Grow Happy Bersama Nestle LACTOGROW
July 24, 2019
Saat Ghaza berusia sekitar dua tahunan, aku dilanda depresi. Saat itu ada malam-malam panjang yang kuhabiskan dengan menangis, hari-hari terasa melelahkan dan yang ingin kulakukan hanyalah meringkuk mengasihani diri sendiri. Aku merasa tidak berarti, tidak cukup dicintai, menjadi semakin bodoh saja hari demi hari karena hanya menjadi sekedar Bunda Ghaza.
Merasakan hal itu membuatku merasa sangat egois dan seorang ibu yang buruk. Maka aku menghakimi diriku sendiri dan membuat depresiku semakin menjadi-jadi. Ditambah lagi saat itu berat badan Ghaza stagnan dan dia belum lancar berbicara. Ya, aku seharusnya tidak menjadi ibu, begitu yang kupikirkan saat itu. Aku ibu yang gagal. Tapi di sisi lain, kehadiran Ghaza saat itu yang membuatku bisa "agak waras" dan tidak melakukan hal-hal aneh, meskipun hal itu sangat sering terpikirkan.
Alhamdulillah hal itu mereda (tidak yakin bila mengatakan aku sembuh) dan hidupku sekarang menjadi baik-baik saja. Aku bisa dengan percaya diri mengatakan bahwa aku ibu yang baik untuk Ghaza dan Sang Pemiliki Segala tidak akan memberikanku amanah berupa anak yang luar biasa sepertinya jika Dia merasa aku tidak mampu. Aku juga punya pasangan luar biasa, yang bersamanya kami terus belajar menjadi orangtua. Meskipun begitu tetap saja aku merasa khawatir, bagaimana jika kematangan emosi Ghaza ikut terganggu? Bagaimana jika dia tumbuh dengan tak bahagia? Apa yang harus ku lakukan? Karena saat emosiku tidak stabil itu kadang dia memergokki ku menangis sesegukkan di malam hari. Dan saya rasa seorang anak punya kepekaan yang luar biasa, secerdik apa pun orangtuanya menyembunyikan perasaannya, mereka akan tahu juga.
Karena itu saat dibuka sesi tanya jawab di workshop Grow Happy Parenting: Happy from the Inside Out bersama Nestle LACTOGROW, aku pun menanyakan kepada Psikolog Elizabeth Santosa, M.Psi, Psi, SFP, ACC perihal tersebut.
Dukung Kesehatan dan Kebahagiaan Anak Dengan Pola Asuh Grow Happy Bersama Nestle LACTOGROW
Makassar, 17 Juli 2019, aku menghadiri acara ini yang bertempat di Cafe Iconic Makassar. Acara yang dimulai pagi hari itu tidak menyurut langkahku untuk datang ke sana bersama Ghaza. Ia, kali ini aku memilih membawanya turut serta dari pada menitipkannya. Dengan mempertimbangkan keefektif-an waktu dan dia yang sudah mengerti jika diminta duduk manis atau tidak boleh ribut, aku pun membawanya ke acara ini.
Saat datang aku langsung melakukan registrasi dan memilih tempat duduk agak dibelakang. Kursi-kursi dibagian depan sudah terisi full oleh para Blogger Makassar kesayanganku, sebenarnya masih ada beberapa kursi yang kosong, tapi mengingat adanya Ghaza, aku pun memilih kursi dibagian belakang untuk kenyamanan semua pihak. Sementara jiggle lagu LACTOGROW berputar, aku menyempatkan diri sarapan teh dan kue yang telah disediakan.
"You are my sunshine, my only sunshine,
you make me happy when skies are gray
you'll never know dear how much i love you
so please dont take my sunshine away..."
Tidak berapa lama acara pun dimulai....
Brand Executive Nestle LACTOGROW, Pramudita Sarastri membuka acara dengan memperkenalkan Nestle LACTOGROW, yakni susu pertumbuhan untuk anak usia satu tahun ke atas, yang kini kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung tumbuh kembang optimal anak Indonesia dengan menggelar workshop Grow Happy Parenting ini. Bersama para pakar berbagi ilmu untuk membantu orangtua dalam memenuhi gizi dan mengembangkan kematangan emosi anak. Mulai dari pendekatan psikologi hingga cara menjaga kesehatan saluran cerna, agar orangtua dapat mendukung anak tumbuh bahagia.
Workshop ini digelar didelapan kota di Indonesia dengan harapan para orangtua memahami bahwa agar anak tumbuh dan berkembang dengan optimal, orangtua perlu memenuhi kebutuhan gizi dan membantu mengembangkan kematangan emosi anak.
Pencernaan Sehat Untuk Anak Bahagia Dan Pintar
Spesialis Anak Dr. dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A(K) mengatakan "Kesehatan saluran cerna mendukung tumbuh kembang anak agar optimal. Oleh karena itu penting bagi orangtua untuk memastikan makanan yang dikonsumsi bergizi seimbang dan mengandung probiotik agar membantu nutrisi dapat terserap dengan lebih baik. Di antara sekian banyak probiotik, Lactobacillus reutri merupakan salah satu jenis yang telah teruji secara klinis aman dan bermanfaat bagi tubuh. Pemberian probiotik dapat dilakukan melalui susu atau makanan yang difermentasi seperti tempe dan yoghurt."
Di awal presentasinya, dokter Arini menekankan kembali tentang betapa pentingnya 1000 hari pertama itu. 1000 hari pertama yang dimulai dari masih janin di dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun. Sayangnya di usia itu anak rentan terkena infeksi karena saluran cerna yang belum matang, lapisan mukosa usus tipis, dan sistem kekebalan tubuh anak belum berkembang optimal, sehingga kemungkinan anak kehilangan kesempatan emas untuk tumbuh dan berkembang maksimal.
Karena saluran pencernaan adalah sistem pertahanan tubuh terbesar, peran bakteri baik di usus itu sangat penting antara lain;
- Menjaga kekebalan tubuh
- Mencerna serat dan menghasilkan nutrisi yang mendukung kesehatan saluran cerna
- Melindungi dari penyakit
- Mendukung kesehatan saluran cerna
- Melindungi usus dari mikroba atau zat berbahaya lain
Salah satu cara agar bakteri baik berkembang biak dengan jumlah yang cukup di tubuh anak adalah dengan mencukupi asupan makanan sehat yang mereka konsumsi. Makanan sehat berperan sebagai perantara untuk membantu bakteri melewati saluran cerna, mengandung prebiotik baik yang alami maupun buatan, dan menyediakan zat nutrisi lain bagi tubuh.
Why Growing a HAPPY Child is Important?
"Kematangan emosi dan kebahagiaan anak dapat dibantu dengan mempraktekkan perilaku positif, misalnya dengan mengajarkan kebiasaan bersyukur. Anak yang pintar bersyukur akan tumbuh menjadi sosok yang optimis, berempati tinggi, dan lebih bahagia. Orangtua juga sebaliknya rutin menghabiskan waktu dengan anak, misalnya berolahraga bersama, karena membiasakan gaya hidup aktif dapat meningkatkan kesehatan psikologi dan fisik," kata Psikolog Elizabeth Santosa, M.Psi, Psi, SFP, ACC saat itu.
Tentunya kita sebagai orangtua setuju bahwa kebahagiaan penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang tumbuh dengan bahagia kemungkinan memiliki masa depan yang baik jauh lebih besar dibandingkan dengan anak yang tumbuh dilingkungan yang keras atau toxic. Tapi bukan tidak mungkin anak yang tumbuh tanpa rasa bahagia akan memiliki masa depan yang baik, tapi secara presentasi hal itu sangat kecil. Contoh yang paling gampangnya anak yang sering dipukul sewaktu kecil, kemungkinan besar dalam hubungannya dengan orang lain akan berlaku kasar dan saat menjadi orangtua juga sering memukul anaknya. Aihhh kok seram ya, huhuhu...
Kebahagiaan juga penting sebagai dasar kemampuan bersosialisasi (empati, caring, komunikasi efektif). Anak yang tumbuh dengan bahagia, berlimpah kasih sayang orangtua, biasanya memiliki rasa percaya diri dan empati yang tinggi sehingga memudahkannya untuk bersosialisasi. Rasa bahagia juga menstimulasi perkembangan otak sehingga anak mudah menyerap informasi sehingga hasil akademiknya biasanya baik. Karena itu membesarkan anak dengan bahagia menjadi kewajiban orangtua kepada anaknya. Tapi membesarkan anak agar tumbuh dengan bahagia bukan berarti memenuhi
segala keinginannya, bukan berarti tidak membiarkannya merasa emosi lain
selain perasaan senang.
"Seorang anak yang dicintai dan memiliki pola asuh yang baik sejak dini, akan memiliki hippocampus 10% lebih besar. Yaitu bagian otak yang penting untuk proses belajar, memori, respon terhadap stress. Secara umum, dapat diasumsikan bahwa masa kecil yang dipenuhi cinta ibu adalah masa kecil yang bahagia."
_ Joon L Luby (2012) Professor Child Psychiatry
"Kesehatan emosional atau kebahagiaan di masa kecil adalah hal yang paling tepat untuk memprediksi life satisfaction dan well-being pada orang dewasa. Hal ini paling berpengaruh daripada hal lainnya seperti prestasi, pekerjaan atau kekayaan."
_Professor Richard Layard (2013)
Lalu bagaimana membesarkan anak agar tumbuh bahagia?
- Berikan makanan bergizi tepat waktu.
- Cukupkan waktu bermain dan eksplorasi.
- Mengekspresikan emosi positif.
- Cukupi waktu tidur.
- Berikan cinta tanpa syarat.
- Antusias saat mendengarkan ceritanya.
Setelah itu kami ditantang membuat contoh makanan sehat untuk buah hati dari playdoh, sudah bisa ditebak dong siapa yang paling antusias bermain playdoh, Ghaza dong hahahaha...
Setelah itu barulah dibuka sesi tanya jawab...
Karena menyukai materi yang dibawakan Mbak Liz selaku psikologis saat itu dan menyenangi pembawaannya, aku pun merasa nyaman untuk mengajukan pertanyaan yang agak sensitif untukku ini. Aku pun bertanya, "Bagaimana jika seorang ibu mengalami mood swing atau yang lebih buruk lagi, depresi, apakah hal itu bisa mempengaruhi anak di masa tumbuh kembangnya? Jika ia bagaimana mencegahnya? Bagaimana mengobatinya?"
Jawaban Mbak Liz menghapus kekhawatiranku selama ini, beliau berkata bahwa perempuan memang sering mengalami mood swing terutama saat PMS. Itu hal yang wajar. Tidak apa-apa memperlihatkan kepada anak bahwa kita sedih, kita marah, dan berbagai emosi lainnya, sehingga mereka pun mempelajari dan mengenal emosi tersebut. Hanya saja di saat marah kita jangan berlebihan hingga mengeluarkan bahasa kebun binatang misalnya, atau melakukan kekerasan. Dan juga itu tidak terjadi terus menerus...
Ada pun yang mengalami depresi untuk pasiennya Mbak Liz menyarankan yang paling utama mengubah polah hidup dahulu; tidur yang cukup, berolahraga, dan mengkonsumsi makanan sehat, serta berbicara, entah itu kepada pasangan, teman, atau mengunjungi ahlinya. Bersama anak pun tidak apa-apa, selama tidak melampiaskannya kepada anak.
Senang sekali bisa menghadiri workshop ini, terimakasih Nestle LACTOGROW...
4 Comments
Waktu Dwi bertanya, dalam hati saya bilang, curhat ini .... tapi memang begitu Dwi, banyak yang mengalaminya. Untungnya dengan ikut seminar seperti ini kita bisa charge kembali dan berusaha menjadi ibu yang lebih baik lagi. Semangat belajar terus yaa. Salam sayang buat Ghaza.
ReplyDeleteWow pernah berada dalam posisi depresi begitu ya?
ReplyDeleteTanpa kita sadari, memang banyak ibu-ibu ternyata yang merasa seperti itu. Apalagi yang biasanya aktif, terus tahu-tahu ketika punya anak kehidupannya seperti berputar di sekitar anak saja. Langsung berasa kayak tidak berarti lagi hidupnya.
Sayangnya, banyak juga orang yang tidak paham soal ini. Apalagi di lingkungan terdekatnya. Syukur kalau lingkungan terdekatnya masih paham dan masih mau memberi dukungan.
Peluk erat buat Dwi dan Ghaza :*
ReplyDeleteSalah satu alasan kenapa saya suka hadiri event bertemakan parenting karena begini ini, selain dapat banyak tambahan ilmu baru, jugaa kita bisa curhat/bertanya tentang masalah berhubungan sama anak dan kehidupan sebagai ibu.
seru banget ya,kalo ada event parenting lagi aku mau join dong Bun :D
ReplyDeleteTerimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.