Suatu hari, di persimpangan jalan, Perempuan Itu tiba-tiba tercenung dan menghentikan langkahnya. Lama dia hanya berdiri mematung lalu memutuskan menepi, duduk di sebuah batu dan menghela napas. Dia merasa lelah, bosan, dan rasanya akan segera meledak. Jika diibaratkan gunung berapi, dirinya itu sudah mengalami siaga satu. Begitu banyak hal yang harus dilakukan, begitu banyak hal yang tidak ia lakukan, terutama hal-hal yang ia sukai. Dia merasa cemas secara berlebihan. Seandainya rasa cemas itu dikarenakan ketidaksabaran untuk sebuah penyatuan, mungkin dia bisa menikmati rasa cemas itu, sayangnya rasa cemas itu timbul karena memikirkan hal-hal yang berbau materi.
Untuk sebentara dia butuh menyepi sejenak, mengeluarkan kecemasan dan pikiran-pikiran negatif dari kepalanya yang terus berputar-putar disekitaran situ saja. Lama-kelamaan putaran pikiran itu semakin kencang, mengalahkan putaran kipas angin yang ada di ruang tamu rumahnya. Menyebabkannya menderita sakit kepala yang luar biasa, yang tak juga sembuh-sembuh dalam dua minggu terakhir ini.
Sebuah tempat yang tenang dan damai, jauh dari hiruk-pikuk manusia, tempat dimana waktu terasa lambat, adalah yang paling dia inginkan saat ini. Dia akan duduk dengan santai di depan jendela sambil membaca buku atau hanya sekedar memandangi gerimis yang membasahi tanah dan tanaman di luar sana. Atau mungkin jika dia beruntung, dia dapat menikmati kabut yang menyamarkan, membayang-bayangi, dan memberikan kesan misterius pada benda-benda di luar sana. Dia tak perlu memikirkan apa-apa, hanya sekedar menikmati dirinya dan sekitarnya...
Mungkin jika semuanya telah usai, dia akan mengenang saat-saat ini dengan perasaan romantis yang aneh. Perasaan yang dikaburkan oleh kenyataan yang lampau yang telah dibumbui imaji ciptaannya... Tapi untuk saat ini?!! Dia hanya perlu menghilang sejenak.