Menyapih Ghaza

December 08, 2017

November yang lalu, Ghaza genap berusia dua tahun. Itu berarti masa menyusui kami pun berakhir. Mendengar dari cerita ibu-ibu yang lain, masa menyapih itu adalah masa yang bergelimang kebaperan. Bocah yang selama ini mendapatkan nikmat ketenangan dan kenyamanan dari menyusui harus kita sudahi. Mereka akan menangis, merengek, yang membuat kita sebagai ibu merasa tidak tega dan akhirnya luluh juga... ujung-ujungnya menyusui mereka lagi. Belum lagi jika kita sebagai ibunya yang belum siap mental, yang belum siap menyudahi masa romantis berdua itu, yang belum rela bocah kita sudah semakin besar, masih bertanya-tanya mengapa waktu terasa terbang...
Maka drama pun dimulai...



Berbeda dengan ibu kebanyakan, aku sendiri sudah tidak sabar menanti-nantikan masa menyapih ini. Aku sudah tak sabar ingin menikmati tidur nyenyak tanpa terbangun karena Ghaza mau menyusui. Aku menanti-nanti bisa tidur dengan berbagai posisi semauku, tidak stuck disatu posisi tidur karena Ghaza menyusui semalaman. Aku juga menantikan payudaraku bebas perih karena tidak akan digigit Ghaza lagi. Ya, aku sudah tidak sabar. Tekat dan mentalku sudah siap!

Jauh hari, saat Ghaza berusia delapan-belas bulan, aku sudah memberitahunya bahwa saat ia berusia dua tahun ia sudah menjadi anak kecil, bukan anak bayi lagi. Anak kecil sudah tidak menyusui lagi, kalau haus minum air atau susu. Tentunya saat memberitahunya aku menggunakan kata-kata yang singkat yang mudah dipahami Ghaza. Setiap hari hal itu terus ku ulang-ulang...

Tiga hari sebelum ulang tahunnya, aku sudah tidak menyusuinya disiang hari. Setelah sarapan dan mandi aku mengajaknya bicara dari hati ke hati...

“Anak Soleh... Tiga hari lagi dua tahun mi Ghaza. Jadimi anak kecil bukanmi bayi. Anak kecil tidak boleh mi tete na. Kalau haus minum susu atau air. Oke?! Sekarang toh kita latihan mi nah, tetenya cuma bisa malam. Oke?!”

Tanggapan Ghaza saat diberitahu hal itu si cuek ya, dia cuma membeo “oke” setiap aku mengucapkan kata oke. Setelah bicara itu aku malah ditinggal main. Nanti setelah dia capek mainnya, baru deh datang ke aku dan minta netek, yang tentunya tidak kuberikan. Merengeklah dia... Pertama cuma ndusel-ndusel sambil tarik-tarik bajuku, karena tetap tidak diberi, akhirnya dia menangis. Nangisnya sedih banget lagi... akhirnya dia kugendong tapi tetap saja nangis sambil bilang tete... tete... tete... Kutawarin susu, gelasnya dia lempar. Kutawarin air, akhirnya dia minum juga si, tapi setelah itu nangis lagi. Ada sekitar tiga-puluh-menitan dia nangis hingga akhirnya tertidur. Dari mulai dia minta netek hingga tertidur itu aku selalu memberitahunya bahwa dia sudah bukan bayi lagi bla... bla.. bla...

Saat bangun tidur, dia minta lagi tete-nya, aku pun kekeuh tidak memberikannya. Jadi dia pun nangis lagi. Kali ini nangisnya lebih sedih, aku hampir saja tergoda menyusuinya kembali, tapi mengingat komitmen yang sudah dibuat aku menahan diri dan mengeraskan hati. Segala macam cara kulakukan untuk mengalihkan perhatiannya sehingga dia lupa...

Hari kedua saat siang hari dia tidak lagi meminta tete hanya meminta minum jika ia haus atau saat ngantuk... Alhamdulillah...
Menyapihnya berhasil? Saat itu bisa dikatakan 50% berhasil, karena saat malam Ghaza masih menyusui.

Tepat saat ia berusia dua tahun, kami mengucapkan selamat kepadanya dan kembali memberitahunya bahwa kini dia telah menjadi anak kecil bukan lagi bayi. Anak dua tahun itu tugasnya ini... blaa... bla... blaa... (lain kali deh ya aku tulis tugas anak umur dua tahun itu apa, takutnya postingannya bakalan kepanjangan, padahal emang malas saja). Tiba saat malam dimana dia mau tidur, drama dimulai kembali...

Menangis berguling-gulinglah, manjatin badanku dan tarik-tarik bajukulah, menolak diberi susu (dari gelas, dari botol minumnya, hingga dot Ghaza tolak semuanya), bahkan digendong pun dia mengamuk membuang badannya kebelakang. Aku sampai bertengkar dengan ayahnya, bayangkan, hahahaha... 
Maka malam pertama itu menyapihnya gagal. Aku sudah mengantuk banget saat itu dan kesal luar biasa akhirnya kususui juga.

Malam selanjutnya, drama itu berulang kembali, dengan pola yang sama. Untungnya semangatku sudah direfres, aku pun kekeuh tidak menyusuinya, dan pukul tiga dini hari akhirnya dia pun tertidur. Orang yang melihat mungkin akan menganggapku kejam, tapi sebagai orangtuanya, bundanya, aku lebih memilih cara seperti itu. Memberitahunya jauh-jauh hari lalu tegas menjalankannya dibandingkan menipunya dengan mengoleskan sesuatu kepayudaraku sehingga saat dia menyusui dia merasa pahit atau takut karena payudaraku terlihat jelek karena diberi tinta atau arang sehingga berwarna hitam. Hal itu aku anggap sebagai tipuan kepada anak, secara tidak langsung mengajarkan bahwa berbohong, menipu itu baik.

Malam selanjutnya hingga kini Ghaza tidak pernah lagi meminta tete...
Horaiiiii...
Secepat itu? Ia secepat itu. Tapi... ada kali semingguan dia menjadi sangat manja, maunya hanya digendong saja. Kebiasaannya sebelum tidur pun berubah, setiap malam punggungnya harus digaruk-garuk dahulu hingga dia tertidur.

Imbasnya ke aku adalah... Berat badanku naik drastis! Hiksss...

Bagimana dengan kalian bu-ibu? Bagaimana kiat menyapihnya? Boleh banget loh di share di sini...

You Might Also Like

18 Comments

  1. Kirana juga dulu cuma semalam "perang"nya. Menangis meraung semalaman minta "minum bobo" meskipun sudah dikasih tau dari beberapa bulan sebelumnya. Tapi sudahnya ada semingguan kalau tidur maunya digendong bapaknya. Emaknya ga laku 😥.

    Sempat ditegur keluarga, kok tega biarin anak menangis meraung-raung semalaman. Tapi sama kayak Dwi, saya juga berpikiran lebih baik begitu daripada bohongin anak 😊

    ReplyDelete
  2. Ridwan dulu disapih 2 tahun 9 bulan 🙈 selain anaknya, emaknya yg belum siap hahahahhaa

    ReplyDelete
  3. ahhhhh Ghaza anak mudami tawwaaa
    hihihi congratz dwi berhasil menyapih ghaza dan selamat garuk2in punggung anak hahahahahaah duozam gitu tuh klo mau bobo

    ReplyDelete
  4. Kok bisa berat badannya naik drastis ya? Apa ada pengaruhnya karena gak menyusui? Sori, aku gak tau soalnya 😢


    Hihihi ternyata segitu serunya ya jadi Bunda. Kalo baca postingan para Bunda, duuuuh aku pengen banget jadi Bunda. Tapi aku belum jadi istri sih 😂
    Belum tau yang mana jodohku 😆
    Duh lah malah curhat 😆😆😆

    ReplyDelete
  5. Kalo aku dua hari paling susah pas malam ngamuk, makanya pas nyapih aku lebih milih ngungsi ke rumah ortuku(sekarang aku tinggal tempat mertua)soalnya mertuaku nggak tahan suara berisik yg ada akunya bete

    ReplyDelete
  6. Loh apakah berat badan ibu itu tergantung dari banyaknya ASI yang dikeluarkan?
    aku bingung dengan pernyataan berat badan yng bertambah di masa menyapih.

    maklum belum ada di dunia jenjang pernikahan.

    tetapi poin plusnya sekarang terbebas ya bisa tidur dengan segala posisi itu tadi.

    ReplyDelete
  7. Eh...aku setelah gak menyusui malah bisa kurus.
    Sebelumnya mah...stuck.
    Karena beres menyusui langsung laffaarrr..


    Aku alhamdulillah tanpa drama yang berkepanjangan juga.
    Meskipun aga sedih berpisah dengan masa-masa ini, tapi ini fase yang harys dilewati dan berubah ke fase bonding berikutnya yang makin menyenangkan, in syaa Allah...

    ReplyDelete
  8. Ooh awalnya kirain Gaza nya Palestina hehe.. ooh menyapih itu artinya tidak menyusu ASI lagi ya. Baru tau juga. Dua kali salah hahaa maafkeun

    ReplyDelete
  9. temen-temen saya yang emak-emak blogger banyak yang share soal menyapih di FB, saya tanya sama istri, tentang menyapih ini.

    baru tahu dari tulisan mbak Dwi, menyapih itu banyak dramanya. anaku baru 9 bulan berarti 15 bulan lagi dia harus siap dengan hal ini. Makasih mbak Dewi Share nya

    ReplyDelete
  10. Karena saya belum punya pengalaman menyapih, jadi aku hanya bisa mendengarkan cerita dari buibu yang sudah berhasil atau sedang berjuang menyapih bayinya. Tetap semangat, para Mamah Muda! Meski kewajiban menyusui sudah selesai, tugas membuat makanan pengganti ASInya tetap menanti.

    ReplyDelete
  11. Cuma nangis aja ya mba...
    Ponakan ku dulu sampe demam...nangis2 malam...drama banget...deh pokoknya..

    ReplyDelete
  12. Wah selamat buat Ghaza!

    Karena blm punya, aku liat ponakanku sih. Mereka dikasih doa dr dukun bayi. Yang dibawa juga gak aneh2, paling telur atau gula dan makanan atau jajan kesukaan mereka. Pas mereka minta minum ya dikasih itu

    ReplyDelete
  13. Selamat ya sudah sukses menyapih, alhamdulillah saya pun tidak ada kendala saat menyapih Fakhira, malah kadang saya suka kangen menyusui dia, hehehe

    ReplyDelete
  14. Hmmm. Cara mengasuh yang unik dirasa. Secara tidak langsung, sudah mengajarkan anak untuk tidak benar-benar tergantung pada suatu hal. Dan, yak mengajarkan anak bahwa tidak ada yang abadi. Mantap!

    ReplyDelete
  15. Huhuhu...jadi inget waktu nyapih anak-anak. Memang butuh perjuangan ya, Mbak.
    Dulu, saya juga melakukannya dengan bertahap. Gak bisa langsung lepas.

    Eh... Kalau saya, di satu sisi, gak mau nyapih. Soalnya nanti gak liat pandangan matanya yang kalau lagi dikasih ASI, suka liat ke saya..gimanaaa gitu...

    ReplyDelete
  16. Ternyata menyapih banyak dramanya juga ya hahaha... Baca postingannya sih lucu, tapi ngebayangin mbak Dwi, ribet dengan kelakuan Ghaza, pusing juga ya. Semoga bisa lebih "mandiri" Ghaza

    ReplyDelete
  17. Wah... pasti perjuangan buat ibu dan anak untuk menyapih. Semoga bondingnya tetap semakin kuat dan anak semakin mandiri. Dan ini bisa jadi pengalaman buat bu ibu yang lain

    ReplyDelete
  18. Cerita menyapihku ndak pakai drama. Pernah saya tulis di blog :)

    Dua anak lelakiku, semuanya memutuskan berhenti sendiri. Yang sulung di usia 1 tahun 2 bulan. Yang bungsu di usia kurang 2 bulan 2 tahun. Mereka sama sekali menolak, ndak mau walaupun saya sodor2kan ke mulutnya. Karena sebal, mereka akhirnya menggigit. Jadi, berhentilah mereka menyusui :)'

    Anakku yang perempuan, saya plester ji, dia yang mengira luka. Saya tidak bilang luka, cuma menyampaikan kalo dia ndak boleh nenen lagi. Dua tahun dua bulan umurnya waktu berhenti menyusui. Tidak ada drama juga. Alhamdulillah.

    Untungnya cuma Dwi dan ayahnya yang hadapi. Biasanya susah kalau ada mi neneknya di antara bapak dan ibu, pasti nenek suruh kasih saja daripada cucunya nangis :)

    ReplyDelete

Terimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.