Kini Pejuang Kecilku telah berumur 4 bulan 17 hari. Sepertinya baru kemarin aku mendapati dua garis di testpackku. Baru kemarin aku mendengar detak jantungnya dan melihatnya dari alat USG. Dan baru kemarin aku mendengar tangisannya untuk pertama kalinya. Rentang waktu memendek dan tau-tau dia telah sebesar ini.
Hari-hariku kini berputar disekitarnya. Dialah pusat duniaku. Matahari kecilku. Dimulai saatku membuka mata di pagi hari hingga kumenutup mata di malam hari. Bahkan dalam mimpiku pun dia selalu hadir, mewujud dari kecemasan seorang ibu baru. Dia memenuhi hidupku dengan kebahagiaan.
Memang, terkadang ada saat dimana aku merasa lelah. Merasa ingin sendiri, menikmati hal-hal yang kusukai. Membaca buku dengan tenang misalnya, ditemani segelas susu coklat dan gabin. Atau tak perlu muluk, aku hanya ingin mandi tanpa merasa cemas dia terbangun dan menangis. Atau makan tepat waktu tanpa harus terburu-buru. Kadang aku ingin meledak dan membentak yang berakhir dengan perasaan kesal pada diri sendiri karena tak mampu bersabar menghadapinya. Luar biasanya dari hal itu aku belajar memaafkan diriku sendiri, bahwa aku bukan perempuan perkasa, aku perempuan biasa yang punya stok sabar. Aku pun belajar untuk lebih bersabar dan mengendalikan emosi. Lagi pula, siapa yang bisa marah pada sosok semungil itu?
Baca juga: Ghaza Aditya
Di usia 4 bulan, Ghaza sudah mulai mengeluarkan suara-suara menggemaskan dari mulut mungilnya. Dia sudah dapat membalikkan badannya ke kiri dan ke kanan, juga tengkurap, meskipun lebih seringnya satu tangannya tersangkut. Dia lagi suka-sukanya memasukkan tangannya dan apapun yang bisa ia raih dan genggam ke dalam mulutnya. Dia sudah bisa diajak silaga-laga (errr... bermain? entah apa bahasa Indonesianya) dan tak jarang merespon dengan tertawa terbahak. Dia sudah bisa bersekspresi marah dan kadang berteriak karena jengkel, bahkan mengomel ketika ngantuk. Setiap hal-hal baru yang ia capai selalu kunantikan dan kurekam di memoriku, aku tak ingin terlewatkan satu pun momen berharga ini.
Aku merasa tidak sabar melihatnya tumbuh, sekarang aku menantikan dia dapat lancar tengkurap dan duduk, tapi sekaligus aku tak ingin dia begitu cepat besar dan akhirnya tidak membutuhkan bantuanku lagi. Labil ya, hahaha... Aku rasa seorang ibu adalah manusia yang paling labil di dunia. Atau hanya aku?