Rumah Kecil di Rimba Besar
March 16, 2015
Little House In the
Big Woods
By Laura Ingalls
Wilder
Published by
arrangement with HarperCollins Children’s Books, a division of HarperCollins
Publisher, Inc.
Text copyright @1995
by Little House Heritage Trust
Pictures copyright
@1953 by Garth Williams
Penerjemah:
Djokolelono
Editor: Anton
Sulistiyant, Eko Y.A Fangohoy
Setter: Deisy
Rikayanti
Desain sampul: Hendry
Kusumawijaya
Buku ini pernah
diterbitkan dengan judul yang sama oleh BPK Gunung Mulia sampai cetakan ke-11.
Edisi revisi ini
diterbitkan dalam imprint Libri, 2011
216 hlm; 18cm
Adalah
Laura, seorang gadis kecil yang tinggal di Rimba Besar, di daerah Wisconsin,
dalam sebuah rumah kecil kelabu yang terbuat dari balok-balok kayu. Pohon-pohon
raksasa yang tinggi besar dan rindang mengelilingi rumah itu. Kalau seseorang
berjalan ke arah utara dalam waktu sehari, atau seminggu, atau sebulan penuh,
yang akan dilihatnya hanyalah pohon dan pohon, dan lagi-lagi pohon. Tidak ada
rumah atau jalan. Tidak akan bertemu seorang manusia pun. Hanya pepohonan dan
binatang-binatang yang hidup di antara pepohonan raksasa itu.
Serigala
tinggal di Rimba Besar. Juga beruang dan kucing-kucing hutan yang besar-besar. Di
anak-anak sungai, hidup tikus kesturi, cerpelai berbulu halus, dan
berang-berang. Rubah bersarang di bukit-bukit dan rusa terdapat di mana saja.
Di
sebelah timur dan barat rumah kecil dari balok kayu itu, terbentang pula daerah
pepohonan berkilometer dengan beberapa rumah kayu di sana-sini. Kecil-kecil dan
jumlahnya sedikit sekali. Inilah daerah pinggiran Rimba Besar.
Sejauh-jauhnya
Laura memandang, baginya yang ada di dunia ini hanyalah rumah kecil yang
ditinggalinya bersama Pa, Ma, Mary kakaknya, serta Carrie adiknya yang masih
bayi.
Mendekati
musim dingin, hari-hari terasa semakin pendek. Setiap malam kabut merayap di
kaca jendela. Salju akan segera tiba dan rumah kayu yang kecil itu pasti hampir
seluruhnya terbenam di dalam salju. Danau dan sungai-sungai akan membeku. Di
musim dingin, sulit sekali bagi Pa untuk mendapatkan binatang buruan. Hal itu dikarenakan
bangsa beruang akan bersembunyi di dalam gua-gua mereka dan tidur nyenyak
sepanjang musim dingin. Bangsa tupai tidur melingkar di sarang-sarang mereka di
lubang-lubang pohon. Rusa dan kelinci makin liar, makin penakut, dan bertambah
gesit. Kalaupun Pa dapat menembak seekor rusa, sudah pasti rusa itu kurus
kering, tidak gemuk, berdaging seperti di musim gugur.
Karena
itu, sebelum musim dingin tiba, persediaan makanan harus ditumpuk
sebanyak-banyaknya di dalam rumah kecil tersebut. Laura dan Mary akan sibuk
memantu Pa dan Ma mengawetkan makanan; mengasinkan lalu mengasapi daging rusa, menggarami
ikan, mengumpulkan hasil kebun dan disimpan di gudang bawah tanah, merebus
lemak babi, menggoreng kulit babi, membuat acar daging, dan membuat sosis. Laura
dan Maryhanya bekerja terus, banyak hal mengasikkan ketika membatu Ma dan Pa
mengumpulkan makanan untuk persediaan musim dingin. Seperti menikmati daging
rusa dan ikan yang segar, bermain balon dari kandung kemih babi, mencicipi sate
ekor babi dan masih banyak lagi.
Ketika
Rumah Kecil hampir penuh dengan persediaan makanan untuk musim dingin yang
panjang. Laura dan Mary tidak boleh lagi bermain di luar rumah, hawa sudah
menjadi terlalu dingin dan daun-daun yang kecoklatan mulai berguguran. Laura
dan Mary akan bermain di loteng, bermain rumah-rumahan di antara labu-labu
besar. Atau membantu Ma membuat keju, mentega dan kue. Ketika malam tiba, angin
bertiup sepi, mereka akan mendengarkan dongeng dari Pa atau mendengarkan Pa
memainkan biolanya dan bernyanyi, menjaga keluarganya tetap hangat dan aman.
Bagiku
kehidupan keluarga Laura yang sederhana ini begitu arif. Terlihat sekali
hubungan orangtua dan anak yang begitu akrab dan bikin sirik, hubungan
persaudaraan antara Laura dan Mary yang meski pun kadang dibumbui pertengkaran
dan persaingan tetapi terlihat sekali bahwa mereka saling menyayangi. Rumah
kecil mereka selalu hangat dan semuanya bahu-membahu bekerja, saling membantu,
terlihat begitu indah buatku. Mungkin juga karena saat itu belum ada teknologi
(hp, internet dll), interaksi diantara mereka itu intim dan manis, setiap hari
adalah waktu untuk bersama keluarga.
Bermain
salju, merayakan natal, menghadiri pesta dansa di rumah kakek, pergi ke kota,
menantikan kunjungan saudara, bermain-main bersama sepupu yang berkunjung,
memperhatikan orang-orang dewasa bekerja, dan membantu Ma dan Pa, entah mengapa
hal itu terasa sangat mengasikkan, mendalam, mesra dan mendebarkan. Tentu saja part
favoritku ketika Pa mulai bercerita atau memainkan biolanya dan benyanyi.
Sensasinya seperti dipeluk #apeuw
Sepertinya
karena membaca buku ini sewaktu kecil dan mengingat rumah kecil dimana aku
dibesarkan, aku pun selalu bermimpi memiliki rumah kecilku sendiri. Semoga saja
impian itu segera terkabul. Amin!!!
“Walaupun kita mengembara,
di antara kemewahan dan istana-istana
rumah tercinta tidak ada bandingnya
walaupun sangat sederhana.”
_Halaman 158
Membaca
kembali buku ini terasa sama mengasikkannya seperti dulu. Mungkin malah lebih
asik, karena saya tak kuasa bernostalgia, mengingat-ingat saat pertama kali
saya membaca buku ini, moment-moment di mana saya dan Abah ke toko buku berdua
dan saya bisa bebas memilih buku apa pun yang saya inginkan.
Hanya
saja… saya baru menyadari buku ini memuat hal rasis ._.
Dihalaman
42, Pa bercerita sewaktu ia kecil dia mengkhayalkan dirinya sebagai pemburu
perkasa, yang sedang berburu binatang-binatang liar dan orang-orang Indian.
Berburu orang Indian?!! Waduh emang mereka hewan liar apa? Bukan manusia yang
berhak untuk tinggal dan mencari makan di bumi ini?!! Yiah saya sadar si, di
masa itu orang Indian dianggap sebagai suku bar-bar. Tapi tetap saja…
Selain
perihal rasis itu, saya merekomendasikan buku ini untuk siapa saja yang
menyukai kisah-kisah sederhana tentang keluarga. Juga untuk orangtua yang ingin
memberikan bacaan berkualitas untuk anak-anaknya. Narasi buku ini sederhana,
sesederhana ceritanya dan juga dilengkapi ilustrasi cantik nan memukau.
“Ia sekarang gembira atas rumah yang nyaman, Pa, Ma, cahaya api, dan musik. Semua itu tidak akan terlupakan, sebab sekarang adalah sekarang. Sekarang tidak akan menjadi milik hari-hari silam.”
_Halaman 213
18 Comments
wah aku suka cerita yang ada ilustrasinya kayak gini,
ReplyDeletemengingatkanku zaman TK
Oh tapi sekarang aja aku masi koleksi cerita cerita dongeng
Aku juga suka banget ilustrasinya ^^ Toss aku juga koleksi buku-buku dongeng ^^
DeleteBaru liat potongan Yg gambarnya di foto dari halaman buku. Hawa. Kreatif kreatif..
ReplyDeleteAku roaming >.< Yang mana ya maksudnya? Fotonya? Atau latar bukunya?
Deletebaru mampir sudah langsung suka sama tulisanya, saya follow ya
ReplyDeleteWah terimakasih ^^ semoga betah ya
Deleteini cerita Laura yang juga jadi serial TV di 80'an dg judul little house on the prairie bukan sih?
ReplyDeleteNah ia Mbak ^^ Suka nonton?
DeleteAku suka banget seri ini :)
ReplyDeleteToss ^^
DeleteSuka gambar-gambarnya.. Khas 90-an banget, ya ngga sih? :D
ReplyDeleteIa ya gambarnya bagus banget ^^ khas 70an kayaknya :p soalnya ni buku udah lama banget!
Deletebuku favoritkuuuuuu ^o^..lengkap edisinyaa...malah saking fansnya, aku tuh punya bucket list, HARUS BISA KE MUSEUM LAURA INGALS di Missouri sanaaaa ^o^. pgn liat dr deket barang2 yg pernah dibikin Pa...ihhh excited bgt baru ngebayangin ajaa!!
ReplyDeleteHuwaaa toss ^^ hehehe
DeleteAku juga punya lengkap seri Laura ^^ ini mau reread ulang sekaligus direview ^^ Aku juga mau ke Museum Laura!!! Ajak aku!!! >.<
bagus yaa ilustrasinya :D koleksi gua belum lengkap neeh XD
ReplyDeleteIni adalah salah satu serial favorit saya. Sangat luar biasa. Saya selalu menikmati setiap lembarnya. Ceritanya sangat sederhana dan 'terlampau biasa', tetapi justru dari yang biasa itulah, kemanusiaan kita tergerak. Dulu pernah membaca beberapa seri, tetapi dalam bentuk cerita gambar (gambarnya lebih banyak dari ceritanya), baru tahu dari blog mbak dwi kalo ternyata ada yang mirip novel ya.
ReplyDeleteKeren, salah satu seri buku terbaik yang pernah ditulis. Sederhana namun memperkaya karakter pembaca. Harusnya jadi bacaan wajib di sekolah.
ReplyDeleteAduuuh nyari Rumah Kecil di Rimba Besar ini susah banget yaaa... Bisa beli di mana ya mba?
ReplyDeleteTerimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.