Cerita Mudik – Pagi Pertama & Pasar
7:21 pm
27 Juli 2014
Entah, rasanya baru
saja saya memejamkan mata, kami telah dibangunkan untuk sahur. Dingin yang
sangat menusuk membuat saya ogah-ogahan membuka mata. Dan menu sahurnya pun
tidak membuat saya (maaf) berselera untuk makan. Nasi hangat, sayur kol bening,
dan ikan makarel kaleng. Sejak dulu, saya memang sangat tidak menyukai ikan
kaleng, aneh saja rasanya dilidahku. Perpaduan antara ikan yang sangat amis dan
rasa manis tomat busuk, setidaknya itu yang kurasakan tiap mencoba ikan kaleng.
Belum lagi tampilan ikan kaleng itu yang seperti muntahan ._. seperti ada yang
menelan ikan itu bulat-bulat lalu memuntahkannya lagi utuh-utuh -,-“ Iyuhhhh
bangetlah pokoknya u.u
Tapi karena tidak ingin
menyinggung perasaan yang telah memasaknya, aku pun mencoba memaksakan diri
memakannya. Ujung-ujungnya ikan kaleng itu kuberikan kepada Pai dan aku hanya
menyantap nasi dan sayur dan lombo’ tentunya. Untungnya sebelum imsak kami
menyantap teh hangat dan kue kering yang kubawa dari Makassar. Setidaknya
perutku lumayan ada isinyalah.
Setelah solat subuh
kami pun tidur kembali... tidurnya pun masih dalam posisis berpelukan... dingin
ini ternyata bikin romantis deh ^^ hahahaha....
Paginya, saat terbangun
sekali lagi rasanya sangat berat untuk meninggalkan kehangatan kasur dan
selimut. Hanya perasaan tidak enak karena orang serumah sudah sibuk ini-itu
yang memaksa saya meninggalkan tempat tidur. Saat meninggalkan tempat tidur,
saya bingung juga akan melakukan apa. Maka saya pun duduk di beranda rumah,
berjemur, mengharapkan panas dari cahaya mentari.
Sambil menikmati
pagi...
Saat diajakin ke pasar,
saya pun langsung mengiakan. Pasar di sana cuma ada seminggu sekali, hanya
setiap hari Minggu. Dan dari rumah nenek itu, kita harus mendaki ke atas untuk
mencapai pasar tersebut. Ini seperti petualangan untuk orang kota macam saya.
Saya pun tidak lupa membawa si poket pisang ijo.
Menariknya, meskipun
tinggal berjauhan, orang-orang di sana saling kenal. Bahkan sudah seperti
keluarga. Dari rumah hingga pasar saya terus dikenalkan dengan “keluarga” dan
tak henti-hentinya berjabat tangan dengan orang-orang di sana.
Pasar itu sendiri
selain menjual bahan makanan juga menjual pakaian. Lucu saja si sebenarnya,
jika mengingat kemewahan pusat perbelanjaan di Makassar sana. Tapi keakrab-an
yang kulihat dan kesederhanaannya yang arif tak bisa kita dapatkan dipusat
perbelanjaan di Makassar sana...
Ini mesjid bukan pasar ya ^^ Pasarnya dekat mesjid ini |
Langsung ketemu penjual kopi. Kopi yang itu, kopi jember namanya. Bahkan orang sekampung gak ada yang suka rasanya. Tapi kok tetap ada yang jual ya? |
Nah ini primadona, kopi robusta!!! |
Ramai!!! |
Waktunya pulang... olahraga lagi turun bukit... |
Sepulang dari pasar,
saya keringetan dan memutuskan untuk mandi. Airnya sedingin es. Sukses
setelah itu saya masuk angin dan diare... Kalian tahu, diare saat berpuasa itu menyiksa... lemah, lesu... untungnya sorenya Pai berjanji akan mengajakku jalan-jalan. Ngabuburit menunggu berbuka.
Si kucing sok kenal sok manja |
2 komentar
masih penasaran sama foto yang di atas di ft anjing. itu apa ya?
ReplyDeleteItu foto gula merah Om, kalo di Jawa di sebut gula aren.
DeleteTerimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.