The Cat Mummy
12:00 pm
The Cat
Mummy
@ 2001 by
Jacqueline Wilson
Cover
ilustrations and inside artwork @ Nick Sharratt, 2001
All rights
reserved
Mumi Kucing
Alih
bahasa: Diniarty Pandia
Hak cipta
terjemahan Indonesia pada Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Diterbitkan
pertama kali oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta,
November 2003
Cetakan
kedua: September 2005
152 hlm; 20
cm
Aku punya
kucing. Aku sayang sekali padanya. Tapi ia sangat membosankan.
Meskipun
begitu, Mabel, kucing tuaku tersayang, adalah pendengar yang baik. Ia mau
mendengarkan semua ceritaku, termasuk tentang ibuku yang meninggal waktu
melahirkan aku. Mabel mungkin tidak selincah atau selucu anak-anak kucing milik
Sophie temanku, tapi Mabel selalu setia menemani.
Miss Smith,
guru baruku, bercerita bahwa di Mesir Kuno, orang-orang memuja kucing. Ia juga
memberitahu kami tentang mumi.
Jadi waktu
Mabel mati.....
Meskipun telah sering
mendengar nama Jacqueline Wilson sebagai salah satu pengarang buku anak-anak
yang di favoritkan banyak orang, ini kali pertama saya membaca bukunya. Entah,
dulu saat buku-bukunya berjejer cantik di rak toko buku di sini, saya belum
tertarik membelinya. Atau mungkin sedang banyak buku yang mengantri untuk saya
beli saat itu, sehingga saya mengurungkan niat untuk membeli buku-buku Jacqueline
Wilson tersebut. Dan sekarang, setelah buku-bukunya telah susah untuk
ditemukan, saya baru berkeinginan membacanya, setidaknya satu buku saja dulu. Jika
ternyata saya menyukai gaya penuturannya dan kisah-kisah yang ia angkat, maka
saya berkeinginan mulai mengoleksi buku-bukunya. Beruntunglah saya menemukan
buku ini...
Buku ini sendiri
terbilang sangat ringan, untuk pembaca yang mengaku dewasa, seperti
saya. Selayaknya buku anak-anak pada umumnya, buku ini pun dilengkapi dengan
ilustrasi-ilustrasi yang mendukung ceritanya. Font tulisannya pun besar-besar,
dengan tebal halaman hanya seratus-lima-puluh-dua, untuk menamatkannya saya
hanya menghabiskan waktu kurang dari tiga puluh menit.
Berkisah tentang
Verity, seorang anak perempuan yang manis yang tinggal dengan Gran, Grandpa,
dan Dad-nya. Ibunya meninggal ketika melahirkannya, dan topik tentang Ibunya
itu sangat jarang, bahkan seingatnya tak pernah dibicarakan di rumah. Verity
pun tak ingin bertanya tentang Ibunya pada Grandpa atau pun Gran-nya, karena ia
tidak ingin membuat mereka sedih jika menanyakan perihal tersebut, apalagi
kepada Dad-nya. Sehingga tertanam pada diri Verity bahwa topik tentang kematian
adalah hal yang tabu untuk dibicarakan.
Di rumah, mereka
memelihara seekor kucing tua bernama Mabel. Kucing itu dulunya adalah kucing
peliharan Ibu Verity. Bayangkan betapa tuanya kucing itu?! Tingkahnya yang
hanya tidur dan makan saja sungguh sangat membosankan, tetapi mereka semua
tetap sangat menyayangi kucing tersebut. Begitu pun bagi Verity, Mabel adalah
sesuatu yang telah ada bersamanya semenjak ia lahir, teman yang selalu
mendengarkan cerita-ceritanya. Menghadapi kematian Mebel adalah perkara yang
sangat berat untuk Verity. Di satu sisi ia ngeri membayangkan Mebel yang baik
akan di kubur di dalam tanah, tempat yang sesak, gelap, dan penuh cacing, di
sisi lain ia tak rela jika Mebel pergi dan meninggalkan ruang kosong di ujung
bawah tempat tidurnya, tempat biasanya Mebel tidur bersamanya. Karena hal
tersebut ia pun menginginkan memummykan Mebel, seperti orang-orang Mesir pada
zaman dahulu...
“Aku tidak bisa!” teriakku. “Ia sudah mati. Kita kan tidak pernah membicarakan orang yang sudah mati karena kita semua akan jadi sedih. Orang yang sudah mati harus dikubur dan aku tak bisa mengubur Mebel karena ia takut di luar dan tidak suka dikubur di dalam tanah yang kotor bersama cacing-cacing.”
_Halaman 123
Dari segi cerita ringan
sajakan?! Tapi topik yang Jacqueline Wilson angkat ini cukup dalam. Bagaimana
orang dewasa terkadang merasa tak perlu membahas hal-hal sensitif dengan
anak-anak, sehingga mereka memaknai sesuatu dengan sepahaman mereka saja,
sesuai imajinasi mereka. Yang di buku ini diceritakan sedikit menggelikan dan juga
miris. Kepolosan Verity itu membuat saya gemes (dalam artian baik) dan juga
membuat saya jatuh cinta pada Jacqueline Wilson ini ^^ Sepertinya perburuan saya
akan buku-bukunya akan segera dilakukan nih ^^ Hihihihihi....
Ah saya agak iri dengan
sekolah Verity ini, sekecil itu mereka telah diajarkan tentang kebudayaan
negara lain, dalam hal ini Mesir. Seingat saya waktu SD jarang banget diajarin
kebudayaan >.<
Ah ya, sosok guru di
buku ini sangat luar biasa. Begitu perhatian akan anak didiknya...
2 komentar
Ih jadi pengin baca. Ada nggak ya buku versi asli di Gramedia...
ReplyDeleteSudah susah si Mbak di dapatnya >.< tapi coba cari aja deh...
DeleteTerimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.