Sebenarnya aku tak pernah menyangka akan berusia tiga-puluh-tahun. Hal itu terasa masih begitu jauh, saking jauhnya aku jarang memikirkannya, karena ya... hal itu masih terlalu jauh. Terkadang pikiran itu terlintas, tentang aku yang berusia tiga-puluh-tahun, tentang masa yang bukan lagi milikku, tentang tubuh yang tak seperti dulu lagi, tentang hal-hal yang melayu, dan itu membuatku bergidik ngeri, sehingga pikiran itu kusingkirkan jauh-jauh. Lalu di sinilah aku, perempuan tiga-puluh-tahun... yang siap atau pun tidak, tak punya pilihan untuk itu. Waktu memang tak pernah berjalan dibawah kendali manusia bukan?
Rabu tanggal 19 Agustus 2020, aku terbangun karena dering hp yang berbunyi, video call dari Pai yang mengucapkan selamat ulang tahun. Karena masih mengantuk, video call itu tak berlangsung lama, aku kembali melanjutkan tidurku... sempat terbangun karena chat darinya yang membuatku tersenyum lalu kembali melanjutkan tidur dan bermimpi indah.
Aku bukan morning person, malam membuatku aktif dan kreatif dibandingkan pagi hari. Jika terbangun di pagi hari pun, otakku tidak berfungsih dengan semestinya dan sebaik saat malam hari, sehingga jarang hal-hal kreatif bermunculan di sana. Satu hal yang tak berubah di usiaku saat ini.
Malam juga tempatku mengadu dan berkeluh kesah. Menangisi hal-hal yang membuatku marah, kecewa, dan sakit hati. Dia menerima emosi negatifku dengan tangan terbuka dan menenangkanku, sehingga saat matahari kembali terbit, aku siap menghadapi dunia...
Cukup tentang malam, sebenarnya bertambahnya umurku ini juga terasa asing karena tidak adanya Pai di sini. Dia sedang ada tugas ke Ambon selama sebulan. Semenjak ulang tahunku yang ke-17, aku selalu "merayakannya" bersamanya, dan kali ini tidak, kami berjauhan, dan itu terasa aneh. Tidak nyaman dan tidak tepat... Ajaib bagaimana kebersamaan yang lama dengan seseorang membuatmu sangat bergantung pada kehadirannya. Mengikis kemandirianmu perlahan-lahan... Satu hal lagi yang kadang membuatku khawatir... Karena kami tak mungkin selamanya bersama...
Bagaimana jika?
Apa yang akan kulakukan jika hal itu terjadi?
Akankah aku survive?
🌼🌼🌼🌼🌼
Ghaza bangun dan langsung mengambil ipadnya dan mengecek tanggal di sana, kemudian berseru dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun untukku sembari meloncat-loncat di tempat tidur.
"Selamat ulang tahun... Ulang tahun Buma... Ulang tahun Buma... Ulang tahun, ulang tahun, ulang tahun Buma."
Kemudian dia memelukku dan dan mencium kedua pipiku. Ahhh... dunia terasa sempurna. Dadaku dipenuhi perasaan membuncah yang tak bisa kulukiskan dengan kata-kata. Meskipun bertambah umur, ulang tahun tetaplah ulang tahun yang memberikanmu banyak hal-hal yang membahagiakan.
Ide tentang ibu yang ideal, ibu yang baik, masih sering menghantuiku, bahkan saat usia Ghaza kini hampir 5 tahun... Aku tidak bisa memenuhi ekspektasiku sendiri dan terkadang hal itu masih membuatku merasa cemas dan tak berguna. Tapi memang sudah tidak separah dahulu...
Sesekali mengambil waktu sendiri, bersenang-senang sendiri tanpa melibatkannya, membuatku bisa bernapas sejenak dan menjadi diriku sendiri. Aku pun tak lagi merasa bersalah dan egois saat melakukannya.
Tanggapan orang ternyata sangat memberatkan ya? Aku yang sedari dulu tak pernah mengambil pusing penilaian orang lain, ternyata jatuh juga kelubang penilaian itu. Tentang Ghaza, membuatku menjadi jauh lebih sensitif. Aku takut dia tidak tumbuh dengan baik, aku cemas dia kekurangan gizi dan mengalami stunting, aku cemas saat dia terlambat berbicara dan menduga yang tidak-tidak... Aku merasa sangat terluka saat seseorang mengatakan sesuatu tentangnya... Tapi ini mungkin lebih karena ekspektasiku sebagai ibu ideal, standar yang kubuat tidak terpenuhi sehingga ketika ada yang berkomentar hal itu terasa sangat menyakitkan.
Tapi hal itu kini tak separah dahulu. Perlahan aku sudah menemukan diriku yang sempat hilang, terkubur di dalam lubang dan menjemaskan berbagai hal. Aku kembali menjadi Dwi yang egois yang mengutamakan kebahagiaannya dahulu sebelum membahagiakan orang lain... Karena hai, bagaimana kau bisa membahagiakan seseorang jika kamu sendiri pun tak bahagia?!!
🌼🌼🌼🌼🌼
Usia 30 tidak seburuk itu. Ya, aku memang bukan lagi perempuan usia 20an dengan semangat dan energi yang besar. Dengan bentuk tubuh yang tak pernah berubah meskipun aku mengemil dan makan tengah malam... Bukan lagi perempuan yang merasa dunia berputar mengelilinginya, semua hal yang ia inginkan, cepat atau lambat akan terwujud, karena semesta mendukungnya. Sayangnya atau untungnya? Aku tak lagi seperti itu...
Entah di usia kedua puluh berapa aku menyadari aku bukan pusat dunia...
bukan tokoh utama dari sebuah buku atau pun film...
Bahkan kini bukan lagi tokoh utama dikehidupanku sendiri.
Tidak lagi mendapatkan sorotan dan dipuja. Hahaha memalukan mengakuinya, tapi ya aku pernah berada di fase itu. Dengan semua sorotan dan pujaan, rasa percaya diri yang membuncah, dan keyakinan bahwa aku bisa meraih segala harapan dan mimpi yang kuinginkan. Menggelikan jika diingat-ingat.
Kapan tepatnya aku berubah aku pun tidak menyadarinya. Tanpa ada perasaan jatuh atau tertampar, tahu-tahu saja aku menikmati peran dibelakang panggung, menyepi dari keramaian, bahkan terkadang menghilang sejenak. Tak masalah jika terlupakan...
"And when I felt like I was an old cardigan
Under someone's bed."
Lucunya, meskipun dalam hal kepribadian aku merasa banyak berubah, contoh yang paling kentara aku tak begitu menikmati lagi berada dikeramaian apalagi ditempat yang bising, ternyata hasil tes mbti ku tetap sama dari 5 tahun yang lalu. Aku masih tetap seorang Juru Kampanye (Campaigner/ ENFP-T), seorang ekstrovert. Energiku akan di segarkan jika bertemu orang-orang, meskipun sekarang dengan skala yang kecil; keluarga terdekat, sahabat, dan orang-orang yang memiliki kesamaan minat denganku...
Usia 30 tahun. Aku berubah, sekaligus tidak berubah. Beberap sudut tajam, menumpul, beberapa kebiasaan baru bermunculan, mimpi lama terlupakan berganti mimpi-mimpi baru, beberapa orang menjauh, menemukan teman-teman baru, tertawa, menangis, kecewa, berbahagia, putus asa, bersyukur, semuanya menjadikan aku yang sekarang.
Bagaimana selanjutnya?
"But I can see us lost in the memory,
August slipped away into a moment in time."