KUKIS PEDAS

December 29, 2013


KUKIS PEDAS
Kumpulan Kisah Pendek Fantasi
By F. J. Ismarianto
Copyright @ November 2013 by Fery Juni Ismarianto

Format E-Book

97 Hlm

Buku ini memuat lima buah cerpen fiksi fantasi yang cukup menghibur, membuatku menginginkan lebih, dan juga membuatku merenungkan beberapa hal yang terdapat di dalamnya, ya setidaknya begitulah yang saya rasakan ketika membaca buku ini. Membaca buku ini pun tak memerlukan waktu yang lama, selain karena jumlah halamannya yang hanya sembilan-puluh-tujuh, penggunaan bahasa yang enteng dan mudah untuk dipahami, juga kisah-kisah di dalamnya dikemas dengan ringan.

Sejujurnya dari lima cerpen yang ada, saya sudah pernah membaca tiga cerpen di dalam buku ini sebelumnya. Tetapi membacanya kembali ternyata tidak membuat saya bosan, ya karena saya memang menyukai ketiga cerpen tersebut. Senang saja saya bisa menyimpan tiga cerpen plus dua cerpen lainnya di ipad saya ^^ Apalagi buku ini adalah tulisan seorang teman yang bisa kamu, kalian download secara gratis di sini: Goodreads

Cerpen pertama, Bocah Penjual Cookies, berkisah tentang seorang bocah berumur sembilan tahun yang sehari-harinya bekerja menjual cookies bikinan ibunya. Sialnya dia memiliki ibu kandung yang jahat yang tak memperbolehkannya makan jika dia tidak berhasil menjual seluruh cookies itu dan yang sering membentaknya dengan kata-kata yang kasar dan menusuk hati, juga seorang ayah yang kerjanya mabuk-mabukkan dan sering memukulinya. Suatu hari dengan perut yang lapar dia berkeliling menjajakan cookies jualannya ditengah hujan deras dan gemuruh halilintar. Basah kuyup, kelaparan dan kelelahan, ia pun memutuskan beristirahat di depan sebuah warung makan. Untuk pulang ia tak berani karena tak satupun cookies yang berhasil ia jual, ia takut menghadapi kemarahan ibunya jika berani pulang dengan keadaan seperti itu. Tiba-tiba seorang kakak perempuan menghampirinya...

Siapa perempuan itu? Apa yang ia inginkan dari seorang bocah penjual cookies? Bisakah sang bocah menjual seluruh cookiesnya?

Saya menyukai cerpen pertama pada buku ini, saya suka perihal yang pengarang angkat, jalan ceritanya juga hal-hal fantasi yang terdapat di dalamnya. Hanya saja akhir cerita saya merasa ada yang kurang dari cerpen ini. Yang bagi saya terlalu banyak menimbulkan pertanyaan. Seperti mengapa sang ayah sangat membenci Om SaL dan membuatnya menjadi seorang pemabuk? Mengapa sang ibu sangat kejam kepada anak kandungnya sendiri? Dan siapa perempuan dan lelaki itu yang dapat melakukan hal-hal magis? Dan dengan tujuan apa? Hanya semata-mata meraup keuntungan materi? Entah saya yang oon tidak bisa menagkap hal-hal yang tersirat atau memang sang pengarang ingin hal tersebut tetap sebagai misteri sehingga pembaca bebas menerka-nerka. Oh ia ada adegan di kisah ini yang mengingatkan saya pada adegan di buku Narnia; The Lion, the Witch, and the Wardrobe. Saya menduga sang pengarang terinspirasi dari buku tersebut ^^ Benarkan Jun?!! Hayoooo ngaku!! Hihihihi...

Cerpen kedua, Rencana Orangutan, sepintas membaca pada kisah ini kita sudah bisa menebak bahwa ide ceritanya tidak jauh berbeda dengan Rise Planet of Apes, hanya saja tokoh utama di sini adalah Aqes, seorang orangutan, buka gorilla seperti pada Rise Planet of Apes. Juga kisah ini bermula ketika Aqes masih kecil dan kedua orangtuanya dibantai oleh manusia yang menganggap mereka hama sehingga harus dibantai. Menyaksikan hal tersebut Aqes pun bertekad membalas dendam terhadap manusia, dia pun mengorganisasi para hewan untuk melawan manusia...

Meskipu bukan ide cerita yang orisinil tetapi kisah di cerpen ini dikemas dengan berbeda dan mengangkat issu tentang hewan yang terjadi di Indonesia ini. Seperti pembantaian orangutan, ulat bulu yang merajalela, lintah yang memasuki pemukiman penduduk, dan tomcat... Pada kisah di cerpen ini kita disentil tentang betapa terkadang manusia itu terlalu rakus dan merusak... Dan yup, ini cerpen di urutan kedua yang paling saya sukai di buku ini ^^

Cerpen ketiga, Aku Mengubah Kekasihku Menjadi Keset, bercerita tentang seorang pemuda yang tanpa sadar mengubah pacarnya menjadi keset! Setelah empat bulan berpacaran, pacarnya itu mulai kelihatan belangnya, hingga pemuda itu pun kesal dan tanpa sadar memohon agar pacarnya berubah saja menjadi keset. Tak disangka permohonannya itu didengarkan dan dikabulkan oleh seorang kakek-kakek yang entah dari mana, muncul tiba-tiba di hadapannya.

Okeh mungkin saya yang sense of humornya  rendah sehingga tidak mampu menikmati cerpen yang ini. Bagi saya joke-jokenya terkesan garing dan errrr... tidak membuat saya geli apalagi tertawa ._.V Percakapannya pun malah sering keluar dari topik dan pada akhirnya malah membingungkan buat saya. Endingnya pun membuat saya mengerutkan kening, heh?!! Jadinya intinya itu saja? Agak gimana gitu ya... Pokoknya aku paling gak suka cerpenmu yang ini Jun! Hahahahah

Cerpen keempat, Paradeso, yang merupakan cerpen yang paling saya sukai di buku ini. Saya pun merasa sangat sayang jika Paradeso ini hanya sebuah cerpen, saya berharap sang pengarang (ia kamu Jun!!!) untuk mengembangkan cerpen ini menjadi sebuah novel fantasi. Banyak hal yang bisa di explore pada kisah ini, banyak hal yang akan lebih wah jika cerpen ini kisah-kisahnya dikembangkan, diperjelas, dan karakternya diperkuat. Membaca cerpen ini serasa saya membaca bagian pertengahan sebuah novel fantasi...Beberapa adegan yang diinginkan untuk romantis bagi saya malah terkesan lebay, sehingga agak merusak kisah yang sudah luar biasa ini >.<
Meskipun beberapa hal mengingatkan saya pada buku-buku fantasi lainya ^^ Seperti kubah kaca perlindungan itu, entah malah mengingatkan saya pada rumah Wolfswinkel di Abarat.

Oh ia Paradeso sendiri berkisah tentang seorang pemuda yang bisa melihat masa depan, hanya saja dia tak pernah tahu pasti kapan kejadian pada penglihatanya itu akan terjadi. Yang ia tahu, penglihatannya itu memberinya waktu untuk melarikan diri dari kepungan para pengejarnya. Suatu hari ia melihat bahwa desa yang ia tinggali saat ini akan segera di kepung oleh para pengejarnya, desa itu akan di bumi hanguskan. Padahal dia telah bersusah payah untuk sampai di tempat ini. Padahal ia sudah gembira tak menemukan poster dengan ilustrasi wajahnya terpasang di setiap sudut tempat di sini. Padahal dia telah mengubah drastis penampilannya, aksen bicaranya, agar tidak dikenali oleh penduduk setempat. Tetapi mengapa tetap saja ia ditemukan? Apalagi desa yang sangat di sukainya ini terancam hancur jika ia tetap berada di sini.

Kemana lagikah dia harus melarikan diri?
Siapakah sebenarnya dia?
Dan mengapa dia menjadi buronan?

Cerpen terakhir Confession of a Bookaholic berkisah tentang Erri, seorang kutu buku, yang rasanya julukan itu terlalu sederhana untuknya yang mencintai buku lebih dari apapun, kecuali mungkin ibunya. Erri merasa buku sudah seperti nafas kedua baginya. Buku telah menjadi menu wajib saat dia melakukan apapun. Buku adalah bagian dari hidupnya. Sahabatnya. Teman hidupnya. Motivator pribadinya. Pengelola suasana hatinya.

Buku adalah candu. Sehari saja ia tak menyentuhnya, membaui aroma tubuhnya, membaca jalinan kata-katanya, menelusuri susunan kalimat-kalimatnya, tenggelam di dalam dunia yang dibangun oleh penulisnya, rasanya dia akan menghembuskan nafas terakhir.

Hingga suatu hari ia menyadari masih banyak buku yang belum ia baca, belum lagi buku-buku yang belum ditulis oleh pengarangnya, masih banyak buku yang ingin ia baca ulang, ia merasa kehabisan waktu. Ia merasa membutuhkan lebih banyak waktu. Saat itulah Saniver muncul. Memberinya sebuah kemampuan untuk mengatasai persoalannya, dengan bayaran jiwanya...

Cerpen yang ini rasanya jleb banget loh untuk segala pencinta dan penimbun buku... No komen deh... Hahaha




You Might Also Like

5 Comments

  1. Penasaran sama ceritanya penjual kukis :P

    ReplyDelete
  2. kenapa pake panggilan 'pengarang'? seolah olah--meski sedikit--kayak gak kenal mas Jun aja XD

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kenapa ya? >.< Hihihi cuma membirikan jarak saja jadi aku ngereviewnya murni pendapatku saat membaca kumcer ini, bukan karena Jun teman ku ^^

      Delete
  3. Oke, coba aku jawab pertanyaan yang diajukan.

    Bukan, Nan, aku tidak terinspirasi dari Narnia. Tapi dari kisah dongeng klasik bikin Mr. Andersen.

    Hahah, yang cerpen ketiga itu aku mencoba meniru Franz Kafka, membuat karya absurd yang "sentilan"-nya dibuat tersembunyi. Tapi mungkin balutan komedinya terlalu "ekstrem" karena terpengaruh gaya Oben Cedric.

    Iya, aku coba usahakan akan membawa Paradeso ke ranah novel. Aku sendiri sebenarnya sudah merencanakan hal ini. Dan, psst, tidak hanya Paradeso, karakter Erri di cerpen terakhir juga bakal muncul sebagai karakter pembantu di sebuah novel karyaku nanti (apakah kamu ingat?)

    Terima kasih ya atas review :'D Eh, dan boleh banget lho di-posting juga di goodreads. Tak perlu semuanya, sebagian saja dan beri link ke tulisanmu ini bagi mereka yang ingin membaca keseluruhannya, heheh.

    Sekali lagi terima kasih sudah membaca dan menyempatkan untuk mereviewnya :'D

    ReplyDelete

Terimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.