Illustrated Story for
Boys
First published in
2016 by Usborne Publishing Ltd.,
Copyright @ 2006,
2004, 2003, 2002, 1982, 1980 Usborne Publishing Ltd.
All rights reserved
This Indonesian
language edition was published by Bhuana Ilmu Populer in 2012
by arrangement with
Usborne Publishing Ltd.
Editor: Lesley Sims
dan Louie Stowell
Desainer: Tom Lalonde
Desainer sampul: Zoe
Wray
Ilustrator sampul:
Ian McNee
Efek digital: Tom
Lalonde dan Mike Wheatley
Dongeng Untuk Putra Terkasih
Pengalih bahasa:
Gabriella Felicia
Penyunting: Cheryl
Rosa
Redesain: Aditya
Ramadita
Siapa yang mau berlayar di lautan luas?
Atau berperang melawan naga sampai mati?
Selami koleksi cerita-cerita menegangkan dan pilihlah petualanganmu.
Ada bajak laut, robot, kesatria, dan hantu yang menunggu untuk
menyenangkanmu atau membuatmu merinding!
En la iluvia, cuando
le recuerdo
Penulis: Sitta Karina
Desain sampul: Raryo
Wahyu
Ilustrasi sampul:
Sitta Karina
Ilustrasi isi: Sitta
Karina
Penerbit Terrant
Books
Jakarta, 2004
386 hlm; 21cm
Amor es mentira.
[cinta itu bohong]
Lengkap sudah hidup
Diaz Hanafiah kini. Setelah selama ini merasa minder di antara sepupu-sepupunya
yang kaya, berada, dan bagian dari socialite Jakarta, sekarang malah dikhianati
oleh pacarnya sendiri, Anggia.
Lalu datang Sissy.
Mungil, cantik, dan masih SMA pula!
Seperti siraman air
dingin yang menyejukkan sekaligus mengejutkan, begitulah kehidupan sehari-hari
keduanya sejak awal pertemuan mereka di tengah hujan.
Diaz, si workaholic
berdarah Indonesia-Meksiko yang dingin ini, tidak pernah menyangka dirinya
dapat lebih menikmati hidup dengan hubungan ‘abang-adiknya’-nya bersama Sisy.
Namun, ia masih teringat Anggia. Terbelenggu oleh rasa kangen dan sakit hatinya
yang terasa belum tuntas. Mungkinkah bisa menjadi cowok seperti yang Anggia
inginkan, apabila ia dapat berlatih dan membiasakan diri berteman dengan
wanita—salah satunya dengan menjadi abangnya Sisy? Tetapi mengapa dirinya malah
tidak terima saat Igo, sahabatnya sendiri, mendekati si SMA mungil ini?
Terjebak dalam
perasaan yang saling-silang, Diaz dan Sisy berusaha menempuh proses penjajakan
dan pendewasaan di antara mereka berdua yang penuh lika-liku problema masa
muda, sampai saat keduanya harus memilih dan membuktikan… love is such
unselfish thing!
@ HanAul Education 2008
All rights reserved
Indonesian translation copyright @ Bhuana Ilmu Populer, 2010
This Indonesian edition is published by arrangement with HanAul Education, through The ChoiceMaker Korea Co.
Mimpi Beruang Cokelat
Penerjemah: Fulvia dan Kartika Sari Santoso
Penyunting: Javri Kurnia dan Cherly Rosa
Redesain: Yanyan Wijaya
Hak cipta terjemahan Bahasa Indonesia: Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer
By Joan M. Lexau
Copyright @ 1989 by
Joan M. Lexau
Ilustrations
copyrights @ 1989 by Kathy Wilbern
All rights reserved
Oh, Kelinci Kecil!
Alih bahasa: Listiana
Hak cipta terjemahan
Indonesia ada pada PT Gramedia Pustaka Utama
Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama
Jakarta, 2000
Cetakan ketiga:
Februari 2000
By
Moira Munro
Text
and illustration copyright @ Moira Munro
First
published in 2003 by Piccadilly Press Ltd.,
Translation
copyright 2009 by Penerbit Erlangga
Sam
dan Gadis Kecilnya
Penerjemah:
Hanantyo Abhinowo
Editor:
Winny Rachmayanti
Dwi Kartika Wardhani
Diterbitkan
oleh Erlangga for Kids, divisi Penerbit Erlangga, 2009
Rumpelstiltskin
Ilustrasi
dan desain grafis : Zapp
Diceritakan
kembali oleh: Robyn Bryant
Edisi
bahasa Indonesia diterbitkan oleh
PT. Duta
Sarana Express International, Jakarta
@ 1995
Tormont International Ltd.
Cetakan
pertama 2002
Hak cipta
dilindungi undang-undang
Siapa yang sudah pernah
membaca dongeng tentang Rumpelstiltskin? Sudah dong ya pastinya?!! Jika belum
mari saya ceritakan... (saya tidak menganggap ini spoiler soalnya dongeng ini
sudah bertebaran di mana-mana, tinggal klik Rumplestiltskin di google, tapi
jika tidak berkenan silahkan tidak membacanya)
Adalah seorang pemintal
yang miskin yang dipanggil oleh raja karena ia belum membayar pajak. Karena
tidak memiliki apa-apa lagi, selain putrinya yang cantik, maka sang pemintal
berbohong dan mengatakan bahwa putrinya dapat memintal jerami menjadi emas.
Tertarik mendengar hal tersebut, raja memerintahkan pemintal itu untuk membawa
putrinya ke istana.
Sesampainya di istana,
putri si pemintal itu dibawa oleh raja kesebuah ruangan yang penuh dengan
jerami. Raja memerintahkannya untuk mengubah seluru jerami yang ada di ruangan
itu menjadi emas hingga esok pagi, jika tidak, ia akan dihukum. Tidak tahu
harus bagaimana, ia menjatuhkan dirinya ke lantai dan menangis.
Tiba-tiba ada seorang
lelaki aneh bertubuh pendek membuka pintu dan masuk. Kemudian ia bertanya
kepada putri si pemintal menagapa ia menangis. Berceritalah putri si pemintal
itu kepadanya. Mendengar ceritanya, lelaki aneh tersebut menawarkan bantuannya
dengan syarat putri si pemintal harus membayarnya. Putri si pemintal
memberikannya kalungnya, lelaki aneh itu lalu duduk di kursi mesin tenun dan
mulai menenun. Ketika pagi tiba, semua jerami telah berubah menjadi emas.
Raja yang melihat kamar
itu penuh dengan emas menjadi serakah. Dibawanya putri si pemintal itu ke
ruangan yang lebih besar dan dipenuhi jerami yang lebih banyak. Dia
memerintahkan putri si pemintal menenun semua jerami yang ada menjadi emas.
Malam itu, si lelaki aneh menemukan putri si pemintal menangis lagi. Kali ini
dia setuju membantu putri si pemintal dengan imbalan cincin emas putri si
pemintal.
Ketika raja melihat
begitu banyak emas, ia menjadi lebih serakah lagi. Ia mengunci putri si
pemintal dalam ruangan yang sangat besar dan penuh dengan jerami. Kali ini ia
berjanji pada putri si pemintal akan menjadikannya permaisuri jika keesokan
paginya semua jerami itu telah berubah menjadi emas.
Malam itu si lelaki
aneh muncul kembali, sayangnya kali ini putri si pemintal tidak memiliki
apa-apa lagi untuk diberikan kepadanya. Lelaki aneh itu membuat putri si
pemintal berjanji, setelah menikah, anak pertamanya akan ia serahkan kepada
lelaki aneh tersebut. Keesokan harinya, raja yang melihat tumpukan emas itu
sangat bahagia. Ia pun menepati janjinya dan menikahi putri si pemintal dan
menjadikannya permaisuri.
Setahun kemudian,
mereka dikaruniai seorang bayi perempuan.
Sang ratu telah
melupakan si lelaki aneh, tapi pada suatu hari ia muncul dan menagih janjinya.
Sang ratu menawarkan seluruh hartanya kepada lelaki aneh itu, asalkan ia dapat
memiliki putrinya. Tetapi lelaki aneh itu menolak, ia berkata sesuatu yang
hidup lebih berharga baginya dibandingkan semua harta di dunia. Mendengar itu
sang ratu lalu menangis. Akhirnya lelaki aneh itu memberikan waktu tiga hari
kepada ratu untuk menebak namanya, jika ia berhasil, ia boleh memiliki anaknya.
Singkat cerita,
meskipun tidak mudah, ratu berhasil menebak nama lelaki aneh itu,
Rumplestiltskin. Sangat marah, Rumplestiltskin menghentakkan kakinya dengan
keras sehingga lantai yang diinjaknya
pecah dan ia pun hilang ke dalam lubang dan tak pernah terlihat lagi. Ratu,
raja, dan anak perempuannya, hidup bahagia selamanya.
Saya tidak ingat
bagaimana kesan saya saat mendengar kisah Rumpelstiltskin sewaktu kecil. Apakah
saya menyukainya? Apakah tidak? Yang saya ingat hanya kemampuan Rumplestiltskin
memintal jerami menjadi emas. Itu saja. Saat menonton serial Once Upon A Time
saya pun penasaran dengan kisah Rumplestiltskin ini sehingga googling sana sini
dan akhirnya membeli buku ini.
Saya pribadi sangat
kesal pada kisah ini. Banyak hal bodoh dalam dongeng ini bagi saya. Pertama,
mengapa raja percaya pada pemintal yang miskin yang tidak lagi mampu membayar
pajak bahwa putrinya mampu memintal jerami menjadi emas? Jika memang benar,
seharusnya pemintal itu telah menjadi orang kaya dan mampu membayar pajak! Tapi
okelah, mari kita berandai-andai sang raja hanya ingin memiliki putri sang
pemintal atau hanya ingin membuktikan kebohongan sang pemintal agar dapat
menghukumnya. Saya mencoba menerima kebodohan pertama...
Lanjut pada kebodohan
yang kedua, putri sang pemintal memiliki kalung dan cincin emas yang ia berikan
kepada Rumplestilskin. Loh?! Loh!!! Kalung dan cincin emas itu bukankah bisa
dijual untuk membayar pajak? Sehingga si pemintal tak perlu berbohong dan
menyerahkan putrinya? Errr.... tapi mari kita berpikir positif lagi, mungkin
saja pemintal merasa kedua benda itu adalah milik putrinya bukan miliknya, dia
tidak memiliki hak pada kedua benda tersebut. Tapi memiliki hak pada putrinya
dan menyerahkannya pada raja? Errrrr... Di versi lainnya, saya membaca bahwa
kedua benda tersebut tidak bernilai banyak, tetapi adalah milik istri si
pemintal yang diwariskan kepada putrinya, sehingga kedua barang itu memiliki
kenangan yang besar dan mengingatkan putrinya kepada almarhum ibunya. Jadi
baiklah... anggap saja kedua benda itu tidak bernilai dan tidak cukup dipakai
untuk membayar pajak.
Kebodohan ketiga dan
yang paling fatal bagiku... dengan enteng saja putri si pemintal menikah dengan
raja yang tamak itu? Yang telah memberinya tugas yang mustahil dengan ancaman
jika tidak berhasil akan menghukumnya? Duh... Tapi baiklah anggap saja si putri
pemintal ini punya obsesi jadi permaisuri dan gila harta u.u Atau mungkin
kalian suka versi yang lebih terhormat, putri si pemintal ini tidak berdaya,
tidak bisa menolak dan dengan sabar serta ikhlas menjalani hidupnya. Menerima
dan memutuskan mencintai suaminya apa adanya. *plok plok plok*
Entah mungkin saja
anak-anak akan menikmati cerita ini, tapi bagi saya cerita ini terlalu dipenuhi
hal-hal bodoh. Yang saya paparkan di atas itu hanya beberapa dari hal-hal bodoh
yang ada di kisah ini.
Jadi pesan moral dari
cerita ini; “Berjanjilah apa saja jika kau dalam kesulitan demi menyelamatkan
hidupmu, setelah itu berkompromilah demi tidak melaksanakan janji tersebut.
Kemudian hiduplah bahagia selamanya”. Sekian.
Untungnya ilustrasi di
buku ini, meskipun bukan tipe ilustrasi favoritku, tetap layak untuk di
koleksi. Apakah saya akan membiarkan anak saya nantinya membaca buku ini? Tentu
saja, tetapi saya harus berada di dekatnya saat itu untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaanya. Hahahaha gaya banget ya, padahal menjawab pertanyaan
keponakanku saja saat ini saya sudah kelimpungan.
NB: Cerita
Rumplestilskin favoritku adalah versi serial Once Upon A Time!!!
Septimus
Heap: Syren
By Angie
Sage
Copyright @
2009 by Angie Sage
Ilustration
@ 2009 by Mark Zug
All rights
reserved
Penerjemah:
Febry E.S
Korektor:
Bayu Ekawana
Tata letak:
MAB
Hak
terjemahan bahasa Indonesia pada Penerbit Matahati
Diterbitkan
oleh Penerbit Matahati
Cetakan
pertama: Desember 2011
623 Hlm
“Keindahan lebih gampang menjerumuskan orang asing ke dalam bahaya.”
_Pepatah Laskar Pemuda
Septimus
terdampar di sebuah pulau yang sangat indah setelah dihantam badai dahsyat.
Septimus ditemani kedua temannya, Jenna dan Beetle, serta Spit Fyre yang
terluka parah.
Banyak
kejadian aneh di pulau itu, termasuk munculnya gadis bernama Syrah, hilangnya
Cahaya dari mercusuar berbentuk kucing tak jauh dari sana, serta nyanyian
mengerikan yang tanpa henti memanggil Septimus.
Masalah
juga menimpa Lucy dan Bocah Serigala, yang terjebak bersama pelaut jahat di laut
lepas, serta ayah Jenna, Milo Banda, yang rupanya membawa barang misterius yang
luar biasa berharga di kapalnya.
Setelah meninggalkan
Rumah Foryx, Jenna, Nicko, Snorri, Ullr, dan Beetle melewatkan malam pertama di
Pos Niaga, rangkaian panjang pelabuhan di tepi daratan tempat Rumah Foryx
tersembunyi. Nicko begitu mendesak ingin melihat laut sekali lagi, dan tidak
seorang pun, bahkan Marcia sekalipun, merasa sanggup menolaknya. Meskipun
begitu, Septimus agak keberatan mengenai hal tersebut. Spit Fyre, naganya, kelelahan
setelah perjalanan jauh dari Kastil menuju Rumah Foryx, dan mereka masih harus
melewati perjalanan pulang dengan Ephaniah Grebe yang sakit parah. Tapi Nicko
bersikukuh. Dia sangat ingin berada di dekat kapal sekali lagi, mendengar laut
lagi, dan mencium aroma garam di udara. Pada akhirnya Septimus pun tidak
membantah, ia menurunkan mereka di Pos Niaga, lalu kembali ke rumah pohon
bersalju di dekat Rumah Foryx tempat Ephaniah Grebe, Marcia, dan Sarah Heap
menunggu untuk dibawa kembali ke kastil.
Sayangnya setelah
Septimus berangkat, situasi mereka tidak berjalan lancar. Tempat yang ingin
Nicko datangi ternyata kuncinya tidak sama lagi dengan yang ia miliki, sehingga
mereka terpaksa memaksa masuk. Dan tidak ada yang terkesan dengan apa yang
mereka temui di dalam sana. Tempat itu berbau busuk, gelap, lembab, dingin, dan
kelihatannya menjadi tempat pembuangan sampah ikan lokal. Jenna merasa abangnya
itu menjadi agak gila, dengan kesal ia menunjukkan bahwa tidak ada tempat untuk
tidur karena sebagian besar dua lantai teratas tidak ada, hingga menampilkan
pemandangan indah berupa lubang besar di atap, yang kelihatannya oleh burung
camar setempat digunakan sebagai toilet. Meski begitu, Nicko masih bergeming.
Tapi ketika Beetle jatuh menembus lantai yang lapuk dan bergelantungan dengan
sabuknya di atas gudang penuh lendir yang tidak terindentifikasi pemberontakan
pun terjadi. Mereka pun akhirnya memutuskan menghilangkan lapar di sebuah kedai
kumuh di Pelabuhan Nomor Satu. Tidak disangka-sangka mereka bertemu dengan Milo
Banda, ayah Jenna, yang begitu murka mendapati putrinya berada di sana. Segera
saja Milo menggiring mereka menuju kapalnya, meskipun Jenna sebenarnya tidak
menyukai diperlakukan layaknya anak kecil seperti itu, ia begitu lega bisa
tidur ditempat yang nyaman. Tetapi dalam perjalanan menuju kapal, gerak-gerik Milo
Banda begitu mencurigakan.
Apa sebenarnya yang disembunyikan oleh Milo? Mengapa ia begitu gelisah?
Sekembalinya ke menara
penyihir, Septimus segera tertidur pulas, ia baru terbangun ketika Tikus
Rumahnya meninggalkan pesan di atas bantal. Dia pun membuka mata dengan
pandangan buram dan, dengan lega, ingat di mana dirinya berada, kembali di
kamarnya di puncak menara penyihir, Queste telah selesai. Kemudian dia teringat
bahwa Jenna, Nicko, Snorri, dan Beetle masih belum pulang. Hari ini apa pun
yang dikatakan Marcia, dia akan pergi dan membawa mereka pulang. Dia pun
membuka surat tersebut dan mendapati tulisan tangan Marcia yang memintanya
menemuinya di ruang kerjanya. Perihal yang tidak biasa sebenarnya, hampir tiga
tahun menjadi murid Marcia ini kali pertama dia memiliki janji temu dengannya.
Biasanya jika Marcia ingin berbicara dengannya, ia akan menyela apa pun yang
sedang Septimus kerjakan sehingga ia terpaksa menghentikan apa pun yang sedang
ia kerjakan dan segera mendengarkan. Namun dua hari setelah ia kembali dari
Queste, sepertinya ada yang berubah. Dan memang seperti itu, di kantor Marcia dia
mendengarkan kabar yang sangat menggembirakan untuknya, dia sangat tidak sabar
untuk memberitahukan kepada Jenna dan Beetle hal tersebut. Maka dia pun segera
berangkat menjemput mereka bersama Spit Fyre. Apa kabar menggembirakan yang didengar oleh Septimus?
Sebentara itu Bibi
Zelda sedang melepaskan kepergian Bocah Serigala dari rawa-rawa marram... Dia
menugaskan Bocah Serigala sebuah misi yang sangat menakutkan, yang tidak ia
katakan kepada Bocah Serigala, dia hanya menitipkan surat yang nantinya akan
dibaca oleh Bocah Serigala ketika ia telah tepat berada di depan misi itu.
Selain itu Bibi Zelda sedang mencemaskan Septimus, ia tiba-tiba saja diserang
“penglihatan” saat kepergian Marcia setelah mengambil ramuan untuk Ephaniah dan
Hildegarde. Ia melihat Septimus menunggang Spit Fyre, kilat cahaya menyilaukan
lalu lenyap, tak ada apa-apa lagi kecuali kegelapan. Tidak ada yang bisa ia
lakukan untuk menghentikannya. Yang bisa ia lakukan hanyalah mengirimkan
Septimus JimatPelindungan terbaik yang dimilikinya. Misi menyeramkan apa yang ditugaskan Bibi Zelda kepada Bocah Serigala?
Mampukah Bocah Serigala menyelesaikan misi tersebut? Apa arti penglihatan Bibi
Zelda? Mampukah JimatPelindung itu membantu Septimus? Dan apakah sebenarnya
JimatPelindung yang hidup itu?
Saat dalam perjalanan
menjemput Jenna dan yang lainnya, Septimus melewati hamparan kepulauan yang
indah, anehnya dia merasa mendengar ada seseorang yang memanggilnya, entah
siapa. Sesampai di Pelabuhan, Septimus tidak mendapatkan perhatian yang ia
inginkan dari teman-temannya, ia kesal lagi pula dia tidak terlalu menyukai
gagasan pulang ke benteng menggunakan kapal Milo. Untungnya Beetle bersedia
menemaninya pulang bersama, meskipun dia sangat membenci terbang bersama Spit
Fyre. Jenna yang awalnya sangat menikmati perhatian Milo Banda dan seluruh awak
kapal, lama kelamaan menjadi muak juga, dia pun akhirnya ingin pulang bersama
Septimus dan Beetle. Mereka akhirnya memutuskan untuk segera pulang dan tidak
mempedulikan peringatan Milo akan badai... hingga mereka terjebak di dalam
badai itu dan terdampar di sebuah pulau... Pulau
apakah itu? Bagaimanakah cara untuk mereka pulang ke benteng? Dapatkah Spit
Fyre sembuh dari luka-lukanya akibat badai? Dan mengapa Septimus merasa mereka
sedang diawasi dan sering mendengar suara yang memanggil-manggil namanya?
“Kebanyakan rahasia membosankan, begitu sudah terungkap.”
_Jenna
“Untuk menemukan cahaya, pertama-tama kita harus memasuki kegelapan.”
_Miarr
Dan dibelakang semua
itu, sedang terjadi suatu konspirasi untuk menyerang dan menguasai benteng dan
menara penyihir... Dapatkah mereka
menghentikan konspirasi tersebut?
****
Ada periode yang cukup
panjang diantara saya membaca Queste dan membaca Syren ini. Hal itu
dikarenakan, tidak adanya buku Syren yang masuk ke toko buku di Makassar dan
membeli online saat itu rasanya terlalu mewah. Saat mengetahui penerbit
Matahati ini gulung tikar, saya sangat sedih karena mengira tidak akan lagi
bisa membaca kelanjutan kisah Septimus ini. Cukup terkejut mendapati buku ini
di jual di salah satu toko buku online langgananku dan tanpa ragu akhirnya saya
pun membelinya.
Saat membaca buku ini
saya dibuat cukup kelimpungan mengingat nama-nama tokoh yang langsung
disodorkan di depan mata saya... siapa Ephaniah Grebe? Siapa Snorri? Ullr?
Untuk membongkar lemari buku saya dan mencari Queste untuk kemudian kubaca
ulang rasanya melelahkan, mungkin lain kali, sehingga keempat buku sebelumnya
bisa saya review juga. Saya pun menabahkan diri untuk melanjutkan membacanya,
dan memang, memori tentang Queste perlahan-lahan muncul.
Untuk segi penuturan,
diksi, saya menikmati membacanya hingga akhir. Masih terasa kekhasan penuturan
Angie Sage dan selipan humor nyelenehnya. Hanya saja saya merasa Septimus ini
lama kelamaan menjadi tokoh yang terlalu banyak menanggung beban. Semua hal yang
wah dan mengasikkan terjadi padanya. Maksud saya begini, okelah dia memang
putra ketujuh dari putra ketujuh yang memiliki magyk yang begitu besar, tapi
haruskah dia mennjadi murid penyihir luar biasa plus memiliki jimat terbang
yang paling ampuh plus memiliki naga plus menjadi nahkoda kapal naga plus
menajdi murid physik terkenal plus menjadi satu-satunya murid yang pulang
dengan selamat dan menyelesaikan Queste? Dan kini dia pun memiliki jimat
pelindung hidup?!! Rasanya menjemukan saja buat saya. Meskipun dalam setiap
kehebatannya itu dia ditemani dengan saudara ataupun teman-temannya. Tapi.....
(btw Jenna dan Beetle entah mengapa mengingatkanku pada Hermione dan Ron)
Selain itu aku sangat
suka melihat perkembangan sifat tokoh-tokohnya; Septimus yang dewasa dan
percaya diri, Jenna yang mulai terlihat seperti putri, Simon yang sadar tentang
kegilaannya selama ini, dan Marcia yang mulai memberikan kebebasan kepada
Septimus. Cuma sedih si melihat Nicko yang pendiam...
Hmmm... apa lagi ya? Oh
ia saya sampai lupa betapa saya menyukai sisipan kisah dan peristiwa di akhir
setiap buku Septimus Heap ini. Jangan malas-malas membacanya, karena kisah itu
berhubungan dengan kisah di buku selanjutnya... Tidak sabar membaca Darke!!!
(btw lagi, The Isles of Syren mengingatkanku pada pulau-pulau di Abarat
terutama mercusuar berbentuk kucing itu)
By Eric
Carle
Copyright @
1969 & 1987 by Eric Carle
Published
by Philomel Books, N. Y. USA.
Ulat yang
Sangat Lapar
Penerjemah:
Endang Pratiwi
Cetakan
pertama, Januari 1997
Teks
Indonesia @ 1997
@ PT
INDIRA, 1997
32 hlm; 21
cm
Buku ini
telah diterjemahkan lebih dari 12 bahasa dan sudah terjual lebih dari 4 juta
buku. Eric Carle, pengarang buku ini telah menciptakan buku yang sangat menarik
yang tidak saja indah di dalam gambar dan warna tapi juga sekaligus memberi
pelajaran bagi anak-anak tentang lahirnya seekor kupu-kupu yang berasal dari
seekor ulat (metamorfosis) bahkan sekaligus juga memberikan pelajaran
menghitung angka sampai 10, nama-nama hari dan memberitahukan caranya memakan
makanan yang bergizi baik.
Buku ini sendiri bercerita
tentang seekor ulat yang menetas di suatu pagi yang cerah. Ulat itu bertubuh
mungil dan sangat kelaparan, maka dia pun mulai mencari makan. Apa saja yang ia
temukan, ia lahap dengan rakusnya hingga akhirnya perutnya sakit. Kapok, ia pun
akhirnya hanya memakan daun hijau yang segar.
Beberapa hari kemudian,
ulat yang mungil itu tidak lagi mungil. Ia pun sudah tidak lapar lagi. Badannya
kini besar dan gemuk dan dia mendirikan kepompong menutupi seluruh tubuhnya.
Baru setelah kurang lebih dua minggu ia keluar dari kepompong itu tapi, kini
dia bukanlah lagi seekor ulat- dia telah menjelma menjadi kupu-kupu yang
cantik.
Ya, buku ini hanya berkisah
tentang bagaimana seekor ulat menjelma menjadi kupu-kupu yang cantik. Sewaktu
kecil karena buku ini saya gemar sekali memelihara ulat bulu dalam stoples yang
atasnya diberi lubang udara. Senang sekali rasanya melihat secara langsung bagaimana
ulat bulu yang jelek dan melata itu berubah menjadi kupu-kupu yang cantik.
Seperti menyaksikan pertunjukan sulap. Dimana sihir dan keajaiban berlangsung
di depan mata saya.
Untuk segi cerita,
karena saat saya membeli buku ini saya sudah duduk di kelas dua SD, saya hanya
menjadikannya bacaan sepintas lalu. Narasi di buku ini hanya sedikit, sehingga
tidak memerlukan waktu yang lama untuk membacanya. Tapi ilustrasinya sungguh
sangat memikat. Saya tidak puas-puasnya memandanginya dan ada suatu saat saya
akhirnya tidak tahan dan menggunting-guntingnya~ duh...
Beruntung, setelah
beberapa tahun berlalu, dan saya sangat menyesal atas kenakalan saya sewaktu
kecil yang sangat suka menggunting-gunting itu, akhirnya saya menemukan buku
ini kembali. Persis seperti punya saya dahulu, cetakan pertama. Yeahhhhh....
Kesan saya setelah
membacanya kembali tidak jauh berbeda dengan saat pertama kali membacanya,
buku ini adalah bacaan sambilan, hanya lima menit saya sudah menamatkannya.
Saya hanya berlama-lama menikmati ilustrasinya yang memang sangat indah itu. Yang paling menarik saat si ulat memakan apapun yang ia temukan, ilustrasi di buku ini turut di beri lubang, terlihat seakan-akan nyata ulat itu memakan makanan tersebut di depan kita.
Buku ini memang
cocoknya menjadi bacaan anak-anak yang baru bisa membaca atau buku yang akan
kita bacakan untuk anak-anak. Narasinya yang tidak terlalu panjang, membuat
kita tidak capek saat membacanya, apalagi jika diselingi pertanyaan ini itu
dari anak-anak tersebut. Dan saya sangat senang menemukan buku ini kembali... sebagai pengumpul buku dengan ilustrasi cantik, buku ini tidak boleh terlewatkan.Red Bicycle Vol. 2
Red Bicycle
vol.2 @ 2003 by Kim Dong Hwa
All rights
reserved
Original
Korean edition published by Kim Dong Hwa
Indonesian
translation rights arranged with Kim Dong Hwa
Through
Orange Agency
Indonesian
edition @ 2012 by PT Gramedia Pustaka Utama
Sepeda
Merah 2
Bunga-bunga
Hollyhock
Alih
bahasa: Meilia Kusumadewi
Editor:
Tanti Lesmana
Teks dan
tata letak: Anna Evita Rosaria
Hak cipta
terjemahan Indonesia: PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta,
Oktober 2012
176 hlm; 21
cm
“Suatu
kali, ketika anak perempuanku datang mengunjungiku, pemandangan mawar-mawar
hollyhock mengingatkannya pada kenangan akan ibunya yang telah tiada.
Aku
menebarkan benih-benih bunga itu mulai dari jalan masuk desa hingga ke ambang
pintu rumahku...
Kala
menelusuri jalan setapak berbunga ini, anak perempuanku merasa seakan-akan ia
tengah berjalan sembari menggenggam tangan ibunya...
Dengan
sedikit kesabaran mawar-mawar hollyhock ini pun tumbuh dengan semaraknya...”
Melalui
kisah-kisah pendeknya yang sarat dengan kelembutan, Kim Dong Hwa diperhitungkan
sebagai salah satu penulis manhwa* paling berbakat di hati orang-orang Korea.
Setelah menamatkan buku pertama Sepeda Merah, saya tidak bisa menahan diri untuk tidak melanjutkan membaca buku keduanya. Dan seperti buku pertama, buku kedua Sepeda Merah ini membuatku jatuh cinta, bahkan lebih cinta lagi. Kisah-kisah di buku kedua ini jauh lebih indah, jauh lebih dalam, jauh lebih sering membuatku tersenyum dan terenyuh. Bahasa yang digunakan masih tetap puitis dan keindahannya seperti buku pertama, tidak terletak hanya pada jaringan katanya tetapi juga oleh ilustrasinya.
Di buku kedua ini
sendiri terbagi dalam lima bab, dimana empat bab mewakili empat musim di Korea
sana dan bab kelima berkisah tentang seorang ibu. Di awal setiap bab, kita
disuguhkan ilustrasi pembuka yang apik beserta sebuah puisi yang tidak kalah
apiknya. Membaca buku ini seperti yang pernah saya katakan, seperti menikmati
sebuah karya seni yang komplit. Membuat kita memimpikan sebuah desa yang tenang
yang ditinggali oleh penduduknya yang ramah.
“Musim Semi
Kusiapkan warna-warnaku untuk mengisi lembar musim dingin.
Namun lukisan itu tak sempat mengering.
Musim semi hadir begitu cepat.
Hop. Hop- inilah goresan-goresan pensilku.
Mungkin terlalu gelap untuk warna musim semi.
Hop, hop- pensil-pensil warnaku beraksi.
Azalea, magnolia, dan forsythia bermekaran.
Dogwood dan sakura pun berbunga.
Lalu giliran bunga lila, batang-batangnya menguarkan aroma parfum...”
Bab pertama, Musim Semi, berisikan delapan kisah; Bunga-Bunga Hollyhock, Kisah-Kisah Klasik Sastra Korea, Herbal dan Tanah Kampung Halaman, Masa Menabur Benih, Pejabat Militer, Tunas-Tunas Muda, Surat Cinta dan Bunga-Bunga Pacar Air. Kedelapan kisah itu bersetting musim semi dan kisah-kisah di dalamnya terasa manis, seperti kuncup-kuncup tanaman yang mulai tumbuh setelah musim dingin yang panjang. Dari kedelapan kisah itu, aku sendiri memfavoritkan lima diantaranya.
Bunga-Bunga Hollyhock
yang berkisah tentang seorang ayah yang menghentikan pekerjaannya di ladang
demi menanam bibit bunga Hollyhock dari pintu masuk desanya hingga di depan
pintu rumahnya. Hal itu dia lakukan agar ketika anaknya datang nantinya, dia
akan disambut bunga-bunga hollyhock tersebut. Bunga yang sangat disukai oleh
ibunya.
Rerumputan dan Tanah
Kampung Halaman berkisah tentang seorang ibu yang menitipkan paket untuk
putranya kepada tukang pos dan seorang ayah yang turut menitipkan seguci tanah.
“Ini tanah. Penduduk kota yang hidup di tengah beton dan aspal jarang melihat ini. Aroma rempah-rempah memang enak, tapi tidak ada yang mengalahkan bau tanah kampung halaman untuk mengobati kerinduan pada rumah.”
_Halaman 23
Tunas-Tunas Muda
bercerita tentang sebuah percakapan seorang ayah dan putrinya. Dimana sang
putri sedang mengalami kegagalan atas pernikahannya dan terpaksa menitipkan
anaknya kepada ayahnya sembari ia akan kembali ke kota untuk membangun kembali
hidupnya di tempa ia kehilangan segalanya.
“Menjadi manusia memang jauh lebih kotor daripada lumpur. Sampahnya hanya perlu diangkat agar segalanya kembali bersih. Namun jejak yang ditinggalkan dengan menjadi manusia tidak dapat dilenyapkan.”
_Halaman 33
Coba perhatikan sejenak yang di atas itu. Tunas-tunas muda ini berhasil menembus kulit kayu pohon yang jauh lebih keras dibandingkan kulit sapi. Bukankah itu luar biasa? Dan lihat yang di sebelah sana. Daun-daun kecil mereka jauh lebih rapuh dibandingkan kuku-kuku bayi yang baru lahir. Padahal mereka berhasil mengangkat gumpalan tanah yang beratnya seribu kali dirinya. Tidak lama lagi, mantel hijau akan menutupi dahan-dahan gundul pohon itu dan tanah cokelat di ladang. Kehidupan juga akan memberi kita cobaan, namun itu tidak ada apa-apanya dibandingkan usaha yang dikerahkan tunas-tunas muda ini. Pada setiap cobaan berat, aku sering mengamati tanah dan aneka pohon. Alam jelas akan selalu menjadi guru terbaik bagiku.”
_Halaman 33-35
Surat Cinta bercerita
tentang seorang suami yang ingin memberikan kado ulang tahun kepada istrinya.
Dan Bunga-Buga Pacar
air yang berkisah tentang percakapan (dan keromantisan) antara pasangan suami
istri yang telah uzur. Dimana percakapan itu terjadi saat sang suami sedang
menanam pohon pacar air.
“Musim Panas
Inilah hujan musim
panas.
Batu-batu besar di tepi
sungai, kita jadikan titian.
Boong bong bong...
betapa senangnya melompat dari batu ke batu.
Hujan reda, mentari
terik bagai sengatan lebah.
Di bawah pohon besar
kita berlindung agar tidak terbakar.
Bong bong bong...
betapa senangnya melompat dari bayangan ke bayangan.”
Bab kedua, Musim Panas,
juga terdiri dari delapan kisah; Impian Masa Kecil, Piza, Toilet, Manisnya
Kehidupan, Uang adalah Uang, Roda yang Berkilau Cemerlang, Hanya Senda Gurau,
dan Dilekuk Kedua Tanganmu. Kedelapan kisah ini bersetting musim panas dan
kisah-kisah di dalamnya mewakili perasaan ceria ketika menikmati hangatnya
panas matahari, yang walau pun terkadang panasnya seperti sengatan lebah tetapi
kedatangannya tetap dinantikan, merenungi senjanya yang berkilau, dan
malam-malamnya yang bertabur bintang. Dari kedelapan kisah tersebut, saya
memfavoritkan enam kisah (selain Manisnya Kehidupan dan Uang adalah Uang).
Di bab musim panas ini
kisahnya begitu romantis dan melankolis...
Ada kisah tentang dua
orang kakek yang bercakap-cakap tentang mimpi mereka, ada kisah tentang seorang
nenek yang rela membelikan pizza untuk cucunya meskipun satu loyang pizza itu
seharga empat ratus biji ketimun yang ia tanam atau setara dua takaran beras.
Masih tentang si cucu dan nenek yang ketika malam tiba, si cucu kebelet buang
air besar tetapi takut dengan toilet di luar ruangan dan akhirnya membuang
hajat di kebun sayur neneknya sambil ditemani sang nenek dan menikmati taburan bintang
di langit.
“Aku baru sadar bahwa aku memiliki impian lain sejak menua. Yaitu duduk bersandar sambil memandang matahari dan menikmati kehangatannya tanpa memikirkan hal lain.”
_Halaman 52
Lalu tentang tukang pos
yang dalam perjalanan mengantarkan suratnya tiba-tiba saja ban sepedanya pecah,
tentang kakek dan nenek yang bercanda dan bertengkar, dan tentang pada suatu
malam ketika sepasang suami istri yang telah tua berbincang dan menikmati
keindahan langit berdua.
“Musim Gugur
Gemeresik daun-daun
kering
Membuatku kembali lagi
dan lagi.
Warna-warni musim gugur
Membuatku merona lagi
dan lagi...”
Bab ketiga, Musim Gugur, juga memiliki delapan cerita; Foto-Foto, Duli si Bayi Dinosaurus, Direktur Kantor Pos, Para Ayah yang Memiliki Anak Perempuan, Daun-Daun yang Berguguran, Mangkuk-Mangkuk Nasi, Partitur, dan Kelas Sore. Kisah di musim gugur ini berwarna-warni, seperti warna-warni dedaunan yang akan mulai merontokkan daunnya. Dari kedelapan kisah itu, aku memfavoritkan lima diantaranya.
Foto-Foto berkisah
tentang sepasang suami istri yang dikunjungi putra bungsu dan calon menantunya.
Dengan bangga mereka memamerkan koleksi foto keluarga mereka yang terpasang di
dinding rumah mereka sambil menceritakan kisah dibalik moment tersebut. Duli
sang Bayi Dinosaurus berkisah tentang kakek yang bangga memakai pemberian
cucunya. Para Ayah yang Memiliki Anak Perempuan bercerita tentang seorang ayah
yang bersiap menyambut kedatangan putrinya. Mangkuk Nasi berkisah tentang
kesedihan perempuan tua yang mangkuk nasi tuanya dibuang oleh menantunya. Kelas
Sore sendiri berkisah tentang perbincangan mendalam dua orang kakek di suatu senja.
“Memangnya kenapa kalau ini sudah usang? Dua mangkuk keramik ini dibeli pada perayaan pernikahan kami. Mangkuk baja karbon ini ditambahkan ketika si sulung lahir. Lalu magkuk perak untuk si anak berikutnya... Dan satu lagi mangkuk stainless steel ketika si bungsu yang mungil dilahirkan... Semua mangkuk dibeli sedikit demi sedikit dan disesuaikan seiring bertambahnya jumlah keluarga. Tidak mengejutkan jika warna dan bentuknya berbeda-beda. Aku sangat menyukai mangkuk-mangkuk ini karena mengingatkanku pada setiap anak-anak. Dan menantu perempuanku ingin aku menyingkirkannya dengan alasan mereka sudah usang? Si kecil yang angkuh! Mangkuk-mangkuk ini bagaikan buku harian pribadi yang mencatat kisah seluruh kehidupanku. Bukan indahnya bentuk tulisan yang memiliki arti, melainkan isinya!”
_Halaman 108-109
“Seiring waktu, aku menyadari bahwa menua itu tidaklah buruk. Kita belajar untuk lebih pamaaf terhadap kehidupan.”
_Halaman 116
“Musim Dingin
Semua berselimut salju.
Kita bisa memulai
gambar baru di kertas yang kembali putih ini.”
Bab keempat, Musim Dingin, terdiri dari enam kisah yang seperti musim dingin yang putih, lembaran baru, awal baru, atau setidaknya persiapan untuk menyambut kehidupan yang baru itu. Kisah-kisah itu adalah; Kisah-Kisah Musim Dingin, Akar, Perjalanan Musim Dingin si Tukang Pos, Ketika Salju Turun, Gambar yang Tersembunyi, dan Pohon.
“Ibuku
Angin menghembus di
sebelah ibuku.
Sungai mengalir di
sebelah ibuku.
Lili, anemone,
dandelion, dan violet
mekar pertama kali di
sebelah ibuku.
Ibuku menabur ke empat
penjuru angin, benih-benih bunga yang sarat dengan niat baiknya.
Ibuku menebar ke air
yang mengalir, klopak-kelopak bunga penuh pesan tanpa kata.
Itulah sebabnya angin
membawa aroma ibuku.
Itulah sebabnya sungai
bernyanyi dengan suara ibuku.”
Dan bab lima, Kisah Para Ibu, hanya memiliki satu cerita tentang seorang ibu yang menunggu kedatangan anaknya. Sudah lama anaknya itu tidak datang mengunjunginya, dan ketika ia datang anaknya datang mengendarai mobil dan membawa banyak uang di tasnya. Sang ibu pun menyadari dia terbutakan dengan keberhasilan anaknya, begitu gembiranya ia melihat wajah anaknya hingga ia luput memperhatikan betapa letih, lelah dan tertekannya anaknya.
Saya tidak pernah bosan
membaca ulang buku ini dan ya SAYA HARUS MEMILIKINYA!!!! Makasih lagi buat
Dhani yang sudah meminjamkan buku ini buat saya ^^
*Manhwa: Sebutan untuk komik/ penulis komik dari Korea
Baca juga review Sepeda Merah, Yahwari di sini
*Manhwa: Sebutan untuk komik/ penulis komik dari Korea
Baca juga review Sepeda Merah, Yahwari di sini