Syren
1:30 pm
Septimus
Heap: Syren
By Angie
Sage
Copyright @
2009 by Angie Sage
Ilustration
@ 2009 by Mark Zug
All rights
reserved
Penerjemah:
Febry E.S
Korektor:
Bayu Ekawana
Tata letak:
MAB
Hak
terjemahan bahasa Indonesia pada Penerbit Matahati
Diterbitkan
oleh Penerbit Matahati
Cetakan
pertama: Desember 2011
623 Hlm
“Keindahan lebih gampang menjerumuskan orang asing ke dalam bahaya.”
_Pepatah Laskar Pemuda
Septimus
terdampar di sebuah pulau yang sangat indah setelah dihantam badai dahsyat.
Septimus ditemani kedua temannya, Jenna dan Beetle, serta Spit Fyre yang
terluka parah.
Banyak
kejadian aneh di pulau itu, termasuk munculnya gadis bernama Syrah, hilangnya
Cahaya dari mercusuar berbentuk kucing tak jauh dari sana, serta nyanyian
mengerikan yang tanpa henti memanggil Septimus.
Masalah
juga menimpa Lucy dan Bocah Serigala, yang terjebak bersama pelaut jahat di laut
lepas, serta ayah Jenna, Milo Banda, yang rupanya membawa barang misterius yang
luar biasa berharga di kapalnya.
Setelah meninggalkan
Rumah Foryx, Jenna, Nicko, Snorri, Ullr, dan Beetle melewatkan malam pertama di
Pos Niaga, rangkaian panjang pelabuhan di tepi daratan tempat Rumah Foryx
tersembunyi. Nicko begitu mendesak ingin melihat laut sekali lagi, dan tidak
seorang pun, bahkan Marcia sekalipun, merasa sanggup menolaknya. Meskipun
begitu, Septimus agak keberatan mengenai hal tersebut. Spit Fyre, naganya, kelelahan
setelah perjalanan jauh dari Kastil menuju Rumah Foryx, dan mereka masih harus
melewati perjalanan pulang dengan Ephaniah Grebe yang sakit parah. Tapi Nicko
bersikukuh. Dia sangat ingin berada di dekat kapal sekali lagi, mendengar laut
lagi, dan mencium aroma garam di udara. Pada akhirnya Septimus pun tidak
membantah, ia menurunkan mereka di Pos Niaga, lalu kembali ke rumah pohon
bersalju di dekat Rumah Foryx tempat Ephaniah Grebe, Marcia, dan Sarah Heap
menunggu untuk dibawa kembali ke kastil.
Sayangnya setelah
Septimus berangkat, situasi mereka tidak berjalan lancar. Tempat yang ingin
Nicko datangi ternyata kuncinya tidak sama lagi dengan yang ia miliki, sehingga
mereka terpaksa memaksa masuk. Dan tidak ada yang terkesan dengan apa yang
mereka temui di dalam sana. Tempat itu berbau busuk, gelap, lembab, dingin, dan
kelihatannya menjadi tempat pembuangan sampah ikan lokal. Jenna merasa abangnya
itu menjadi agak gila, dengan kesal ia menunjukkan bahwa tidak ada tempat untuk
tidur karena sebagian besar dua lantai teratas tidak ada, hingga menampilkan
pemandangan indah berupa lubang besar di atap, yang kelihatannya oleh burung
camar setempat digunakan sebagai toilet. Meski begitu, Nicko masih bergeming.
Tapi ketika Beetle jatuh menembus lantai yang lapuk dan bergelantungan dengan
sabuknya di atas gudang penuh lendir yang tidak terindentifikasi pemberontakan
pun terjadi. Mereka pun akhirnya memutuskan menghilangkan lapar di sebuah kedai
kumuh di Pelabuhan Nomor Satu. Tidak disangka-sangka mereka bertemu dengan Milo
Banda, ayah Jenna, yang begitu murka mendapati putrinya berada di sana. Segera
saja Milo menggiring mereka menuju kapalnya, meskipun Jenna sebenarnya tidak
menyukai diperlakukan layaknya anak kecil seperti itu, ia begitu lega bisa
tidur ditempat yang nyaman. Tetapi dalam perjalanan menuju kapal, gerak-gerik Milo
Banda begitu mencurigakan.
Apa sebenarnya yang disembunyikan oleh Milo? Mengapa ia begitu gelisah?
Sekembalinya ke menara
penyihir, Septimus segera tertidur pulas, ia baru terbangun ketika Tikus
Rumahnya meninggalkan pesan di atas bantal. Dia pun membuka mata dengan
pandangan buram dan, dengan lega, ingat di mana dirinya berada, kembali di
kamarnya di puncak menara penyihir, Queste telah selesai. Kemudian dia teringat
bahwa Jenna, Nicko, Snorri, dan Beetle masih belum pulang. Hari ini apa pun
yang dikatakan Marcia, dia akan pergi dan membawa mereka pulang. Dia pun
membuka surat tersebut dan mendapati tulisan tangan Marcia yang memintanya
menemuinya di ruang kerjanya. Perihal yang tidak biasa sebenarnya, hampir tiga
tahun menjadi murid Marcia ini kali pertama dia memiliki janji temu dengannya.
Biasanya jika Marcia ingin berbicara dengannya, ia akan menyela apa pun yang
sedang Septimus kerjakan sehingga ia terpaksa menghentikan apa pun yang sedang
ia kerjakan dan segera mendengarkan. Namun dua hari setelah ia kembali dari
Queste, sepertinya ada yang berubah. Dan memang seperti itu, di kantor Marcia dia
mendengarkan kabar yang sangat menggembirakan untuknya, dia sangat tidak sabar
untuk memberitahukan kepada Jenna dan Beetle hal tersebut. Maka dia pun segera
berangkat menjemput mereka bersama Spit Fyre. Apa kabar menggembirakan yang didengar oleh Septimus?
Sebentara itu Bibi
Zelda sedang melepaskan kepergian Bocah Serigala dari rawa-rawa marram... Dia
menugaskan Bocah Serigala sebuah misi yang sangat menakutkan, yang tidak ia
katakan kepada Bocah Serigala, dia hanya menitipkan surat yang nantinya akan
dibaca oleh Bocah Serigala ketika ia telah tepat berada di depan misi itu.
Selain itu Bibi Zelda sedang mencemaskan Septimus, ia tiba-tiba saja diserang
“penglihatan” saat kepergian Marcia setelah mengambil ramuan untuk Ephaniah dan
Hildegarde. Ia melihat Septimus menunggang Spit Fyre, kilat cahaya menyilaukan
lalu lenyap, tak ada apa-apa lagi kecuali kegelapan. Tidak ada yang bisa ia
lakukan untuk menghentikannya. Yang bisa ia lakukan hanyalah mengirimkan
Septimus JimatPelindungan terbaik yang dimilikinya. Misi menyeramkan apa yang ditugaskan Bibi Zelda kepada Bocah Serigala?
Mampukah Bocah Serigala menyelesaikan misi tersebut? Apa arti penglihatan Bibi
Zelda? Mampukah JimatPelindung itu membantu Septimus? Dan apakah sebenarnya
JimatPelindung yang hidup itu?
Saat dalam perjalanan
menjemput Jenna dan yang lainnya, Septimus melewati hamparan kepulauan yang
indah, anehnya dia merasa mendengar ada seseorang yang memanggilnya, entah
siapa. Sesampai di Pelabuhan, Septimus tidak mendapatkan perhatian yang ia
inginkan dari teman-temannya, ia kesal lagi pula dia tidak terlalu menyukai
gagasan pulang ke benteng menggunakan kapal Milo. Untungnya Beetle bersedia
menemaninya pulang bersama, meskipun dia sangat membenci terbang bersama Spit
Fyre. Jenna yang awalnya sangat menikmati perhatian Milo Banda dan seluruh awak
kapal, lama kelamaan menjadi muak juga, dia pun akhirnya ingin pulang bersama
Septimus dan Beetle. Mereka akhirnya memutuskan untuk segera pulang dan tidak
mempedulikan peringatan Milo akan badai... hingga mereka terjebak di dalam
badai itu dan terdampar di sebuah pulau... Pulau
apakah itu? Bagaimanakah cara untuk mereka pulang ke benteng? Dapatkah Spit
Fyre sembuh dari luka-lukanya akibat badai? Dan mengapa Septimus merasa mereka
sedang diawasi dan sering mendengar suara yang memanggil-manggil namanya?
“Kebanyakan rahasia membosankan, begitu sudah terungkap.”
_Jenna
“Untuk menemukan cahaya, pertama-tama kita harus memasuki kegelapan.”
_Miarr
Dan dibelakang semua
itu, sedang terjadi suatu konspirasi untuk menyerang dan menguasai benteng dan
menara penyihir... Dapatkah mereka
menghentikan konspirasi tersebut?
****
Ada periode yang cukup
panjang diantara saya membaca Queste dan membaca Syren ini. Hal itu
dikarenakan, tidak adanya buku Syren yang masuk ke toko buku di Makassar dan
membeli online saat itu rasanya terlalu mewah. Saat mengetahui penerbit
Matahati ini gulung tikar, saya sangat sedih karena mengira tidak akan lagi
bisa membaca kelanjutan kisah Septimus ini. Cukup terkejut mendapati buku ini
di jual di salah satu toko buku online langgananku dan tanpa ragu akhirnya saya
pun membelinya.
Saat membaca buku ini
saya dibuat cukup kelimpungan mengingat nama-nama tokoh yang langsung
disodorkan di depan mata saya... siapa Ephaniah Grebe? Siapa Snorri? Ullr?
Untuk membongkar lemari buku saya dan mencari Queste untuk kemudian kubaca
ulang rasanya melelahkan, mungkin lain kali, sehingga keempat buku sebelumnya
bisa saya review juga. Saya pun menabahkan diri untuk melanjutkan membacanya,
dan memang, memori tentang Queste perlahan-lahan muncul.
Untuk segi penuturan,
diksi, saya menikmati membacanya hingga akhir. Masih terasa kekhasan penuturan
Angie Sage dan selipan humor nyelenehnya. Hanya saja saya merasa Septimus ini
lama kelamaan menjadi tokoh yang terlalu banyak menanggung beban. Semua hal yang
wah dan mengasikkan terjadi padanya. Maksud saya begini, okelah dia memang
putra ketujuh dari putra ketujuh yang memiliki magyk yang begitu besar, tapi
haruskah dia mennjadi murid penyihir luar biasa plus memiliki jimat terbang
yang paling ampuh plus memiliki naga plus menjadi nahkoda kapal naga plus
menajdi murid physik terkenal plus menjadi satu-satunya murid yang pulang
dengan selamat dan menyelesaikan Queste? Dan kini dia pun memiliki jimat
pelindung hidup?!! Rasanya menjemukan saja buat saya. Meskipun dalam setiap
kehebatannya itu dia ditemani dengan saudara ataupun teman-temannya. Tapi.....
(btw Jenna dan Beetle entah mengapa mengingatkanku pada Hermione dan Ron)
Selain itu aku sangat
suka melihat perkembangan sifat tokoh-tokohnya; Septimus yang dewasa dan
percaya diri, Jenna yang mulai terlihat seperti putri, Simon yang sadar tentang
kegilaannya selama ini, dan Marcia yang mulai memberikan kebebasan kepada
Septimus. Cuma sedih si melihat Nicko yang pendiam...
Hmmm... apa lagi ya? Oh
ia saya sampai lupa betapa saya menyukai sisipan kisah dan peristiwa di akhir
setiap buku Septimus Heap ini. Jangan malas-malas membacanya, karena kisah itu
berhubungan dengan kisah di buku selanjutnya... Tidak sabar membaca Darke!!!
(btw lagi, The Isles of Syren mengingatkanku pada pulau-pulau di Abarat
terutama mercusuar berbentuk kucing itu)
0 komentar
Terimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.