Melilitkan Keberuntungan
April 17, 2014
Okeee sudah sepuluh hari berlalu,
dan baru saat ini saya ada mood untuk menuliskannya.....
Hari sebelumnya Kak Eka
mentag saya di instagram sebuah foto tentang acara Craft Day yang akan diadakan
di di Kata Kerja bersama Ikat Craft, yang kebetulan Kak Denok, si pemilik Ikat Craft sedang berada di Makassar. Dia akan mengajari kami cara membuat ojo de
dios (baca: oho de dios). Yippie!!! Sudah lama saya ingin belajar membuat ojo
de dios. Sudah semenjak saya menemukan sebuah buku yang di dalamnya ada
tutorial membuat ojo de dios. Tidak hanya tutorialnya sebenarnya, tetapi juga
asal-usul ojo de dios itu yang menjadikannya semakin menarik untuk saya. Tapi
sayangnya mengikuti petunjuk pembuatannya dari buku tidak segampang seperti
yang ada pada gambar, saya sangat kesulitan membuatnya. Apalagi sudah lama saya
merasa sangat tidak berbakat jika menyangkut tali, simpul-menyimpul, dan
lilit-melilitkan. Jadi bayangkan betapa senangnya saya mengetahui ada yang
bersedia mengajarkan kami membuat ojo de dios tersebut ^^.
Senin, 7 April 2014
Siangnya saya sudah
bersiap, mandi lebih cepat dan makan lebih cepat, dan tadaaaaa... hujan deras
tiba-tiba turun. Padahal sebelumnya matahari masih bersinar, walau pun memang
sedikit mendung, tapi saya sama sekali tidak menyangka akan turun hujan deras
seperti itu. Terlanjur telah berpakaian dan berdandan cantik #plak, juga
didorong keinginan belajar, saya pun dengan nekat menerobos hujan...
Sebelum saya lanjutkan,
mungkin ada yang bertanya-tanya apa itu ojo de dios?
Saya akan mengutip
sedikit dari buku yang saya punya tentang apa itu ojo de dios di sini;
“Ojo de dios secara
harfiah diterjemahkan dari bahasa Spanyol sebagai ‘mata dewa’, melambangkan
kemampuan melihat dan memahami hal-hal yang tidak diketahui. Walau pun ojo de
dios paling sering didapatkan di antara orang-orang Indian Huichol di Meksiko
Barat Laut, ojo juga dapat ditemukan di selatan sejauh Peru dan di timur sejauh
Mesir. Baik di timur maupun di barat, desain ojo selalu sama, yakni dua tongkat
berbentuk salib yang dililit dari pusat ke arah luar dengan benang-benang tenun
berbagai warna sehingga terbentuk suatu pola intan. Bagian pusat atau manik ojo
de dios biasanya dililit sedemikian rupa sehingga terciptalah permukaan datar
serta licin, dan biarkan bagian belakang tongkat tetap terbuka. Ada banyak variasi
cara melilitkan benang di sekeliling bagian luar tongkat dan tiap variasi
menghasilkan suatu ojo de dios yang unik.
Asal usul
Orang Indian Huichol
menganut kepercayaan panteisme, dan keempat ujung salib yang membentuk kerangka
ojo de dios melambangkan bumi, api, udara, dan air. Dalam membuat ojo de dios
seorang Indian akan berdoa agar roh tertentu selalu menjaga dirinya. Jika sudah
selesai, ojo de dios akan ditempatkan di dalam kuil suku atau di tempat keramat
tertentu yang khusus disediakan untuk dewa yang dipuja. Karena angka kematian
bayi cukup tinggi, orang Indian Huichol sangat bersungguh-sungguh dalam
mendoakan kelangsungan hidup bayi yang baru lahir. Sewaktu anak lahir, kakek
anak itu atau tua-tua yang berkuasa, membuat satu ojo de dios. Setahun sekali,
rambut anak itu dipotong; kemudian rambut dan sebuah mata kecil lain ditambahkan
ke ojo de dios tadi. Tindakan ini melambangkan suatu permohonan agar anak itu
berumur panjang. Setelah rambut dipotong lima kali dan lima mata ditambahkan,
ojo de dios kini sudah lengkap dan disimpan di dalam kuil sebagai lambang suatu
doa yang terus dipanjatkan supaya anak itu tidak jatuh sakit.
Orang Indian Huichol
membuat ojo de dios untuk meminta agar para dewa menjaga berbagai segi
kehidupan mereka.”
Nah, jadi itulah ojo de
dios ^^
Seiring berkembangnya
zaman, ojo de dios tersebut memiliki banyak varian desain yang telah dikembangkan.
Salah satunya adalah mandala, yang juga akan diajarkan Kak Denok nantinya.
Sesampai di sana, cukup
terlambat sekitaran satu jam, saya pun langsung turut serta mempelajari membuat
ojo de dios ini. Sesuai dugaan, saya tipe pembelajar yang cukup lelet, apa lagi
menyangkut tali, simpul menyimpul, dan lilit-melilit. Beberapa kali saya
meminta Kak Denok untuk mengulang instruksinya dan pada akhirnya saya harus
diprivat karena tak juga mengerti. Hihihi... untungnya Kak Denok yang bertubuh
mungil ini orangnya sabar >.< Dan ya akhirnya saya pun mengerti cara
melilitkan benang tersebut. Dan setelah itu semuanya jadi lebih mudah dan tak
terasa ojo de dios saya pun jadi.
Sebentara hujan di luar
tak juga berhenti, kami di dalam masih juga asik membuat ojo de dios tersebut.
Malam pun datang, dan waktu terus berlalu tanpa kami sadari... ketika malam sudah
cukup larut, sepertinya saya harus pulang, meskipun hujan masih terus turun di
luar sana. Untunglah saya dijemput, mengingat malam yang sudah cukup larut itu untuk
pulang naik pete-pete (angkot) sendiri dan rumah memang jauh dari sana. Dan ya dengan berat
hati karena mandala saya belum selesai, saya pun harus pulang...
Terimaksih untuk IkatCraft dan tentunya Kak Denok yang telah sangat sabar mengajari saya ^^
Terimakasih untuk ilmunya yang keren ini ^^
Terimakasih utuk KakEka yang telah mentag acara ini di instagram saya ^^
2 Comments
Kak Dwi, ajarika buat giniaaannn. >.<
ReplyDeletekak dwi sebagian tulisan dari blog ta, saya kutip yah. mau di share kan juga di fanpage Taman Baca Anak Bangsa
ReplyDeleteTerimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.