Doa dan Harapan Dipergantian Tahun Ini

January 01, 2023

Hujan deras yang kuharapkan turun sedari Magrib tadi akhirnya datang. Serentak suara kembang api dan latto-latto yang sedari tadi berbunyi teredam lalu menghilang. Ada bayi yang tidurnya gelisah karena suara menggelegar dari kembang api itu yang membuatku jengkel. Bayi gelisah dan ngantuk adalah gabungan yang membuat sakit kepala, rengekan kerewelan itu seringnya membuatku kehabisan rasa sabar. Rasa yang buruk untuk memulai tahun yang baru...

2022, bukan tahun yang terbaik. Memasuki usia yang 32 di bulan Agustus dengan berbagai kabar duka, perpisahan dan kehilangan membuatku banyak berpikiran buruk. Bagaimana tidak jika kabar yang kau dapatkan dari kenalan yang jarang bersua adalah kabar kematian? Lalu kabar dari teman adalah perceraian karena suaminya berselingkuh? Kabar dari teman lainnya yang suaminya meninggal tiba-tiba? Bayi-bayi seumuran Ghibran yang meninggal satu persatu karena gagal ginjal? Dan segudang berita negatif yang berseliweran di media sosial... Rasanya bertambahnya usia memaksa menempa kita dengan kenyataan pedih bahwa tak ada yang abadi di dunia ini. Anak-anak yang kupeluk malam ini bisa saja tak lagi bernapas keesokan harinya, suami yang membersamaiku delapan tahun ini bisa saja tak lagi pulang ke rumah...

Tak cukup dihantui ketakutan akan perpisahan... Ah, sepertinya aku tak pernah pulih sejak menjadi yatim piatu. Aku ikhlas dengan kepergian orangtuaku yang hanya berselang empat tahun di usia ku yang sedang labil-labilnya. Hal itu sudah lama berlalu dan ya aku sudah sampai dititik bahkan jika bertemu seorang peri di persimpangan jalan yang menawariku untuk mengembalikan waktu tak lagi membuatku tergoda. Aku bahagia. Aku ikhlas. Dan aku yakin kedua orangtuaku berada di tempat yang terbaik disisi Sang Pencipta. Lalu kusadari setelah menemukan keluarga sendiri, setelah anak keduaku ini lahir, aku dihantui perasaan takut kehilangan, ditinggalkan seorang diri, ketakutan akan kematian. Perasaan ini mencengkramku, terkadang membuat malam-malamku gelisah karena rasa takut dan kepala yang berisik. Betapa tak berdayanya kita dihadapkan pada kematian itu.

Lalu seorang Om meninggal, disusul seorang Kakak Sepupu, dan terakhir seorang Tante, sebuah pukulan yang berat di dada... Rasanya tak nyata, bahkan hingga detik ini. Tanteku yang cantik, yang saat kecil sangat kami takuti jika berbuat nakal, yang pulang bekerja dengan rambut dikepang cantik ala princess. Tak ada lagi orang yang akan memotong rambut kami di saat modelnya sudah tak karuan, tak ada lagi suara omelan nya saat pulang kerja dan mendapati dapur rumah nenek kami berantakan, tak ada lagi es buah buatannya, tak ada lagi nastar di hari lebaran, dan jika kita berfoto keluarga di hari raya ada tempat kosong yang membayangkannya saja membuat hati ini nyeri. Kematian itu menyesakkan, terutama untuk orang-orang yang ditinggalkan, apa lagi jika datangnya secara tiba-tiba.

Dan tahun pun berganti, bahkan hujan tak membuat orang-orang diluar sana patah semangat dan tak menyalakan kembang api. Gemuruh di langit bersahut-sahutan, untungnya bayiku telah tertidur lelap. Kakaknya menolak tidur dan meminta makan, terlalu bersemangat memandangi langit dari jendela, memandangi potongan kembang api yang mengintip dari celah antar bangunan rumah yang tinggi. Selamat tahun baru, aku berharap ini akan menjadi tahun yang dipenuhi harapan, kebahagiaan, kesehatan, dan pikiran yang positif.

Benar, 2022 tak melulu berita kesedihan, rejeki berupa kerjaan yang mulai sering datangnya, anak-anak yang meskipun hampir tiap bulan sakit dan membuat kepala pusing, tumbuh dengan baik dan sehat, senyuman dan tawa yang mereka hadirkan, serta suami yang menyebalkan tetapi manis dan membuatku banyak-banyak bersyukur. Sesepele bisa makan enak, jajan wishlist, sahabat dan keluarga yang selalu menemani, dan bisa mandi air hangat di akhir hari yang melelahkan... Ya tahun ini memang tak buruk-buruk banget.

Aku harap 2023 aku tak lagi dihantui perasaan takut, tak lagi seperti Anakin Skywalker yang ketakutan kehilangan Padma Amidala hingga rasa takutnya itu merubahnya menjadi Darth Vader. Bukankah pikiran buruk menarik hal-hal buruk? Memikirkannya malah membuatku semakin ketakutan. Bagaimana jika pikiran burukku ini menarik energi negatif dan menjadikannya kenyataan? Karena sesungguhnya aku belum siap dengan perpisahan lainnya. Hilanglah ketakutan, datanglah pikiran baik. Berpasrah diri tanpa dicengkeram perasaan tak berdaya...

Please 2023, I beg you, be a good year 🙏🏻

Makassar,  Minggu 1 Januari 2023, 0.24

You Might Also Like

5 Comments

  1. meskipun banyak yang getir di tahun lalu semoga di tahun ini kita lebih bahagia ya mbak

    ReplyDelete
  2. Semoga tahun 2023 lebih baik lagi, dan diberikan kesehatan, kebahagiaan dan rejeki yang melimpah, Aamiinnn....

    ReplyDelete
  3. Terlepas dari cerita sedihnya, aku suka banget gaya penulisannya kayak lagi baca cerpen kak. Please bikin novel

    ReplyDelete
  4. semoga di tahun 2023 ini diberi kesehatan, rejeki yang melimpah. Nggak nyangka si kaka udah gede aja ya sekarang

    ReplyDelete
  5. Energi positif akan membangun pikiran dan tindakan positif.... plis jangan jadi Anakin Skywalker versi Negeri Wakanda ... hihiy..

    ReplyDelete

Terimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.