Januari akan segera berakhir, apa kabar kamu?
2021, kita menyambutnya dengan penuh suka cita, dipenuhi harapan akan tahun yang lebih baik setelah di 2020 diterpa kabar buruk dan duka yang silih berganti. Banyak yang kehilangan, banyak yang pergi dan tak kembali, ada yang terpuruk hingga dasar, kita pun terkurung dalam kotak yang dinamakan rumah dan harus berdamai dengan sesama yang tinggal di dalamnya. Beberapa beruntung memiliki hubungan yang harmonis sehingga menjadi kekuatan, beberapa terjebak dengan hubungan tak sehat dan tak mampu meminta pertolongan...
Tapi disetiap kesulitan yang ada, Sang Pemilik memberikan kemudahan yang juga berlimpah. Disetiap duka, tersisip bahagia. Mungkin kini tak terlihat saking gelapnya, tapi kuyakin di sana akan ada cahaya...
Kini 2021, bulan pertama akan berakhir... bukankah kabar duka malah beruruntutan? Kecelakaan pesawat, alam yang marah di seentero bumi pertiwi, dan kasus positif covid yang melejit tinggi. Menyesakkan. Tapi ku menemukan banyak harapan meskipun kebebalan hampir sama juga banyaknya. Kita yang saling membantu mengingatkanku bahwa masih banyak orang baik di dunia yang menyesakkan ini, vaksin yang mulai dijalankan, dan ya hal-hal kecil yang membuatku percaya dunia ini bisa lebih baik.
Di sisiku, menakjubkan menyadari orang sinis sepertiku bisa berpikir sepositif ini. Lucu, tapi ini perubahan yang cukup besar, dan baik, maybe... Memang tak selamanya keseharianku dipenuhi cahaya, terkadang juga gelap dan hampa. Tapi periodenya lebih singkat dan ya disinilah aku.
Ingin menyapa dan berbagi kabar, bercerita...
Dimulai dari pertengahan bulan Desember 2020, Pai pulang siang dari kantor karena merasa tak enak badan. Setelah itu dia demam, menggigil, dan diare. Kami pikir mungkin tifoidnya kambuh lagi karena gejalanya yang mirip. Kemudian besok malamnya giliran aku yang mengalami gejala yang serupa; demam tinggi, badan menggigil dan ngilu, kami pun mulai was-was. Sedari Pai pulang kantor itu masker tak pernah dia lepaskan, juga saat kumulai merasa tak enak badan masker pun selalu kugunakan. Sesak sih, tapi kami sangat takut menularkannya ke Ghaza. Singkat cerita kami pun PCR dan hasilnya positif. Ghaza pun di ungsikan ke kebun Kakek Neneknya. Sementara kami melakukan IsMan di rumah.
"Kok bisa? Dapatnya dari mana? Tertular dari siapa?"
Pai bekerja di RS Wahidin, dimana rumah sakit itu adalah tempat konsentrasi penanganan Covid dengan kasus berat se-Sulsel, dan ya sudah banyak kasus karyawan dan nakes di sana yang positif, baik OTG maupun dengan gejala ringan hingga berat. Sebelumnya dia juga sempat dinas ke Medan, mengunjungi RS di sana. Jadi ya, kasarnya sih memang tunggu waktu saja untuk kami turut terinfeksi. Syukur Alhamdulillah gejala yang kami derita hanyalah gejala ringan, demam pun hanya sehari tapi memang badan cepat merasa lesu beberapa hari setelahnya... Dan yang terpenting Ghaza aman.
Selain perasaan rindu pada Ghaza, kami berdua bisa beristirahat dengan baik. Lebih banyak waktu berdua, membicarakan rencana kedepannya dan berbagai hal, netflix and chill, berpacaran dan apa pun yang bisa kami lakukan berdua hahahaha. Ya, anggap saja ini sebagai liburan, begitu pikirku. Lagian perasaan bahagia mempercepat penyembuhankan. Aku juga bisa membabat timbunan buku-buku yang belum sempat kubaca selama ini. Semangat!
Sebenarnya sempat juga sih aku merasa drop saat dua minggu isman dan PCR kembali, hasil yang keluar masih positif. Saat itu aku lagi kangen-kangennya dengan Ghaza dan berharap sebelum tahun baru sudah bisa bertemu dengannya. Sayangnya kami ternyata belum bisa bertemu dan melanjutkan seminggu lagi isman. Saat itu aku merasa sangat sedih, dadaku juga sesak dan rasanya tak ada semangat melakukan apa pun. Sekali lagi syukurlah positifnya masih barengan dengan Pai, ada yang memeluk di saatku menangis merindukan anak sendiri.
Seminggu kemudian hasil PCR kami pun negatif tapi tetap belum bisa bertemu dengan Ghaza karena dia ikut dengan sepupu-sepupunya ke Sidrap dan tinggal di sana dengan iparku. Mana lagi setiap video call anaknya kabur-kaburan, sebel deh jadi pengen jitak tapi kangen, huhuhu... Bahkan sampai sekarang dia belum juga pulang, kebayangkan bagaimana rasa rinduku ini menumpuk.
Dan Januari pun mulai mendekati akhir...
Pai sudah kembali kerja lagi dan aku tetap lebih banyak di rumah perkara kabar bahagia yang belum siap kubagikan saat ini. Kabar silih berganti berdatangan, hidup manis dan pahit dengan caranya sendiri. Waktu sendiri di rumah yang berlimpah kumanfaat dengan lebih banyak berbincang dengan diriku, masuk ke dalam dan memeluknya. Berusaha berdamai dengan luka yang ternyata masih ada di sana...
Kurasa aku siap menyambut Februari. Bagaimana dengan kalian?
"I feel so intensely the delights of shutting oneself up in a little world of one's own, with pictures and music and everything beautiful."
_Virginia Woolf