Dia yang Menantimu

January 26, 2014

Perempuan Itu sedang duduk di sudut ruangan, seperti biasa, di tempat di mana ia sering bertemu denganmu. Ia duduk seorang diri sambil menggenggam erat mug yang berisikan coklat hangat, termenung menatap ke luar, pada hujan yang turun perlahan, yang seakan tak yakin akan dirinya sendiri.

Seperti biasa dia akan menunggu kehadiranmu, yang seringnya datang terlambat. Dia sering kesal dengan sifat ngaretmu itu, tak jarang ia marah dan merasa kau tak menghargainya, membiarkannya menunggu seorang diri, yang tak jarang hingga berjam-jam. Tapi kau tetap saja begitu bukan? Kau akan datang dengan cengiran menyebalkan di wajahmu, tanpa meminta maaf atas keterlambatanmu, dan dia akan memasang wajah cemberut lalu mengomelimu. Tapi kau tetap saja begitu bukan?

Di tempat itu kalian akan berbincang tentang apapun, segala hal yang ingin kalian perbincangkan, segala hal yang bisa diperbincangkan. Tak jarang kalian berdua beradu argumen dan ngotot dengan pendapat masing-masing. Tapi seringnya Perempuan Itu yang terus bercerita, dan kamu hanya mendengarkan. Aku sadar, dia mendapatkan kenyamanan berbicara denganmu, menikmati mengeluarkan segala keluh-kesahnya, juga segala pendapat-pendapat dan pandangannya tentang hidup padamu. Bersamamu, Perempuan Itu bisa menjadi siapa dia yang sesunggunya. Melepaskan segala topeng yang ia kenakan ketika keluar dari kamarnya.

Dan ketika malam mulai larut, dengan berat hati kalian akan beranjak dari tempat ini. Kau akan menggoncengnya pulang dengan motormu dan selama perjalanan itu kalian akan terus berbincang hingga tiba di depan rumahnya (kecuali saat kalian bertengkar). Lalu kalian pun mengucapkan sampai berjumpa lagi... Aku  sering mendengarkan khayalan kalian jika seandainya tak perlu berpisah lagi, jika kalian telah berbagi rumah yang sama. Dan ya kalian memang sedang menantikan hal itu terjadi.

Tapi kali ini ada yang berbeda, kau takkan datang. Ya, kau tak akan datang bukan?

Perempuan Itu hanya seorang diri di sini. Aku rasa dia juga takkan menghubungimu untuk memintamu datang atau untuk berbaikan. Dia capek. Sadarkah kau selama ini, selama masa dimana kalian bersama, jika kalian bertengkar, kau tak pernah menghubungi yang pertama kali? Tak pernah mengambil inisiatif untuk berbaikan. Dan tak pernah meminta maaf padanya. Apakah semua kesalahan hanya ada padanya? Dan kau merasa selalu berada di pihak yang benar? Aku merasa kau membuatnya merasa tidak dihargai, tidak pantas untuk diperjuangkan, juga tidak dirindukan. Dan aku membencimu karena itu. Aku kecewa. Bukankah kau yang paling tahu bahwa dia selalu merasa kesepian? Ditengah keramaian adalah saat-saat dia merasa paling sepi dan sendirian. Dia selalu bertingkah kuat dan baik-baik saja , bukankah seharusnya kau yang paling tahu?

Ahhh sudahlah... saat ini dia bahkan sudah tak ingat apa yang kalian pertengkarkan saat itu. Tapi aku rasa dia takkan menghubungimu. Dia lelah terus-terusan yang mempertahankan semua diantara kalian. Jadi semuanya terserah kau saja. Dia toh akan selalu ada di sini, tak pernah kemana-mana.

Dan jika ternyata kau memang tidak akan menghubunginya, ada aku di sini. Yang bisa membuatnya tersenyum, yang akan mendengarkan segala cerita-ceritanya, yang diperbolehkan menatap wajahnya yang sebenarnya.

Dia tidak akan baik-baik saja memang. Tapi dunia tetap berlanjut, waktu terus berjalan. Dia akan baik-baik saja, pada akhirnya...

Dan suatu saat kau hanya sekedar sesuatu yang terasa seperti saat tertentu senjakala, ketika cahaya berwarna misterius membangkitkan kenangan istimewa. Apakah memang itu yang kau inginkan?

Makassar, Sabtu 25 Januari 2014

*Dibaca sambil mendengarkan lagu Just Two of Us-nya Davichi >.<
*Terinspirasi dari MV Just Two of Us-nya Davichi ^^
*Kisah ini diikut sertakan pada #1bulan1kisah di sini






You Might Also Like

5 Comments

  1. Nice story, teruslah menulis karena ini tulisan yang bagus.. Salam silaturahmi :)

    ReplyDelete
  2. Aaaak :') baguuus, suka banget sama ceritanya

    ReplyDelete
  3. Keren banget ceritanya :')
    jadi pengen punya pacar :')

    ReplyDelete
  4. bagus ceritanya. tapi lebih keren lagi kalau ada dialog. supaya imajinasi lebih berkembang dan karakternya lebih kuat

    ReplyDelete

Terimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.