Cadas Tanios
March 07, 2015
Le Rocher de Tanios
By Amin Maalouf
@ Editoins Grasset
& Fasquelle, 1993
Izin copyright
dibantu oleh Kedutaan Besar Perancis di Indonesia
Cadas Tanios
Penerjemah: Ida
Sundari Husein
Desain sampul: Ipong
Purnama Sidhi
Hak terjemahan
Indonesia pada Yayasan Obor Indonesia
Diterbitkan pertama
kali oleh Yayasan Obor Indonesia
Edisi pertama: Juli
1999
262 hlm; 21 cm
Novel karangan Amin
Maalouf dan mendapat penghargaan Prix Goncourt 1993 dan Grand Prix de Lecteurs
1996 ini membawa kita ke sebuah desa di pegunungan Lebanon dan mempertemukan
kita dengan Tanios, putra Lamia, istri Kepala Rumah Tangga Istana yang cantik
jelita, idaman setiap pria. Kelahiran Tanios disambut gembira ayah dan
bundanya, sanak saudara, dan seluruh penduduk desa, karena sudah lama di tunggu-tunggu.
Namun ada desas-desus, ayah Tanios adalah Cheikh, Penguasa desa itu. Tetapi
sang penguasa bersumpah dengan jari terkembang di atas Injil di depan bibi
Tanios, bukanlah dia yang membuahi Tanios. Namun nasi sudah jadi bubur,
gunjingan orang tak kian reda, melainkan menjalar kemana-mana. Ketiadaanpastian
mengenai siapa ayahnya sebenarnya menjadi titik awal dari semua peristiwa yang
menimpa Tanios semasa kecil, dan mencapai puncaknya ketika pada suatu hari
ayahnya, anak buah kesayangan sang Penguasa, anak buah yang penurut, rajin,
pendiamtanpa keinginan yang lebih tinggi selain mengabdi pada majikannya,
menghadang Pemimpin Gereja di sebuah hutan pinus di lembah desa dan meremuk
kepalanya dengan sebutir peluru yang ditembakkan dari sebuah senapan hadiah
seorang utusan pemerintah Inggris bagi Sang Penguasa, untuk membela anaknya dan
kehormatan dirinya sendiri.
Tabios dan ayahnya
lari bersama dari desanya, di kejar-kejar ketakutan siang dan malam. Kisah yang
berlatar belakang keadaan zaman 1830-an ini, zaman pertarungan seru adu
pengaruh antara negara-negara besar pada waktu itu, menghanyutkan kita dan
sekaligus membuat kita terpana betapa nasib seseorang ditentukan oleh
tangan-tangan yang tidak tampak dan kekuatan yang lebih besar.
DIBAWAH
INI ADALAH HAL-HAL YANG SAYA RANGKUM DARI DISKUSI BUKU YANG DIADAKAN DI GRUP
WHATSAPP @KLUBBUKU. SAYA SENDIRI
BELUM SEMPAT MEMBACANYA. POSTINGAN SEGERA AKAN SAYA REVISI SETELAH MENAMATKAN
BUKUNYA.
Adalah
sebuah Cadas di suatu desa di Lebanon yang bernama Cadas Tanios. Cadas itu
diberi nama Tanios dikarenakan seorang pria bernama Tanios duduk membatu di
atasnya dan kemudian hilang tak berjejak. Hal itu menjadi buah bibir
masyarakat, apalagi Tanios sudah sedari kecil menjadi bahan gossip di
masyarakat. Tanios, begitulah namanya, adalah anak seorang perempuan cantik
yang menjadi idaman setiap pria, Limia. Limia sendiri adalah istri seorang Kepala
Rumah Tangga penguasa desa, Gerios. Saat kelahiran Tanios, Cheikh berkeinginan
memberikan nama kepadanya, hal itu menimbulkan kecurigaan dan desas-desus di
seluruh desa. Gerios yang tujuan hidupnya hanyalah melayani tuannya dengan
sebaik-baiknya dengan tidak enak hati menolak nama pemberian Cheikh dan
menamakan putranya Tanios. Meskipun begitu, hal tersebut tidak meredakan desas-desus
tersebut, Tanios besar dengan ketidakpastian siapakah ayahnya.
Ketika
ia dewasa, Gerios demi membela putra dan kehormatannya, juga dikuasai amarah
membunuh pendeta desanya. Setelah itu bersama Tanios, mereka melarikan diri.
Hidup berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah lainnya, dihantui teror yang
mengejarnya. Dalam pelarian itu, mereka berjumpa dengan banyak orang dengan
watak yang berbeda-beda. Tanios juga bertemu seorang wanita yang membuatnya
jatuh cinta.
Berlatar
tahun 1830, dimana Lebanon berada ditengah-tengah perang besar antara Mesir,
Turki, Perancis dan Inggris. Ketika agama digunakan untuk melancarkan politik
kepentingan dan kekuasaan. Tidak hanya berkisah tentang hubungan ayah dan anak,
buku ini juga mengangkat bagaimana politik biasanya hanyalah tentang
kepentingan dan kekuasaan beberapa pihak saja.
Di
klub buku sendiri mereka (yang mengikuti diskusi dan telah membaca bukunya)
bersepakat bahwa ini buku tentang politik dengan tokoh-tokoh di dalamnya yang
terlibat secara kebetulan maupun disengaja. Banyak yang menyayangkan kelemahan
Gerios, tetapi begitu terharu akan besarnya cinta yang ia berikan terhadap
Tanios. Adegan paling menyentuh bagi mereka adalah ketika pada akhirnya, untuk
pertama kalinya Tanios memanggil ayah kepada Gerios. Untuk politik di buku ini,
saya tidak terlalu mengerti, mungkin nanti saya akan mengerti setelah membaca
sendiri bukunya.
Pada
akhirnya Cadas Tanios adalah simbol kekuasaan, kebengisan, dan keserakahan.
#MBRCKBI2015
9 Comments
izin membaca dan menyimak dulu iya :)
ReplyDeleteHai Ipah ^^
DeleteSalam kenal ^^
mbak,, mau nanya bedanya resensi dan review itu apa ya?? hhe
ReplyDeleteSama aja ^^ bedanya cuma satu bahasa Indonesia dan satunya lagi bahasa english ^^
DeleteCadas itu batu ya
ReplyDeleteBatu karang yang besar itu ^^
DeleteMbak ._. bacaanmu kok berat, berbobot dan bersejarah gitu ya ._. bertolak belakang sama aku yang bacanya novel komedi hahaha hihihi :D keren mbak :D
ReplyDeleteAduh gak juga sih ^^ bacaanku paling banyak fantasi dan buku anak-anak malah. Mungkin ini kebetulan aja kali ya jadi bacaan bulanan di klub buku ^^
Deleteeh, commentku masuk nggak sih ._.
ReplyDeleteTerimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.