Allahuakbar...
Allahuakbar...
Allahuakbar...
Laa Ilaha Illallaho Allohu Akbar...
Tak terasa takbir akan segera menggema bersahut-sahutan, kita meninggalkan bulan Ramadhan di belakang dan memasuki bulan Syawal. Semoga bulan yang penuh berkah itu tidak berakhir sia-sia, ibadah yang kita jalani diterima oleh-Nya dan kita selalu dalam kasih-Nya. Amin!
Lalu bagaimana dengan persiapan menyambut hari raya Idul Fitri?
Rumah telah dibersihkan? Di cat dengan warna yang baru?
Perintilan rumah tangga telah dibeli?
Kue telah selesai dipanggang dan disusun cantik di dalam toples?
Baju baru?
Rambut baru mungkin?
Hati yang baru? Yang siap meminta maaf dan memaafkan? Tanpa diliputi iri hati, dendam, dan amarah?
Jujur, aku sendiri belum sama sekali bersiap untuk menyambut Idul Fitri. Jangankan hati yang lapang dan bersedia meminta maaf dan memaafkan, baju baru pun aku belum punya *sumpah ini bukan curcol*. Membersihkan rumah dan membuat kue apalagi! Yiahhh... membersihkan rumah bisalah dikerjakan di malam takbiran, tapi untuk membuat kue?! Duh enggak deh. Aku memilih untuk membelinya saja. Apalagi saat ini kue kering begitu mudah didapatkan, dimana-mana ada yang jual. Tapi bagaimana dengan rasanya? Dan kualitas bahannya? Membeli kue kering layaknya membeli kucing di dalam karung, bentuk mungkin cantik tapi rasa bisa saja tidak karuan. Hal ini sering menimbulkan dilema untukku.
Beruntungnya diriku sebagai anak yang soleh, mendekati seminggu sebelum lebaran ini aku menerima kiriman yang berisikan premium cookies (setelah ini kita sebutnya kue kering aja ya hahaha) dari Olympic Bakery.
Ada 7 macam kue kering yang kuterima yakni:
- Kastengels yang adalah kue keju yang terbuat dari keju edam yang crunchy.
- Putri Salju. Kue kering berselimut tepung gula yang lumer di mulut, perpaduan antara gurihnya kue dan manisnya tepung gula.
- Shell Cookie. Yang adalah kue kering berbentuk kerang dengan perpaduan kue vanilla dan dark chocolate serta berselimutkan kacang mente cincang.
- Corn Flake Cookie. Kue kering yang padat namun renyah, perpaduan antara kue yang gurih dan kepingan corn flake yang crunchy.
- Red Velvet Cookie. Dengan warna merah yang menawan, perpaduan antara kue kering yang gurih serta choco chip dan kacang mente cincang.
- Greentea Cookie. Perpaduan antara wanginya butter dan lembutnya greentea.
- Choco Chip Cookie. Favorit untuk mereka yang mencintai coklat.
Semua kue kering buatan Olympic Bakery ini terbuat dari bahan premium, full butter, dan tanpa bahan pengawet. Setiap gigitan terasa banget kualitas bahannya yang juara. Wangi butternya sangat menggugah selera. Salah banget aku membukanya langsung! Belum apa-apa, kue Kastengels, Putri Salju, dan Corn Flake Cookie-nya sudah habis tak tersisa, remah-remahnya pun tidak tertinggal. Niat untuk menyajikannya saat ada yang bersilahturrahim di hari lebaran pupus sudah. Bahkan kue-kue lainnya pun hanya tersisa sedikit.
Jadi bagaima dong?
Hmmm... sepertinya aku harus menyetok lagi nih Premium Cookies by Olympic Bakery ini untuk melengkapi hari raya Idul Fitri kami sekeluarga. Ia gak? Ada yang seperti aku juga? Belum menyiapkan kue kering di rumah?
Olympic Bakery
Outlet:
Jl Gunung Merapi No. 187-189
Jl Pengayoman No. 38C
RSIA Paramount, Jl AP. Pettarani No. 82 (Seberang ACE Hardware)
Telpon: (0411) 3610011 dan 3623117
Line@: @olympicbakery
Instagram: @olympicbakery
Hay
^^
Sudah
lama ya aku gak ngereview cemilan-cemilan favoritku, padahal semenjak hamil aku
semakin sering ngemil dan stok cemilan di rumah wajib ada. Hehehehe… Tapi
mungkin karena hamil juga dan karena memang pada dasarnya aku malas, tidak
ada kesempatan untuk foto-foto cemilannya karena keburu habis. Dasar!
Untungnya
(dengan tekad kuat dan kontrol diri) aku menyempatkan untuk memfoto salah satu
cemilan favoritku semenjak hamil, yakni cokelat. Emang dari dulu si aku doyan
banget coklat, tapi semenjak hamil aku malah merasa ada yang kurang dari
hidupku jika tidak memakan cokelat dalam sehari #lebay hihihi…
Nah!!!
Lah fokusnya malah dibelakang –_–” |
Kali
ini coklat yang mendapatkan kehormatan itu adalah Monggo Tablets!!!
Sebelumnya
aku pernah mencicipi dan mereview Monggo Bars di sini. Sekian lama menunggu
“kode”–ku ada yang menanggapi (diajak mengunjungi pabrik Monggo atau setidaknya
dikirimin bermacam-macam varian coklat Monggo) dan ternyata hingga sekarang gak
ada yang menanggapi *hiks*, akhirnya aku beli saja deh coklatnya. Huhuhuhu…
Menonton tanpa ngemil
itu gak asik dong ya ^^
Saya yang suka banget
streaming di kamar dan entah sejak kapan selalu menyetok cemilan untuk menemani
saya nonton. Ciki-ciki, permen, cokelat, buah, biskuit, atau pun kue. Mungkin
karena kebiasaan, nonton tanpa ngemil itu rasanya ada yang kurang, ada yang
tidak lengkap. Sukurnya meskipun ngemilku banyak, badan ini gak serta merta
menjadi gendut. Yeyeyeye...
Dan kali ini aku mau
ngomongin cemilan yang baru pertama kali aku coba, SHAPES Cheezy. SHAPES Cheezy adalah krekers gurih renyah
dengan taburan keju cheddar yang diproduksi oleh Arnott’s dengan tiga varian
rasa; Keju Abon, Double Keju, dan Keju Pizza. Yang akan kita ngomingin kali ini
yang rasa keju pizza...
Ptsss... maaf ya untuk fotonya agak kurang baik. Soalnya pas beli langsung pengen dicoba, dan saat itu malam hari. Kamera andalanku sudah gak oke lagi buat foto-foto malam hari, jadinya cuma mengandalkan kamera HP.
Tertarik nyobain karena
melihat taglinenya; “Dipanggang Bukan Digoreng”.
Komposisi: Tepung
Terigu, Minyak Nabati, Serpihan Kentang (mengandung pengawet Natrium
Metabisulfit, Antioksidan BHA), Bumbu Rasa Keju Pizza (mengandung penguat rasa
Mononatrium Glutamat, Dinatrium Guanilat, Dinatrium Inosinat), Pati Jagung,
Gula, Keju Cheddar Bubuk, Garam, Ragi dan Peterseli.
Informasi nilai gizi, dibawahnya komposisi ada logo halalnya. Aku lupa foto. |
Packagingnya sederhana
saja berwarna kuning lembut dengan totol-totol biru dan font merah gendut untuk
namanya. Sederhana tapi tidak spesial. Sama saja dengan packaging makanan
ringan kebanyakan. Yang membuatku benar-benar tertarik membelinya karena ini
barang baru—aku jadi penasaran ingin mencobanya – dan terbujuk taglinenya itu.
Malah yang kulihat
packagingnya itu agak boros ya dengan karton kertas diluarnya... untungnya bagi
saya karton pembungkusnya bisa bermanfaat sebagai printilan koloaseku nantinya,
untuk orang lain? Saya rasa hanya akan berakhir di tempat sampah saja. Saya
suka membuka kotaknya dan menyimpannya dalam bungkusan aluminium foilnya saya,
lebih praktis di bawa kemana-mana dan muat di tas.
Bentuk krekersnya yang segitiga tumpul ini membuatku kesemsem, entah mengapa... hihihi...
Soal rasa saya
ancungin jempol. Rasanya enak!!! Pake banget!!! Isinya yang banyak (12g) dengan
cepat ludes...
Saya pun ketagihan
dengan SHAPES Cheezy ini! Krakersnya kriuk-kriuk tetapi cepat lumer di lidah
dan rasa keju pizzanya nyesssss....
Hingga kini, saya sudah
mencoba semua varian rasanya dan favorit saya tetap rasa keju pizza.
Tapi... meskipun sangat
menyukai cemilan ini (menemani saya nonton maupun tidak), saya harus membatasi
memakannya. Kepalaku sakit setelah memakannya, ini dikarenakan aku yang memang
tidak bisa terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung pengawet.
Padahal enak banget! Hiksss...
Siapa di sini yang tidak suka cokelat? Ada? Gak ada kan ya?!! Kalo ada... duh! Eh tapi ada si ya yang setauku alergi cokelat. Membayangkan saya yang tau-tau alergi cokelat atau tidak pernah mencicipi cokelat sekali pun dalam hidup kok rasanya menyeramkan ya ._. Makanan seenak itu... Apalagi cokelat adalah cemilan favoritku.
Nah kali ini saya ingin berbagi rasa saat mencicipi Cokelat Monggo Bars ^^
Tau dong ya Cokelat Monggo?!!
Cokelat dengan citarasa Indonesia yang dibuat oleh Pria Belgia di Jogja sana. Yang katanya terbuat dari premium dark cokelat dengan 100% mentega kakao. Yang juga katanya biji kakaonya diambil dari perkebunan kakao di Jawa, Sumatra, dan Sulawesi. Dan setiap varian produk Cokelat Monggo ini memiliki keunikan dari cita rasa asli bahan-bahan Indonesia!!! Uwoooo...
Saya tahunya Coklat Monggo ini sudah lama, semenjak menonton liputan tentangnya di sebuah stasiun TV. Saat itu saya sudah dibuat sangat penasaran untuk mencicipinya, dan jika bisa berkunjung langsung ke pabriknya. Okelah saya sadar pabriknya tidak mungkin seperti pabrik cokelat seperti di film Charlie and the Chocolate Factory, tapi tetap saja saya ingin bisa berkunjung ke sana. Sayangnya hingga sekarang saya belum pernah menginjakkan kaki ke Jogja. Huhuhuhu...
Eh kok malah curhat ya?!! Hahahaha... kali ajakan ditawari ke pabrik Cokelat Monggo, penginapan plus tiket pulang pergi dibayarin. Hahaha... Terus diberi lagi bingkisan cokelat monggo semua variannya!!! Hwahahaha *ngayal*
Sekian lama mengetahui tentang Cokelat Monggo ini, barulah beberapa minggu yang lalu saya benar-benar mencicipinya. Cokelat ini, beserta cokelat-cokelat lainnya diberikan kakak saat pulang dari Singapura dan Batam. Loh kok?!! Jangan tanya, saya pun bingung. Mungkin cokelat ini sudah dijual di Singapura atau Batam? Entahlah saya lupa bertanya karena terlalu girang mendapat se-tas penuh cokelat.
Produk Cokelat Monggo yang saya cicipi ini adalah Bars dengan rasa Strawberry dan Mangga (tapi yang mangga tidak sempat saya foto, keburu habis di makan). Monggo Bars sendiri memiliki sembilan varian rasa; Praline, Caramello, Dark, Strawberry, Durian, White Cokelat, Mangga, Marzipan, dan Milk Cokelat.
Packaging-nya dari kertas, hmmm sepertinya kertas daur ulang, yang terlihat sangat klasik nan elegan. Melihat bungkusnya saja saya sudah sangat senang, cantik menurutku. Fontnya juga pas, tidak berlebihan.
Ada tulisan halalnya |
Komposisi dan tanggal produksinya |
Setelah kertas pembungkusnya di buka, seperti pembungkus cokelat pada umumnya, cokelat ini juga dibungkus aluminium foil. Bisa terlihat jelas Monggo Bars yang beratnya 40gr ini terdiri dari enam potong cokelat.
Warna cokelatnya gelap, khas dark cokelat. Meski pun tidak "se-dark" cokelat batangan untuk bahan kue.
Rasanya?
Hmmm... cokelatnya langsung meleh di mulut. Rasanya tidak terlalu manis sehingga gak bikin eneg. Rasa pahitnya juga terasa. Ituloh pahit cokelat... enak lah pokoknya! Hahaha... dan ditenganya itu ada pasta strawberry (pasta mangga yang varian mangga), dibilang pasta si bagi saya itu seperti selai. Eh apa pasta dan selai sama aja ya? ._. Ya itulah pokoknya! Hihihi...
Karena cokelat ini gak bikin eneg, enam potong terasa tidak cukup! Aku masih mau lagi... Hiks...
Yang di Jogja beliin dong!!!
Setelah mencicipi dan mereview-- benar gak si penggunaan kata "review" di sini?-- Indomie goreng rasa Bulgogi, kali ini saya kembali ingin mereview salah satu varian rasa Indomie Taste of Asia, yakni rasa Tomyum. Ngereview makanan, cemilan bagi saya, sepertinya nagih nih ^^
Indomie Taste of Asia: Mie Kuah rasa Tomyum ala Thailand
Cara pembuatannya pun tak berbeda dengan Indomie biasanya. Dan seperti kebiasaan saya pun menambahkan tiga biji cabe ke dalam indomie ini. Juga saya tambahkan lagi satu telur rebus ke dalamnya. Saat menggunting bumbunya, aroma ikan tercium kuat dari bumbu tersebut. Wah gawat, saya orang yang tidak menyukai bau ikan yang menusuk, apalagi yang amis, entah mengapa bau ikan itu membuat saya mual. Saya pun sudah merasa sanksi dengan indomie ini. Sepertinya saya tidak akan menyukainya... meskipun mienya persis seperti mie yang ada pada rasa bulgogi, terlihat kenyal-kenyal uweeenakkk...
Setelah mienya matang saya pun menaruhnya ke dalam mangkok dan mulai mencicipinya...
Hmmm... bau ikannya ternyata sudah lenyap, mienya sesuai dugaan kenyal-kenyal uweenak, dan kuahnya mantap! Yup mengingatkan akan rasa tomyum pada umumnya. Hanya saja tak ada rasa kecutnya yang sering saya rasakan pada tomyum, sehingga kesegaran kuah tomyum-nya tak sesegar saat mencicipi tomyum sebenarnya. Hal itu mungkin bisa kita siasati dengan menambahkan perasan jeruk nipis, tapi kebetulan saat itu di rumah sedang tak ada jeruk nipis. Dan juga bagi saya kuahnya terlalu berminyak, membuat tenggorokan seret. Saya memang tak begitu suka makanan yang terlalu berminyak...
Oh ia pada indomie rasa Tomyum ini dilengkapi dengan sayuran dan jamur kering juga potongan bakso...
Postingan kali ini sama sekali bukan untuk promosi produk, tapi mungkin akan berefek promosi juga si ^^ #nahloh. Dan postingan kali ini pun saya buat bukan karena saya dibayar oleh pihak Indofood untuk mereview salah satu produk buatannya, tapi jika pihak Indofood berkenan membayar saya ya saya pun dengan senang hati dong ya menerimanya, atau setidaknya dikirimin sekardus mienya boleh juga >.< Hahahah *ngarep mode on*. Sebenarnya melihat postingan saya akhir-akhir ini yang kebanyakan berisi review buku atau foto-foto tanpa disertai cerita yang mendetail membuat saya pun yang melihatnya menjadi bosan. Sebentara itu saya sedang sangat malas menulis cerita atau mengomentari suatu hal akhir-akhir ini. Jadi ya dalam rangka membuat isi blog ini lebih beragam saya kepikiran untuk mereview produk makanan yang lumayan baru ini...
Indomie Taste of Asia: Mie Goreng Rasa Bulgogi ala Korea
Sewaktu melihat iklan Indomie Taste of Asia ini di TV, saya pun langsung tertarik untuk mencobanya. Alasannya si karena saya suka banget dengan Bulgogi dan juga saya penasaran bagaimana Indomie ini mengolah cita rasa Bulgogi ke dalam mie instan keluarannya itu. Akan samakah rasanya? Enakkah? Sewaktu ke sebuah pusat perbelanjaan saya pun membeli sebungkus Indomie rasa Bulgogi ini, juga sebungkus lagi yang rasa Tomyam, yang juga merupakan makanan kesukaanku.
Singkatnya sesampai di rumah saya pun memasak mie instan ini. Cara membuatnya sama seperti membuat mie instan lainnya, tapi seperti kebiasaan saya menambahkan tiga biji cabe. Mienya sendiri lebih besar dan berbentuk seperti fetucini atau kweitiyaw. Juga terdapat potongan-potongan daging kering dan sayuran di dalamnya.
Untuk rasanya enak si menurut saya, lumayan miriplah seperti mencicipi Bulgogi. Yang paling lezat itu menurut saya malah ada pada mienya, teksturnya kenyal tapi gak alot dan sukses membuat lidah saya menari-nari. Sayangnya dagingnya keringnya agak alot, membutuhkan sedikit perjuangan saat mengunyahnya.
Saya orang yang akan sakit kepala ketika memakan makanan yang terlalu banyak mengandung Monosodium Glutamat dan tak berapa lama setelah menghabiskan mie ini sakit kepala itu pun muncul. Lumayan menyiksa, salah sendiri juga si saya tidak mengurangi sebagian dari bumbu mie ini. Tapi setidaknya mie ini tidak menimbulkan sakit kepala yang luar biasa seperti pada rasa Indomie goreng cabe hijau dan Indomie goreng rendang. Dua varian rasa itu sudah kapok untuk saya cicipi.
Dan ya... Indomie ini cukup bisalah memuaskan nafsu ingin makan bulgogi ketika sedang kere...
Ada yang spesial di tanggal 7 Juli 2013 ini, saya dan seorang sahabat SMA (hinggah kini tentunya), berjumpa kembali setelah jarak dan kesibukan masing-masing menjauhkan kami. Tiada kecanggungan saat kami bertemu, perbincangan mengalir lancar seakan kami tak pernah terpisahkan oleh waktu itu sendiri. Meskipun secara fisik saya dapat melihat perbedaan pada dirinya~
Dia masih Ilha yang dulu. Ilha yang meskipun lebih muda dari kami tetapi memiliki kedewasaan yang melebihi kami. Ilha yang tidak bisa bertahan lama saat menjalin hubungan dengan seorang lelaki. Ilha yang jauh melampaui kecerdasan kami dalam hal matematika dan membaca Al Quran. Ilha yang tak pernah marah, setidaknya dengan kami. Ilha yang seperti kami, juga orang yang bosanan, atau moddy-an?
Tapi kini ia lebih cantik ^^
Kulitnya bersih dan bercahaya, tidak cu'mala lagi seperi dulu (ia Ilha dulu kau itu cu'mala sekali :p). Pembawaannya anggun, lebih menyerupai perempuan yang sebenarnya, meskipun setelah pembicaraan kami ia sama sekali tidak menyadari perubahan pada dirinya itu, ia malah berkata ingin juga seperti orang lain yang ketika telah bertambah usia terlihat lebih kalem.
Kami membicarakan banyak hal; tentang teman-teman SMA kami, tentang Tiwi, salah satu sahabat kami, tentang mimpi masa depan kami , tentang hubungan kami, dan tentang ia juga tentang aku. Singkatnya segala yang dapat kami bagi, kami ceritakan saat itu. Sehingga sore itu menjadi begitu menyenangkan.
Heran. Akhir-akhir ini nafsu makanku sangat besar. Dalam sehari mungkin aku makan lima kali :p Rakus bangetkan? Itupun belum masuk cemilannya. Hehehe... Jangan kaget ya bila nanti kita ketemu, kedua pipi ku sudah sebesar bakpao.
Ini dia cemilan ku...
Dan malam ini, cemilan-cemilan yang datas menemaniku menulis, membaca dan menggambar. Nikmatnya hidup '\(^O^)/'
“Lompo battang” sudah tak terpikirkan lagi saat menyantapnya...
Ohh goodtime, cha-cha, susu ultra, dan qtella, aku mencintaimu :*