Sudah lima bulan berlalu ketika Gadis Kecil untuk pertama kalinya bertemu dengan teman barunya, Ghaza. Seperti Gadis Kecil, Ghaza adalah seorang anak manusia. Dan luar biasanya, seperti Gadis Kecil, setidaknya begitulah yang ia yakini, Ghaza lahir dari rahim seorang ibu. Bukannya dibawah oleh burung bangau atau dari buah persik yang hanyut di sungai, tidak juga dari rumpun pohon bambu atau dari buah timun emas, juga tidak dari bunga tulip yang mekar. Ghaza memiliki bunda yang melahirkannya dan menemaninya, sesederhana itu.
Baca juga: Ghaza Aditya
Melihat Ghaza bersama bundanya adalah salah satu hal yang Gadis Kecil sukai dari pertemanan mereka. Ia akan memainkan liontin yang tergantung di lehernya dan tersenyum. Merasa penuh seakan-akan ada balon-balon kegembiraan yang mengembang di tubuhnya. Ada suatu masa yang lampau, dari sisa-sisa memorinya yang mengabur, seorang anak kecil perempuan ditimang, disayang, dan dimanja dalam pelukan seorang ibu, persis seperti Ghaza dan bundanya. Hal itu beserta hal-hal lainnya yang akan kuceritakan nantinya, membuat pertemanan mereka semakin erat.
Baca juga: Bunda Gadis Kecil
Sebelum itu, mari kita kembali di awal kisah, bagaimana mereka bertemu...
Saat itu Gadis Kecil merasa bosan luar biasa, malam sudah mendekati larut tetapi ia belum bisa memejamkan mata. Ia gelisah hanya berbaring di ranjangnya dan menatap kegelapan. Dia pun akhirnya turun dari ranjangnya dan mengendap-endap ke luar rumah. Di depan pintu ia berhenti, berpikir sejenak akan ke mana ia, setelah memutuskan ia pun berjalan dengan mantap. Ia akan ke kota. Hutan terlalu berbahaya di malam hari. Sementara kota? Di malam seperti ini kota masih cukup ramai, meskipun sama tidak amannya dengan hutan.
Entah kegilaan apa yang menggerakkannya saat itu, jika Mama Beruang sampai mengetahui kenakalannya ini, dia akan mendapatkan pukulan di pantat dan hukuman berbulan-bulan tak boleh ke luar rumah. Tapi Mama Beruang tidak tahu dan ia pun memulai petualangannya.
Sesampai di kota, Gadis Kecil berpindah-pindah dari satu keramaian ke-keramaian lainnya. Segera ia pun menjadi bosan kembali. Mungkin lebih baik ia pulang saja? Sebelum Mama Beruang sadar ia tidak ada di ranjangnya? Mungkin sesampai di rumah, ngantuk telah mendatanginya. Saat berpikir untuk pulang, Gadis Kecil melihat sebuah rumah kecil yang tersembunyi dari keramaian. Rumah itu gelap, kecuali satu ruangan yang bersinar ramah, cahayanya mengintip dari jendela dan menggoda Gadis Kecil. Gadis Kecil mendekat dan membuka jendela lalu tanpa ragu atau takut ia masuk ke rumah itu.
Ia, Gadis Kecil nakal sekali saat itu.
Ruangan itu terlihat nyaman dengan keempat dindingnya yang dicat berwarna krem dan cahaya lampu yang menerangi setiap sudutnya. Di tengah ruangan ada sebuah box putih yang ditutupi kelambu, di dalamnya ada sesuatu yang bernapas pelan dan teratur. Gadis Kecil mendekati box itu dan menyibak kelambunya. Dan di sanalah Ghaza sedang tertidur.
Gadis Kecil menatapnya, perlahan Ghaza membuka kedua matanya dan memandang tepat ke kedua bola mata Gadis Kecil, lalu tersenyum. Itulah awal mula pertemanan mereka...
Selayaknya teman, mereka sering bermain bersama. Menyanyi bersama. Membaca buku bersama. Dan berbicara. Ghaza adalah pendengar yang baik, Gadis Kecil nyaman membicarakan hal apa saja padanya dan ia selalu setia mendengarkannya.
Juga selayaknya teman, kadang mereka bertengkar. Pertengkaran mereka seringnya karena kesalahpahaman, ketika yang satu menginginkan ini tetapi yang lain tidak mengerti dan malah bertindak lain. Atau ketika ada yang masih ingin bermain tetapi yang satunya lagi sudah lelah dan ingin tidur. Tak jarang pertengkaran itu berakhir dengan salah satunya menangis atau malah keduanya menangis.Tapi pada akhirnya mereka berbaikan dan bermain kembali.
Jika kau bertanya-tanya mengapa Gadis Kecil kini jarang terlihat, inilah jawabannya; dia sibuk bermain dengan Ghaza.
Baca juga: Pusat Duniaku