Kini hanya dengan
memandangi fotomu tak lagi cukup sayang. Hanya dengan membaca surat-surat
darimu, mengenang saat-saat kau di sisiku, itu tak cukup. Aku ingin memelukmu. Mendengarkan
debaran jantungmu.
Ada yang terasa hampa
di diriku. Kosong yang teramat menyakitkan di dada ini. Bahkan keberadaan
anak-anak kita yang setia di sisiku tak bisa mengobatinya. Aku merindukanmu.
Sangat.
Aku lelah. Hiruk pikuk
celoteh cucu-cucu kita membuatku semakin lelah. Mereka menggemaskan, mereka
membuatku tersenyum. Tapi tak bisa kupungkiri mereka menguras tenagaku.
Aku ingin pulang.
Pulang ke rumah orangtuaku. Rumah dimana ketika sepulang bermain aku disambut
dengan pelukan Ibu. Aku bahkan ingin pulang ke rumah kita. Tempat di mana aku
menunggumu sepulang dari kantor. Mengapa kubiarkan anak-anak membujukku
menjualnya? Dan memilih tinggal bersama mereka?
Mengapa kau pergi dan
tidak mengajakku? Melakukan perjalanan seorang diri? Bukankah kau berjanji akan
selalu menemaniku? Ahhh... maafkan aku yang terlalu banyak mengeluh ini. Aku
meracau. Mungkin karena usia. Atau perkara rindu yang teramat sangat?
Akankah kau datang
ketika malaikat maut melepaskan raga dari tubuhku yang telah renta ini?
Akankah aku menatap
wajahmu lagi?
Akankah aku bertemu
Sang Kekasih?
Lalu kapan waktuku
tiba?
Untuk melakukan
perjalanan ini. Aku telah siap. Tak bisakah kau membisikannya di telinga Sang
Kekasih? Sebentara aku terus bermohon dalam hati pada-Nya.
Tak rindukah kau
padaku?