Layar Terkembang
April 07, 2014
Layar
Terkembang
Oleh St.
Takdir Alihsyahbana
Perum
Penerbitan dan Percetakan
Balai
Pustaka
Cetakan
pertama: 1937
Cetakan
kedua puluh: 1990
139 hlm; 21
cm
Hmmm.... baiklah,
bagaimana seharusnya saya memulainya?
Layar Terkembang
menceritakan tentang dua perempuan, kakak-adik, yang berbeda perangai. Tuti
sang kakak yang selalu serius dan aktif dalam kegiatan pergerakan perempuan dan
Maria yang lincah dan periang. Tuti bukanlah seseorang yang mudah kagum, yang
mudah heran dan terpesona melihat sesuatu. Ia memiliki harga diri yang besar,
ia tahu bahwa ia pandai dan cakap dan banyak yang bisa ia kerjakan dan ia
capai. Ia memiliki pendapat dan pemikiran sendiri tentang segala hal, dan
pemikirannya itu ditopang oleh pengetahuannya dan keyakinannya yang kukuh.
Jarang ia melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kata hatinya.
“Bahwa tiap-tiap manusia harus menjalankan penghidupannya sendiri, sesuai dengan deburan jantungnya, bahwa perempuan pun harus mencari bahagianya dengan jalan menghidupkan sukmanya.”
_Tuti
Sedangkan Maria sangat
mudah kagum, gampang memuji dan memuja sekitarnya. Ia sering mengatakan sesuatu
tanpa ia pikirkan terlebih dahulu, baik ketika berbahagia mau pun sedang
bersedih, semuanya didorong oleh perasaannya yang meluap-luap. Air mata dan
tawa silih berganti di mukanya selayaknya siang dan malam. Tak beberapa lama ia
bersedih sesedih-sedihnya, ia bisa tiba-tiba tertawa bahagia karena kegirangan
hatinya yang masih remaja.
Yang seorang tegap dan
kukuh pendiriannya, tak suka beri-memberi, gelisah bekerja dan berjuang untuk
cita-cita yang menurut pikirannya mulia dan luhur. Yang satunya lagi adalah
seorang perempuan yang bertingkah laku sesuai dorongan perasaannya yang
meluap-luap, melimpah, pada sekitarnya dengan sepenuh hatinya. Tetapi perbedaan
sifat antar keduanya tidak membuat hubungan keduanya renggang. Keduanya
berusaha saling memaklumi dan menghargai masing-masing.
Mereka berdua adalah
anak seorang mantan wedana di daerah Banten, Raden Wiriaatmaja, yang kini
menetap dan hidup dari pensiunnya di Jakarta bersama-sama kedua anaknya itu. Ibu
mereka sendiri telah meninggal dua tahun yang lalu.
Suatu hari saat
keduanya berjalan-jalan di Aquarium Pasar Ikan, mereka bertemu dengan Yusuf,
seorang mahasiswa Kedokteran. Sejak saat itu antara Maria dan Yusuf muncul
ketertarikan yang pada akhirnya berkembang menjadi cinta...
“Yusuf termenung melihat ke hadapannya dengan tiada nampak suatu apa. Sungguh bertentangan pekerti dua bersaudara itu. Kepada yang seorang ia merasa hormat dengan sepenuh-penuh hatinya. Hormat akan keberaniannya dan ketetapan hatinya, hormat akan ketajaman pikirannya, hormat akan kegembiraannya berjuang dan berkorban bagi yang terasa kepadanya mulia dan suci. Pada yang seorang lagi perasaan hormat itu diganti oleh perasaan yang gaib yang tiada terkatakan; oleh perkataannya yang bersahaja, oleh gerak badannya, dan cahaya mukanya yang tiada ditahan-tahan, oleh suaranya yang mesra mencumbu dan pandangan matanya yang membelai menyinar kagum.
Maka dalam bermenung itu sayup-sayuplah terasa kepadanya, bahwa dalam perasaan hormatnya kepada yang seorang ada tersela tersembunyi perasaan takut.
Dan jiwanya yang muda remaja itu tertariklah kepada perasaan yang gaib, yang nikmat melamun menghanyutkan dirinya tiada tertahan-tahan..."
_Hlm 53
Buku ini sendiri
bersetting zaman kolonial, dimana pergerakan pemuda sedang giat-giatnya. Pada bagian
Tuti kita akan diajak pengarang mendalami cita-citanya, perjuangannya untuk
sebuah emansipasi, pemikiran-pemikirannya, beserta kegelisahan dan keinginan
hatinya. Saya bisa menyimpulkan bahwa Tuti ini tipe perempuan feminis
kebanyakan... Sedangkan pada bagian Maria kita akan dibawa pengarang mencicipi
romansa antara Maria dan Yusuf. Tentunya juga di buku ini kita akan menyaksikan
bagaimana dua bersaudara ini berinteraksi satu dengan lainnya.
Saya pribadi menyukai
buku ini, saya suka dengan ejaan lamanya yang rasanya sangat puitis, meskipun
di sisi lain saya juga tidak menyukai ejaan lama yang ada di buku ini yang
cukup membingungkan dan bertele-tele. Saya mengidolakan pemikiran-pemikiran
Tuti yang sangat maju dan bagaimana ia bertindak sesuai pemikirannya itu. Saya suka
kepolosan, keceriaan, dan sifat Maria yang penuh kasih sayang. Saya menemukan
diri saya pada kedua kakak beradik ini. Saya pun menyukai kedewasaan dan
kecerdasan Yusuf. Oh ia buku ini saya
pinjam dari Kak Afdhal... Makasih Kak buat pinjamannya ^^
Anehnya saya yang suka
mengumpulkan barang-barang tua sangat tidak menyukai bau buku ini yang sukses
membuat saya flu saat membacanya...
Hmmm apa lagi ya?
Ohh ia saya menyukai
pribadi Tuti mau pun Maria ^^ Tapi... terkadang tingkah Maria terlalu lebay
buat saya. Lebaynya hingga titik yang membuat ingin muntah. Saya senang saat
Tuti menegur tingkah Maria yang bagi saya, sepakat dengan Tuti, terlalu
merendahkan derajat perempuan. Rasanya Maria ini ingin saya perlihatkan
bagaimana kerasnya dunia, jangan hanya bersembunyi di istananya yang damai
saja!!!
Dan ya saya kurang sreg
dengan akhir buku ini...
Bagaimana ya... terlalu
melompat, ada jeda yang seharusnya pengarang isi dengan pergolakan hati Tuti
untuk menyetujui keinginan Maria. Sayangnya karena tak ada hal itu malah
mengisyaratkan Tuti yang menjadi lembek dan tidak konsisten pada kepribadian
yang sang pengarang tuliskan sebelumnya.
Dan mengapa judulnya Layar
Terkembang?
Tebakan saya si
pengarang menggambarkan berkembangnya kepribadian kedua kakak beradik ini,
beserta Yusuf, seperti sebuah layar yang mengembang. Tapi itu sih cuma sekedar
tebakan saya saja... ada yang sudah baca? Bagaimana pendapat kalian?
Dan ya ini merupakan
karya pertama Sultan Takdir Alisyahbana yang saya baca.... haloooooo kemana
saja kamu selama ini?!!!!!
Oh ia ada lagi! Saya
sangat geram pada kata pengantar yang Balai Pustaka buat di buku ini!!! Kata
pengantarnya spoiler!!!! Saya tipe pembaca yang membaca semua yang tertulis
dari sebuah buku, mulai dari identitas buku, kata pengantar, ucapan
terimakasih, dll. Bayangkan betapa geramnya saya saat membaca kata pengantar
dan telah mengetahui isi cerita buku ini?!! Dari awal hingga akhir!!! Ya, Balai
Pustaka menyingkat cerita buku ini dan memuatnya di bagian kata pengantar!!!
Kampret!!!
6 Comments
cuma tau nama novelnya pas pelajaran bahasa indonesia smp, soal ceritanya .... ehmmmm
ReplyDeletemaap aku ora ngerti tenan mbak
Aku juga sudah lama tau novel ini tapiiiii baru bacanya sekarang :p
DeleteBaca yuk ^^
Yaa ampuunnnn lama bangetttt
ReplyDeleteAku gak ngerti diksinya :(
Ho oh Mbak ini buku sudah lama banget, dan cetakkan ini pun seumuran saya! Hahaha
DeleteDiksinya jadul sejadul jadulnya >.<
Pas jaman saya SMA dulu, Ini buku wajib pelajaran Bahasa Indonesia yang mesti kami baca karena isinya jadi bahan ujian, hahaha. Lupa-lupa inget saya dengan isi cerita buku ini. Seingat saya, Maria itu kena sakit TBC ya?
ReplyDeleteHuwaaa guru SMA-nya keren >.<
DeleteIa, Maria kena TBC plus malaria
Terimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.