Kelinci-Kelinci Kertas dan Dongeng-Dongeng Lainnya

December 05, 2013


The Wall-paper Bunnies & Other Stories
By Enid Blyton
Copyright @ 1964 Darrel Waters Limited
First published by World Distibutors Ltd 1964
from Sunny Stories and Enid Blyton Magazine story text
Enid Blyton is a Registered Trade Mark of Darrell Waters Limited.

Kelinci-Kelinci Kertas dan Dongeng-Dongeng Lainnya
Alihbahasa: Indri M. Hidayat
Sampul dan ilustrasi dalam digambar kembali oleh Bambang Oeban
Hak cipta terjemahan Indonesia: Penerbit PT Gramedia
Penerbit PT Gramedia
Jakarta, Mei 1989

81 Hlm

Pada buku ini, Enid Blyton mengisahkan sembilan buah cerita yang cukup pendek tetapi masih tetap menyenangkan untuk dibaca oleh orang-orang yang tidak bisa lagi dikatakan anak-anak, seperti saya.

Kisah pertama, Si Jempol dan Boneka Peramal Cuaca, berkisah tentang seorang anak yang bernama Jempol yang sedang terjangkit selesma. Bibi Kedip pun menasehati Jompol agar tidak bermain di luar rumah sebelum udara kering dan hangat. Tapikan Jempol tidak bisa meramalkan cuaca! Bagaimana ia tahu ketika sedang bermain di luar rumah itu udara akan menjadi basah dan lembab? Untunglah Bibi Kedip cerdas, ia pun mengajari Jempol membuat boneka peramal cuaca. Tahukah kalian cara membuat boneka peramal cuaca?


Kisah kedua, Kelinci-Kelinci Kertas, berkisah tentang gambar-gambar kelinci pada kertas pelapis dinding di kamar Ellen dan Hary. Mereka sangat menyukai kelinci-kelinci tersebut dan tak bosan-bosannya memperhatikan kelinci-kelinci mungil di dinding itu. Setiap kelinci itu pun mereka beri nama dan rasanya telah mereka kenal betul.
Setiap malam, mainan di kamar mereka menjadi hidup dan bermain-main  dengan riangnya. Suatu malam kelinci-kelinci di dinding itu memanggil mainan-mainan yang sedang bermain dan mengatakan mereka pun ingin bisa hidup dan bermain-main bersama mereka. Tapi mainan-mainan tak tahu bagaimana cara menghidupkan mereka. Dapatkah pada akhirnya kelinci-kelinci itu bergerak bebas dan bermain-main dengan para mainan? Bagaimana caranya mereka bisa hidup? Dan bahagiakah mereka dengan pilihan yang mereka ambil?

“‘Aku tahu. Satu-satunya kemungkinan,’ kata Ellen, ‘kelinci-kelinci itu jadi hidup pada suatu ketika. Itulah sebabnya mereka nampak lain dari biasanya. Mengapa ya, mereka kembali ke dinding dan tidak hidup saja terus?’”
_Hlm 22

Kisah ketiga, Tak Pernah Juara, berkisah tentang Janie yang rankingnya selalu terrendah di kelasnya. Ia tidak pandai berhitung dan tulisannya pun jelek. Membacanya tidak lancar, dan jika menyanyi suaranya pun sumbang. Masalahnya sekeras apapun ia berusaha ia tetap berada di urutan terakhir di kelasnya. Untunglah ibunya tidak terlalu kecewa karena ia mengetahui bahwa Janie sudah berusaha keras. Janie pun sebenarnya tidak sedih hanya saja ia kecewa setiap penerimaan raport, namanya tak pernah dipanggil untuk menerima hadiah apa pun yang dapat membuat ibunya bangga. Tapi Janie adalah anak yang baik dan teman-temannya maupun gurunya sangat menyukai Jenie. Suatu hari mereka pun merencanakan suatu hal untuk Jenie, sebagai anak yang terbaik di sekolah...

“Banyak anak yang pandai, tapi tidak semua anak bersifat baik.”
_Hlm 24

“Bersikap dan berbuat baik itu tak akan pernah ada ruginya. Jangan hentikan. Teruskanlah.”
_Hlm 29

Kisah keempat, Gara-gara Pembuka Botol Ketinggalan, berkisah tentang Billy yang diminta ibunya mencari buah berry di hutan untuk isian pai. Saat menuju hutan itu Billy pun berpikir bagaimana caranya untuk mendapatkan uang, masalahnya ayahnya sedang menganggur dan mereka sekeluarga pun tidak memiliki uang lagi untuk membeli makanan apalagi pakaian.
Ayah Billy adalah seorang pandai besi yang terampil, biasanya ia menerima pesanan membuat pisau, garpu, pembuka botol, palu, penjepit, dan sebagainya. Tetapi sudah lama tak ada lagi yang memesan benda-benda itu sehingga ayahnya tak lagi mendapatkan uang yang cukup. Ketika digelisahkan dengan pemikiran-pemikirannya itulah Billy melihat ada jalan setapak kecil di antara semak dan pepohonan. Billy pun tertarik untuk menyusuru jalan setapak itu, siapa tahu saja dia akan menemukan berry yang banyak di sana. Tak di sangka ia melihat pemandangan yang aneh sekali di sana... Apa pemandangan aneh yang Billy lihat? Dapatkah hal itu membantu keuangan keluarganya?

Kisah kelima, Untung Saja Menurut, berkisah tentang tiga orang bersaudara; Joan, Harry, dan Dick. Suatu hari di saat cuaca sedang cerah mereka meminta izin kepada Ibu untuk pergi ke sungai melihat-lihat perahu. Ibu pun mengizinkan mereka asalkan mereka memakai topi, mantel, dan syal. Tak ada tawar-menawar dalam hal itu. Menggerutu mereka pun memakai ketiga benda tersebut. Sesampai di sungai mereka melihat air sungai itu penuh dan deras alirannya akibat hujan lebat belakangan ini. Anak-anak itu pun melempar potongan ranting ke air sungai dan asyik memperhatikan ptongan ranting itu dihanyutkan air. Tak lama kemudian, dua teman mereka, Mary dan George ikut bergabung. George membawa bola. Mereka pun membuat lingkaran dan bermain lempar-lempar bola.
Saat asyik bermain itu, tiba-tiba terjadi suatu hal yang tidak mereka sangka yang pada akhirnya membuat mereka bersyukur mengikuti perintah Ibu.

“‘Hampir saja kami tak pakai syal,’ suara Dick terdengar lirih. ‘Aku jengkel banget dipaksa pake syal. Sekarang aku bersyukur mau menuruti kata Ibu!’”
_Hlm 48

Kisah keenam, Trippit dan Nenek Sihir, berkisah tentang Trippit si kurcaci yang ketika sedang berjalan-jalan di hutan ia bertemu dengan nenek sihir yang jahat yang kemudian menculiknya dan membawanya ke pondoknya di tengah hutan. Nenek sihir itu berencana mengubah Trippit menjadi sesuatu yang dapat berguna untuknya, tetapi Trippit adalah kurcaci yang cerdas, ia pun memikirkan sebuah cara agar bisa lolos dari cengkraman si nenek sihir. Apa rencana Trippit? Dapatkah ia pada akhirnya lolos dari sang nenek sihir?

Kisah ketujuh, Kekuatan Gaib di Kamar Anak-Anak, berkisah tentang mainan-mainan di kamar anak-anak. Mainan-mainan itu sangat ramah dan mereka bersahabat dengan makhluk-makhluk kecil yang tinggal di halaman. Di sana ada bidadari, peri, kaum kerdil, dan kurcaci. Semuanya periang dan hidup rukun. Sesekali kaum kerdil datang minum-minum di rumah boneka. Sesekali para peri menari mengikuti alunan musik dari kotak musik mungil. Dan kadang-kadang bidadari atau kurcaci bermain petak-umpet dengan mainan-mainan di kamar itu.
Senang sekali mereka. Mainan di kamar paling senang jika melihat kepala mungil kawan-kawannya dari kebun di luar menyembul di jendela. Tapi ketika keluarga Jin pindah dan tinggal di pohon ek yang tumbuh di halaman, mereka pun merasa kurang senang. Pasalnya mereka mulai kehilangan barang-barang. Ketika sudah semakin sering barang-barang mereka menghilang, para mainan pun bertekad meminta kembali barang-barang mereka kepada keluarga jin. Tapi keluarga jin mengejek mereka dan lagipula mereka memiliki kekuatan sihir yang kuat, sehingga teman-teman mereka tak ada yang dapat membantu. Bagaimana para mainan memberikan pelajaran pada keluaraga jin?

Kisah kedelapan, Hoo Wong, Si Tukang Sulap, berkisah tentang dua bersaudara Billy dan Joan. Suatu hari Hoo Wong si tukang sulap terkenal akan mengadakan pertunjukan sulap di balai kota. Bu Janie, guru di sekolah mengajak anak-anak untuk mengumpulkan uang dan menonton pertunjukkan sulap itu bersama-sama. Tapi Billy dan Joan tidak membawa uang untuk menonton pertunjukkan sulap itu karena ayah mereka sedang sakit dan keluarga mereka membutuhkan banyak uang untuk membayar dokter dan membeli obat-obatan. Bu Janie yang tidak mengetahui hal tersebut, mengira kedua anak tersebut sedang mendapat hukuman dari orangtuanya dan setelah siang hari mempersilahkan mereka pulang sebentara dia dan anak-anak lainnya pergi ke balai kota.
Ibu mereka kaget saat melihat mereka berdua pulang lebih cepat, setelah dijelaskan, Ibu pun merasa kasian pada mereka dan memberikan mereka uang untuk membeli cokelat. Billy dan Joan pun merasa senang, setidaknya kekecewaan karena tak dapat menonton pertunjukan sulap Hoo Wong bisa sedikit terobati.
Setelah membeli cokelat di mesin penjual cokelat, mereka pun berniat untuk segera pulang dan menikmati cokelat tersebut di rumah. Persis ketika mereka hendak pulang, lonceng di stasiun berbunyi, menandakan akan ada kereta api yang masuk. Mereka pun pergi melihat kereta api itu. Kali ini ada seorang yang turun di stasiun, orang itu membawa banyak tas dan terlihat sangat kerepotan dengan barang-barang bawaannya. Mereka pun menawarkan bantuan kepada orang itu. Dan tahukan kau siapa orang itu? Yap! Hoo Wong si tukang sulap itu sendiri. Atas kebaikan mereka membantunya, Hoo Wong pun memberikan mereka hadiah. Apa hadiah itu?

“‘Kalian berhak mendapatkan semuanya ini anak-anak,’ kata Ibu. ‘Kalian anak-anak baik. Kebaikan kalian mendapat ganjaran walaupun kalian tidak mengharapkannya.’”
_Hlm 78

Dan yang terakhir, kisah kesembilan, Pohon Natal Paman Nat, berkisah tentang Mary dan Peter yang sudah tak sabar menanti Natal. Apalagi Mary, ia sudah sangat tak sabar menunggu ibu untuk membeli pohon natal dan menghiasnya bersama-sama. Tapi Paman Nat malah mengatakan akan memberikan ibu pohon cemara. Mary tidak suka pohon cemara, ia menolak niat Paman Nat dan pada akhirnya menjadi marah dan merajuk. Mary inginnya pohon natal bukan pohon cemara. Ia tidak tahu saja, bahwa pohon cemara adalah pohon yang dijadikan pohon natal. Bagaimana reaksi Mary saat mengetahui hal tersebut?

Dari sembilan kisah yang ada di buku ini, saya sangat menyukai kisah Tak Pernah Juara dan Hoo Wong, Si Tukang Sulap. Kedua kisah itu bercerita tentang kebaikan yang tulus dan tak mengharapkan balasan justru akan menguntungkan diri kita sendiri. Manusia pun tak pernah dilahirkan dengan sia-sia, pasti ada kelebihan dalam setiap pribadi yang membuatnya spesial. Ahhh rasanya saya tak akan pernah merasa bosan membaca buku-buku karangan Enid Blyton >.<


Yang saya tak suka hanya pada ilustrasinya saja yang digambar ulang bukan menggunakan ilustrasi asli buku ini....

Ada kartu nama pemilik sebelumnya ^^ Jadi inget kartu nama beginian ngetren banget di tahun 90an. Aku juga punya bergambar doraemon.

You Might Also Like

2 Comments

  1. dulu saya juga koleksi seri buku ini karena ilustrasinya :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku malah gak gitu suka ilustrasinya Mbak >.<

      Delete

Terimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.