Desau angin membawa rindu,
pada kenangan cumbu rayu.
Hatipun tak kuasa memerah sembilu.
Terbayang rupa berbalut sendu...
*Malam yang sendu*
pada kenangan cumbu rayu.
Hatipun tak kuasa memerah sembilu.
Terbayang rupa berbalut sendu...
*Malam yang sendu*
Ia luruh...
Layu bersama tetesan embun.
Menyisakan tangkai.
Tanpa keindahan
dan tanpa keharumannya lagi
kemudian terlupakan...
Kerlap bintang memantul dari kedua bola matanya
titik hujan musim panas menyatu dengan air matanya
lirih isak tangisnya teredam hiruk-pikuk dunia.
Siapa dia? Bukan siapa-siapa.
Hanya seorang manusia diantara bertrilyun-trilyun manusia yang hidup di bumi ini.
Tidak diperhatikan, terkadang hanya dianggap sampah.
Terduduk ia menangis.
Menangisi diri.
Menangisi dunia.
Siapa ia?
bukan siapa-siapa....
*****
Apakah kau mengenal lelaki itu?
Lelaki tampan dengan senyuman memikat.
Dengan sekelompok parasit yang mengelilinginya.
kasihan...
Ia bocah yang tersesat dalam mimpi tanpa teman...
Layu bersama tetesan embun.
Menyisakan tangkai.
Tanpa keindahan
dan tanpa keharumannya lagi
kemudian terlupakan...
*****
Apa yang sedang kau pikirkan gadis keci?
Begitu indah senyuman yang menghias wajahmu...
Bolehkah aku mengtahui hal apa yangv membuatmu tersenyum?
Hati ini begitu mendamba senyuman itu.
Apa yang kau pikirkan?
Kebahagiaan macam apa yang kau rasakan?
Begitu kontras senyuman itu dengan keadaan disekeliling mu.
Hujan. Darah. Bau busuk sampah.
Senyumanmu memberikan cahaya disekeliling,
Meskipun kau tersenyum diatas mayat ayahmu.
Dengan tangan yang berlumuran darah.
Maukah kau menceritakan kebahagiaan apa ini?
Maukah kau membaginya?
*****
Kerlap bintang memantul dari kedua bola matanya
titik hujan musim panas menyatu dengan air matanya
lirih isak tangisnya teredam hiruk-pikuk dunia.
Siapa dia? Bukan siapa-siapa.
Hanya seorang manusia diantara bertrilyun-trilyun manusia yang hidup di bumi ini.
Tidak diperhatikan, terkadang hanya dianggap sampah.
Terduduk ia menangis.
Menangisi diri.
Menangisi dunia.
Siapa ia?
bukan siapa-siapa....
*****
Perlahan ia menapaki malam tak berbintang.
Mencari jejak suatu masa.
Dimana dikala itu didunianya yang kecil,
tak pernah ia mengenal kekecewaan.
Ia berjalan...
dan terus berjalan...
Hanya saja ia baru menyadari, ia tak memiliki jalan kembali.
*****
Apakah kau mengenal lelaki itu?
Lelaki tampan dengan senyuman memikat.
Dengan sekelompok parasit yang mengelilinginya.
kasihan...
Ia bocah yang tersesat dalam mimpi tanpa teman...
*****
_Makassar 16 Februari 2012, 11.02pm
Senandung kasih senandung rindu.
Kumulai diawal malam, dan kuakhiri dipelukkan Sang Kekasih.
_Makassar 12 Agustus 2011. 1.57am
Kumulai diawal malam, dan kuakhiri dipelukkan Sang Kekasih.
_Makassar 12 Agustus 2011. 1.57am
Mulanya, gemuruh itu datang. Sayup-sayup dari kejauhan.
Kemudian awan hitam berarak menutupi segalanya. Hanya gelap, sepi, dan kemuraman yang dapat teraba oleh indra.
Lalu perlahan hujan pun turun...
Menghapus segalanya...
Tiada lagi aku, kau, apalagi kita.
Semua terhapus dalam sekejap. Hilang. Lenyap. Tak berbekas.
Musnah terhayutkan aliran air hujan, menuju gorong-gorong bau nan hitam. Tempat kebencian dan kegelapan bersarang. Mengalir terus mengalir entah kemana atau mampet dan mengenang serta membusuk disuatu tempat.
_Ditulis sambil memandang hujan di sore hari ini dan mendengarkan lagu “Rain of Blessing”-nya CNBlue :)
Dan aku berjalan pelan,
dalam kabut merah pekat.
Entah kemana arah kelak.
Membawa diri dalam bias terang.
dalam kabut merah pekat.
Entah kemana arah kelak.
Membawa diri dalam bias terang.
Dan perlahan malam kesekian pun datang.
Turut kembali melantunkan nyanyian sepinya.
Hati memiris menatap bayangan.
Ketika mengenang mu tak jua kunjung habisnya.
Kapan pulang?
Aku menanti disini.
Kapan pulang?
Aku harap sebuah peluk hangat menenangkan.
Kapan pulang?
Aku butuh canda mesra denganmu.
Kapan pulang?
Aku mulai layu tanpa cumbumu.
Kapan pulang?
Aku rindu...
Turut kembali melantunkan nyanyian sepinya.
Hati memiris menatap bayangan.
Ketika mengenang mu tak jua kunjung habisnya.
Kapan pulang?
Aku menanti disini.
Kapan pulang?
Aku harap sebuah peluk hangat menenangkan.
Kapan pulang?
Aku butuh canda mesra denganmu.
Kapan pulang?
Aku mulai layu tanpa cumbumu.
Kapan pulang?
Aku rindu...
Teruntuk kisah yang melantunkan sepi,
menanti fajar dalam kecamuk rasa.
Apa yang telah pergi tak mungkin kembali,
terutama untuknya,
penebar sakit.
menanti fajar dalam kecamuk rasa.
Apa yang telah pergi tak mungkin kembali,
terutama untuknya,
penebar sakit.
_Makassar, Kamis 2 Juni 2011, 12.55am
Susah. Ketika menikmati kelajangan dan pekerjaan terlebih dahulu, tanpa sadar waktu membawa lari umur ku.
Susah. Ketika satu persatu saudara menikah kemudian satu persatu keponakan yang turut menikah. Menyisakan bisik-bisik disekelilingku.
Susah. Ketika satu persatu rumah ini ditinggal pergi dengan penghuninya. Meninggalkan diri sendiri dan sepi dalam kesendirian dan ketidaknyamanan.
Susah. Ya memang susah! Ketika hubungan badaniah antara lelaki dan perempuan harus dilakukan setelah menikah. Meninggalkan tubuh yang haus akan orgasme dan “barang” mengering.
Dan susah. Ketika umur terus bertambah, menyisakan cemas. Akankah seorang buah hati akan lahir?
Dan terlebih susah. Ketika belahan jiwa tak kunjung menyapa. Hanya terus menunggu, mendengarkan tik tok tik tok suara zaman.
Dan menjadi sangat susah lagi! Ketika pilihan semakin sedikit sementara desakan memborbardir dari segala sisi hingga yang tertinggal untuk ku hanyalah suami orang.
_Makassar, 27 Februari 2011
Susah. Ketika satu persatu saudara menikah kemudian satu persatu keponakan yang turut menikah. Menyisakan bisik-bisik disekelilingku.
Susah. Ketika satu persatu rumah ini ditinggal pergi dengan penghuninya. Meninggalkan diri sendiri dan sepi dalam kesendirian dan ketidaknyamanan.
Susah. Ya memang susah! Ketika hubungan badaniah antara lelaki dan perempuan harus dilakukan setelah menikah. Meninggalkan tubuh yang haus akan orgasme dan “barang” mengering.
Dan susah. Ketika umur terus bertambah, menyisakan cemas. Akankah seorang buah hati akan lahir?
Dan terlebih susah. Ketika belahan jiwa tak kunjung menyapa. Hanya terus menunggu, mendengarkan tik tok tik tok suara zaman.
Dan menjadi sangat susah lagi! Ketika pilihan semakin sedikit sementara desakan memborbardir dari segala sisi hingga yang tertinggal untuk ku hanyalah suami orang.
_Makassar, 27 Februari 2011
Apa kabar senja?
Mega merah di ufuk barat sungguh indah hari ini. Melihatnya membuat perasaan bahagia. Ironi. Aku tak ingin merasa bahagia hari ini.
Apa kabar senja?
Bagaimana rasanya ditinggal mentari? Dia yang menghadirkan mu dan menghiasmu. Sekejap saja, lalu menggelapkan mu dan melenyapkan mu.
Apa kabar senja?
Tidakkah terbersit rindu pada fajar? Konon, dialah pasangan hidupmu. Lalu bagaimana tercipta pertemuan diantara kalian? Ketika mentari dan waktu menjadi penghalang.
Apa kabar senja?
Lelahkah engkau menghias diri?! Aku lelah. Ingin pulang.
Apa kabar senja?
Waktu bergulir meninggalkan aku dalam gelap. Kaupun telah pergi.
Sendiri.
Sepi.
Tanpa teman.
Apa kabar senja?
Langkah demi langkah kutapaki. Aku akan pulang. Ya, aku akan pulang pada lelaki ku. Tempat hati dan rumah ku berada. Pulang...
Mega merah di ufuk barat sungguh indah hari ini. Melihatnya membuat perasaan bahagia. Ironi. Aku tak ingin merasa bahagia hari ini.
Apa kabar senja?
Bagaimana rasanya ditinggal mentari? Dia yang menghadirkan mu dan menghiasmu. Sekejap saja, lalu menggelapkan mu dan melenyapkan mu.
Apa kabar senja?
Tidakkah terbersit rindu pada fajar? Konon, dialah pasangan hidupmu. Lalu bagaimana tercipta pertemuan diantara kalian? Ketika mentari dan waktu menjadi penghalang.
Apa kabar senja?
Lelahkah engkau menghias diri?! Aku lelah. Ingin pulang.
Apa kabar senja?
Waktu bergulir meninggalkan aku dalam gelap. Kaupun telah pergi.
Sendiri.
Sepi.
Tanpa teman.
Apa kabar senja?
Langkah demi langkah kutapaki. Aku akan pulang. Ya, aku akan pulang pada lelaki ku. Tempat hati dan rumah ku berada. Pulang...
Aku benci kursi disudut sana.
Berdiri sendiri. Berteman spidol yang bisu.
Aku senang melihatnya.
Saat api membakarnya dengan korek ayah.
Aku senang melihatnya.
Meritih dengan air mata ibu.
Berdiri sendiri. Berteman spidol yang bisu.
Aku senang melihatnya.
Saat api membakarnya dengan korek ayah.
Aku senang melihatnya.
Meritih dengan air mata ibu.