Ghaza tak bertemu bunda? Lama.... rasanya lama... sekali! Ayah dan bunda sakit, karena itu Ghaza tak bisa bertemu. Tapi kenapa tiba-tiba dia punya adik?
Jika punya adik dan menjadi kakak, akankah bunda masih sayang Ghaza?
*****
"Ghaza mau adek laki-laki atau perempuan?" Tanya bunda saat itu.
"Adek cantik!" Jawabnya.
"Kenapa mau adek cantik?" Tanya bunda lagi.
"Mau ji."
Ada adek di perut bunda. Ghaza sudah terbiasa dengan hal itu. Perut bunda semakin besar dan semakin besar saja setiap harinya. Banyak yang bertanya kepadanya, dia menginginkan adek yang ganteng atau yang cantik. Dia ingin adek cantik. Yang seperti bunda.
Pernah suatu hari Ghaza menemani bunda ke dokter. Ghaza senang, karena kata ayah, dia bisa melihat adek di komputer dokter. Tapi banyak sekali orang seperti bunda yang punya adik di perutnya, sehingga mereka harus mengantri.
Lama mereka menunggu, Ghaza pun lapar. Jadi dia dan ayah pergi ke Ayam Kakek di depan Rumah Sakit untuk menghilangkan rasa lapar itu. Setelahnya mereka menjemput bunda. Karena itu Ghaza tak jadi melihat adek di komputer, hanya fotonya saja yang bunda perlihatkan. Ghaza kecewa tapi tak apa lain kali ia bisa menemani bunda lagi...
Kalau adek sudah ada nanti kita berempat akan tidur bersama, begitu kata ayah dan bunda. Ghaza yang sudah besar tidurnya di samping ayah karena adek akan tidur di samping bunda.
Kenapa? Kenapa bukan adek yang tidur disamping ayah?" Tanya Ghaza saat itu... Karena adek bakalan menyusu, mungkin saja dia akan terbangun lalu menangis karena lapar, kalau tidur di samping bunda akan jauh lebih gampang menyusuinya. Yaudah adek samping bunda saja... Ghaza sudah besar tak masalah tidur sama ayah. Iyakan?
Adek kayaknya bakalan berisik dan nangis terus, tidur Ghaza bisa terganggu. Ini saja adek sering menendang Ghaza saat ia memeluk bunda, atau saat bunda memeluk Ghaza dari belakang. Tak sakit sih, tapi geli.
Ghaza juga pernah melihat perut bunda yang membuncit itu bergerak-gerak seperti gelombang, yang kata bunda itu adek yang lagi aktif bergerak.
"Sakit Buma?" Tanya Ghaza sambil memegang perut bunda. Ekspresinya antara khawatir dan penasaran.
"Tidak ji, cuma geli."
*****
Di hari yang lain, di suatu malam sebelum tidur, tiba-tiba Ghaza kepikiran. Saat itu lampu kamar telah dimatikan dan Ghaza serta bunda berbaring bersebelahan. Sementara ayah di kantor karena menggantikan temannya yang punya jadwal jaga malam.
"Bunda makan banyak-banyak toh jadi ada adek di perutnya?" Tanyanya.
"Tidak nak bukan karena itu sehingga ada adek di perut." Jawab bunda.
"Bagaimana ji bisa ada adek di perut?" Tanyanya lagi.
"Karena Tuhan kasikan Ayah dan Bunda."
"Ia ji tapi bagaimana bisa masuknya?!!" Tanyanya lagi dengan lebih ngotot.
"Duh bagaimana di?" Bunda menjawab dengan sedikit ragu. "Bunda dan ayah saling sayang terus... Nanti kita cari tahu bagaimana bisa adek di perut ya. Sekarang tidurmi dulu."
Percakapan malam itu pun ditutup. Ghaza mulai terlelap dengan berbagai pertanyaan yang tak terjawab di kepalanya.
Setelah itu bunda menceritakan kepada Ghaza tentang Penis dan Vagina. Penis yang punya laki-laki dan Vagina yang milik perempuan. Kalau mereka berbeda dan hal pribadi, karena itu bagian itu tak boleh disentuh oleh orang lain. Dengan gambar dan video anak-anak, bunda dan Ghaza menonton bersama tentang sistem reproduksi di tubuh manusia. Bagaimana adik terbentuk dari sosok yang sangat-sangat kecil mirip kecebong. Apakah Ghaza mengerti?
*****
Waktu berlalu, adik di perut bunda ternyata bukan adek cantik. Awalnya Ghaza ingin memberikan saja adeknya kepada Bunda Dian. Tapi Mami juga memintanya... Ghaza pun bingung, bagaimana membaginya? Dari pada bingung, yaudah adek sama bunda saja. Tak apa, Ghaza akan memanggilnya adek Ganteng.
Tapi kenapa adek lama sekali ke luarnya?
"Buma kapan pi adek ke luar? Lamanya!"
"Ia lama memang, 9 bulan pi. Insyallah bulan Agustus. Bulan berapa mi sekarang?"
"Bulan May."
"Ia, jadi berapa bulan pi lagi?"
"Ehhh... May... June.. July... 3 bulan pi."
"Ia 3 bulan lagi."
"Lamanya!!!"
"Ia begitu memang, adeknya tumbuh di perutnya bunda dulu."
"Baru ke luar deh..."
"Ia baru ke luar mi ke dunia, Insyallah. Ghaza nanti yang gantikan popoknya adek toh kalau pipiski atau pupki?"
"Iyuh bussu!"
Ghaza pun ke luar kamar sambil menutup hidungnya...
Nb: Cerita ini hanyalah fiksi yang didasarkan pada tingkah pola Ghaza dan berbagai pertanyaan yang ia ajukan selama kehamilanku. Apa yang dia pikirkan hanyalah karangan Bunda, dalam rangka berusaha memahami perasaan Sang Kakak yang bakalan punya adek.
Makassar 11 Juni 2021