Selamat Hari Ibu, Andi'

December 22, 2016


Andi', tepat tanggal 22 Desember saat aku menuliskan surat ini. Semasa kau hidup, kita tak pernah merayakan hari ini. Aku tak pernah mengucapkan selamat karena kau telah menjadi ibu yang luar biasa untukku. Aku tak pernah mengucapkan terimakasih karena kau telah merawat dan membesarkanku. Apalagi sebentuk hadiah sebagai rasa syukurku memilikimu. Tidak, kita tak pernah merayakan hari ini.

Tahun pertama sepeninggalanmu, tepat ditanggal ini, aku baru merasakan betapa aku menyia-nyiakan Hari Ibu. Kau telah tiada di sini. Aku menuliskanmu sebuah surat dan membuatkanmu kartu ucapan yang tentu saja tak pernah kukirimkan. Harus kutuliskan apa pada bagian alamatnya?!! Tapi aku yakin kau tahu bagaimana perasaanku kepadamu.

Aku tahu kau telah berbahagia di sana bersama Abah, di sisi Sang Kekasih. Aku bahagia karena kini tiada lagi hal-hal duniawi yang akan menyakitimu. Ya, aku bahagia. Meskipun memang panjang perjalananku untuk mengikhlaskan kepergianmu... Masih teringat jelas kemarahan-kemarhan itu, rasa sakit itu, ketidakpercayaan itu, tapi tidak, surat ini kutulis bukan untuk membebankanmu hal-hal itu lagi.  Aku bahagia Andi', sudah berbahagia dan berdamai pada kenyataan dan diriku sendiri.

Beberapa hari yang lalu aku dan Pai mengunjungi makam kalian. Kami datang pagi. Saat itu tidak ada yang merecoki kami, tak ada yang meminta receh atau berusaha membantu kami membersihkan kuburan kalian. Aku senang. Aku begitu jengkel dengan tidak adanya privasi saat mengunjungi kuburan kalian. Aku ingin membersihkan kuburan kalian dengan tanganku sendiri, aku ingin sedikit berlama-lama di sana, bercerita tentang hidupku, mungkin juga curhat. Aku ingin mendoakan kalian tanpa ada yang mengawasiku seperti hewan terluka di mata burung pemakan bangkai. Dan saat itu Tuhan mengizinkanku merasakan kedamaian menyekar di kuburan kalian. Melegakan... ditambah perasaan lapang karena menyadari aku telah benar-benar mengikhlaskan kepergian kalian.

Andi', aku kini telah menjadi seorang ibu. Kehadiran Ghaza membuat hidupku terasa berarti lagi. Aku tak lagi ingin cepat-cepat menyusulmu. Aku ingin hidup lama. Aku ingin mendampingi setiap proses pertumbuhannya. Menyaksikannya bertumbuh hari demi hari...

Menjadi ibu juga membuatku lebih sering mengenangmu, padahal dulunya sedapat mungkin aku menghindari mengenangmu, rasanya terlalu menyakitkan saat itu. Kini, aku selalu menggali ingatanku, mengenang hal-hal yang kau katakan, yang kau lakukan. Aku mengingat-ingat bagaimana kau akan bertindak jika sedang berada di posisiku, aku pun bertanya-tanya bagaimana kau melewatinya. Bisakah aku menjadi ibu yang baik? Aku menyesal kau tidak berada di sini, membimbingku menjadi seorang ibu. Aku menyesal kau tak menimang Ghaza, cucumu. Ya, aku menyesali banyak hal sekaligus mensyukuri banyak hal.

Beratkah membesarkanku Andi'?

Ada kalanya aku begitu kesal terhadap Ghaza, begitu letih hingga ingin meledak dan meneriakinya. Lalu aku mengingatmu, kau tak pernah meneriakiku, maka aku menarik napas panjang dan berusah tetap waras. Aku menyaksikan bagaimana Ghaza yang hanya bisa menangis dan menyusu yang begitu mungil, kini telah mulai membongkar-bongkar barang, naik tangga, mengoceh dan terasa berat bila digendong. Rasanya luar biasa mengharukan. Bahagianya menjadi seorang ibu, meskipun kuakui memang berat.

Pernahkah kau menyesal melahirkanku Andi'?

Aku tahu betapa sulitnya melahirkanku. Aku sampai bosan mendengar cerita orang-orang tentang bagaimana sulitnya proses persalinanmu saat melahirkanku. Terdengar mengerikan saat itu tapi ahhh bukankah memang seperti itulah melahirkan?!! Kemudian tibalah saat aku melahirkan Ghaza... kondisinya sama persis seperti yang mereka ceritakan tentang saat kelahiranku, bedanya aku berakhir di kamar operasi sementara kau sukses menghadirkanku ke dunia lewat persalinan normal. Semua rasa sakit itu terbayarkan ketika untuk pertama kalinya aku mendekap Ghaza. Sebentuk kehidupan yang rapuh telah Tuhan percayakan untukku...


Andi'...

Pagi ini kenangan-kenangan indah tentangmu berkelebatan di kepalaku. Bagaimana kau membuatkanku bunga matahari dari kertas. Bagaimana kau memberiku kejutan dengan menjemputku saat pulang sekolah. Tawa dan senyummu yang khas. Pelukanmu~


Sampai jumpa dikehidupan selanjutnya Andi', semoga kita bertemu kembali di sisi-Nya... Selamat Hari Ibu!!!




You Might Also Like

12 Comments

  1. so sweet banget mbak ceritanya...selamat hari ibu ya

    ReplyDelete
  2. Al Fatihah untuk andi & abahnya Dwi...

    ReplyDelete
  3. 😭😭 semoga kita bisa bertemu kembali sama ibu2 kita..kangen banget!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin kak 😊
      Semoga kita berjumpa kembali dengan Ibu di sana. Ia kangennya mo deh~

      Delete
  4. Turut mengirimkan doa untuk neneknya Ghaza, tulisannya bikin baper, belumpeka jadi ibu, tp (soon) akan seperti itu haha. Selamat hari Ibu kak!

    ReplyDelete
  5. sedih kalo ibu udah ga ada ya mbak :(.. aku alhamdulillah masih lengkap, tapi kadang kepikiran juga, selama ini jarang ketemu, jrg komunikasi krn beda pulau... postingan ini ngingetin aku utk lbh memperhatikan mama :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selagi masih ada berbakti sepenuhnya ya Mba ^^

      Delete
  6. Terharu bacanya, keren mba :)
    Sempatkan baca selepas nugas nih.. hehe

    Btw, namanya sama ya, Andi.. hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih sudah mampir Mas ^^

      Andi' pake koma atas, bukan nama sebenarnya tapi gelar hehehe

      Delete

Terimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.