Banjir!!!

March 24, 2015

Sabtu malam, rumah kebanjiran lagi. Ini sudah tiga kali semenjak saya pindah ke rumah ini, dua banjir sebelumnya  terjadi di bulan Januari. Dulu, sewaktu kecil saat masih tinggal di Hertasning, hingga kelas dua SD, saya sering merasakan banjir. Setelah itu karena dibangunnya got besar di luar kompleks, banjir tak pernah terjadi lagi, setidaknya hingga saya pindah dari rumah itu. Di rumah-rumah lainnya yang pernah saya tinggali tak pernah kebanjiran. Karena hal itu pengalaman tiga kali kebanjiran di rumah ini cukup membuat syok dan badan pegel-pegel karena kerja bakti membersihkan rumah.

Gambar diambil di sini

Lucunya, ketiga banjir itu “datang” ketika malam, saat-saat dimana kami sudah masuk ke kamar masing-masing. Bayangkan hebohnya ketika salah satu dari kami keluar kamar dan mendapati air yang perlahan-lahan masuk, teriakan lalu grasa-grusu mengangkat barang-barang yang perlu diselamatkan. Saat pertama merasakan banjir, keesokan paginya aku masih melongo, belum tahu harus membantu bagaimana, sehingga aku lebih banyak hanya menonton dan menjaga keponakanku. Setelah keponakanku tertidur, barulah saya ikut membatu, walaupun yaaa… pekerjaan tinggal sedikit.

Saat itu saya langsung terkenang sewaktu kecil ketika banjir datang. Saya yang kecil sangat menyukai banjir, banjir berarti tidak perlu ke sekolah, banjir berarti saya memiliki sungai di depan rumah (di dalam rumah air hanya semata kaki), banjir berarti saya puas bermain air, dan banjir berarti saya bersama teman-teman akan menangkap banyak ikan. Dan ya, setiap banjir saya akan ke luar rumah, berkumpul bersama teman-teman dan bermain air juga maccala’ ikan (menagkap ikan dengan tangan). Sore hari, dengan bangga saya akan pulang ke rumah memamerkan ikan hasil tangkapanku, ada ikan gabus yang berwarna abu-abu suram dan tak jarang bermacam-macam ikan bitte’ (ikan cupang) berwarna merah dan biru. Setelah mendapatkan pujian, saya akan segera dimandikan dengan detol serta badan di gosok dengan sabun, setelah itu tubuh saya diberi bedak dan minyak kayu putih. Di meja telah tersedia pisang goreng dan teh hangat. Sungguh menyenangkan sewaktu kecil.

Banjir kedua datang dua hari kemudian. Barang-barang yang ditumpuk telah diletakkan kembali di tempatnya semula, sehingga kami mengulangi lagi proses menyelamatkan barang malam itu. Setelahnya barang-barang itu tidak lagi diturunkan, dibiarkan saja menumpuk seperti itu hingga kami pindah rumah lagi (rumah baru sedang dalam proses pengerjaan). Sambil mengangkat barang, Pai mengomel, dia memang sudah mewanti-wanti untuk tidak menurunkan dulu barang-barang, musim hujan masih panjang. Tapi ya apa boleh buat…

Paginya saya turut serta membantu membersihkan rumah. Jadi anak kecil itu memang enak ya… meskipun tetap diberi tugas sewaktu kecil, semuanya terasa mengasikkan. Anak kecil tidak akan mengambil pusing genangan air yang kotor serta kuman dan bakteri apa saja yang terkandung di dalam air itu. Selama itu bermain air, mereka akan senang. Mereka tidaka akan memusingkan kaki yang akan gatal-gatal setelah ini, mereka hanya merasakan kegairahan, keseruan dan pengalaman yang jarang-jarang terjadi. Yahhh setidaknya dulu aku merasakan seperti itu. Bertumbuh membuat ku banyak berubah, banyak kehilangan hal-hal yang bisa membuatku bahagia.

Dan banjir ketiga ini…
Hujan baru turun saat malam, siang hingga sore matahari bersinar terik. Got depan rumah dari sebulan lalu telah dibersikan. Aku sempat turun ke bawah sikat gigi dan tak lama kemudian terdengar kasak-kusuk di bawah. Kepo, saya pun turun dan amazing, air sudah sampai tumit dan mengalir deras seperti aliran sungai. Airnya juga sangat dingin. Karpet, cars laptop, dan satu laptop basah. Hujan malah tidak begitu deras turunnya, tapi air terus masuk, terus meninggi.

Paginya… inilah keadaan rumah paling kotor dibandingkan dua banjir sebelumnya. Ditambah hanya ada kami bertiga yang membersihkan rumah, para perempuan kece tanpa lelaki… Aku tidak sempat lagi menghayal kemana-mana. Fokus membersihkan. Setelah itu makan, mandi lalu tidur. Badan seperti habis diinjak-injak gajah. Semuanya langsung berdoa semoga rumah baru cepat selesai dan kami bisa segera pindah. Sekian.


You Might Also Like

10 Comments

  1. Abis banjir-banjiran makan pisang goreng? Beuhhh, aku jadi pngn pisang goreng. Hahhaha...

    Memang enak sekali ya jadi anak kecil. Tidak pusing memikirkan ini itu... Mereka lebih suka "menikmati" hahha...

    Sabar, ya, ka dweedy. Nikmati saja genangan air yang singgah ke dalam luar. Insha allah pasti ada hikmahnya.
    Tapi kalau ada pilihan lain, pindah rumah saja. Cari yg aman dari banjir.
    Alhamdulillah, rumahku gak pernah kebanjiran. Pernahnya tergenang kenangan. *ehh *kemudian menghilang*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi ia nih >.< duh enak kali ya pisang goreng dan teh ^^

      Ansk kecil memang hebat ih, aku pun kadang sirik ma mereka. Ini nih mau bagaimana lagi selain dinikmati saja ^^

      Delete
  2. Sebenernya kalo aku suka ada banjir... soalnya bisa gamasuk sekolah #eh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Miftttt >.<
      Tapi sekali-kali gak masuk sekolah emang enak si :p

      Delete
  3. Aah sedih deh bacanya. Apalagi pas bagian laptopnya kerendem. Huhuhu. Gue bingung kasih solusi apa. :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Duh jadi ikutan sedih buat orang lain sedih u.u
      Hihihi aku si selain karena capenya bersikah rumah, cukup menikmati banjir itu. Dan untungnya lagi laptop itu bukan laptop ku :p #plak

      Delete
  4. Semoga apa yang hilang dan rusak segera diberikan penggantinya yah.. Aamiiiin.. :'

    Oh ya. Semoga rumahnya cepat selesai jugak. :D

    ReplyDelete
  5. menyenangkan sekali masa kecil nya abis main banjir banjiran makan pisang goreng dan teh . tanpa berasa beban sama sekali seperti yang kau katakan mereka hanya
    merasakan kegairahan, keseruan dan
    pengalaman yang jarang-jarang
    terjadi.

    dulu pertama kali gue kena banjir sekitar umur 8 tahun awalnya agak sedih karena ps gue terlelep dan udah pasti rusak tapi ending gue bahagia dengan keseruan bersepeda di area banjir sama temen temen :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihihi mungkin itu bakat anak-anak ya, merasa senang dimana pun dan kapan pun ^^

      Delete

Terimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.