Hai 2022, ini catatan awal tahun. Terkadang aku merasa waktu tak pernah bergerak. Terjebak pada sosok Gadis Kecil yang menolak untuk tumbuh, tetap di usia enam tahun, dimana dunia tak sesulit itu. Hanya bangun pagi ke sekolah, belajar dan bermain dengan teman, lalu pulang. Di sambut Andi' dengan makanan yang terhidang di meja makan dan setumpuk buku serta majalah yang menunggu untuk di baca. Lalu saat malam Abah akan pulang dan membawakan buku cerita yang baru. Dunia yang sederhana sekaligus menyimpan keajaiban disetiap sudutnya.
Nyatanya waktu berjalan cepat, telah lama berlalu sosok Gadis Kecil itu. Tahun-tahun berlalu dengan cepat, dan di sinilah aku di hari pertama di 2022, menggendong anak bayi yang perutnya bengah karena sudah tiga hari tidak BAB. Aku si Ibu Rumah Tangga dengan dua anak, yang dipertengahan tahun nanti akan berumur tiga-puluh-dua-tahun. Yang sudah jarang merasa dunia ini ajaib malah cenderung mengerikan, tapi masih percaya bahwa hidup ini layak untuk dijalani.
Tahun lalu, ya selayaknya tahun-tahun sebelumnya, terasa campur aduk. Senang, sedih, marah, kecewa, bersyukur, letih, cemas, semuanya bercampur aduk menjadikan tahun itu penuh warna. Kabar duka, berita kehilangan dan kejahatan yang silih berganti, tapi juga banyak kelahiran, bayi-bayi menggemaskan yang lahir ke dunia dan prestasi gemilang yang dicatat sejarah maupun pencapaian kecil (atau besar) yang akhirnya terwujud.
Banyak hal yang bisa disyukuri, meskipun sangat penat karena Covid yang tak juga hilang malah terus bermutasi. Terjebak di rumah dengan bayi yang kami jaga agar tak tertular penyakit apapun agar tumbuh kembangnya optimal. Bayi yang kelahirannya tiba-tiba, yang menorehkan trauma baru, yang membuatku tak berhenti mengucapkan Masyallah, Alhamdulillah setiap kali melihatnya kini.
Merasa kehilangan kehidupanku sendiri dan muak dengan kegiatan yang terus berulang. Tak punya pencapaian dan hanya seorang Bunda untuk kedua anakku yang bahkan itu pun rasanya tak becus aku jalani. Bangun di hari yang baru dan tahu-tahu sudah malam saja. Merasa bersalah pada Ghaza yang kini tak bisa kutemani main maupun belajar sesering dahulu. Menolak beberapa kesempatan dan tawaran kerjasama karena merasa tak ada waktu untuk mengerjakannya, lalu berkeluh kesah karena tak bisa sesering dahulu menghibur diri dengan checkout belanjaan. Menyebalkan.
Meskipun begitu, lucunya aku tak ingin menukar kehidupanku ini dengan orang lain. Karena terasa tepat meskipun terkadang menyebalkan.
Ah 2022, aku selalu memulai awal tahun dengan optimis tak terkecuali di tahun ini. Berharap pada kebahagiaan, kesehatan, dan rejeki yang mengalir lancar. Keluarga dan teman yang terus ada menemani. Perasaan tenang dan bahagia, dan pribadi yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Kurasa tak apa menoleh kebelakang, mengenang yang perlu dikenang, dan juga mengikhlaskan apa yang pergi dan tak mungkin kembali. Tapi tak lupa kembali melangkah ke depan dengan kepala tegak dan senyuman yang merekah. Assalamualaikum, hai 2022, aku berharap banyak padamu.