Di Suatu Sore Saat Hujan Turun Lebat
December 30, 2013
Beberapa hari yang lalu hujan terus turun mengguyur kota Makassar. Beberapa tempat malah sudah tergenang dengan air. Hujan akhir-akhir ini juga membawa angin kencang beserta kilat dan gemuruh guntur, sedikit menyeramkan tetapi juga mempesona. Entah mengapa saya suka terpesona dengan hal-hal yang menyeramkan, seperti tornado, api besar yang melalap rumah, badai di laut, dan hal-hal menyeramkan lainnya. Saat itu saya merasa Sang Kekasih sungguh dekat, dan saya bukan apa-apa, juga bukan siapa-siapa.
Saat-saat hujan sifat malas saya semakin termanjakan. Saat-saat seperti itu, saya hanya ingin bergelung di tempat tidur sambil memeluk guling dan Papu, lalu tidur dan terus tidur. Seperti beruang pada musim dingin, berhibernasi. Tapi mungkin karena kebanyakan tidur akhir-akhir ini, saya pun tak bisa lagi menutup mata di sore hari itu. Saya juga tetap malas mengerjakan apa pun. Kepikiran, mengapa tidak jika saya membaca saja, mengingat tumpukan buku-buku yang belum saya baca semakin menggunung hari demi hari. Agak malas membaca yang berat-berat, saya memilih membaca buku anak-anak yang berada di tumpukan. Pilihan itu pun jatuh kepada Kumpulan Dongeng Perrault dan The Cat Mummy karangan Jacqueline Wilson. Tak sampai sejam, kedua buku itu yang memang terbilang tipis dan ringan telah saya tamatkan.
Awalnya saya ingin melanjutkan membaca buku anak-anak lainnya, kali ini pilihan saya jatuh pada buku karangan Philip Pullman yang berjudul Spring-Heeled Jack tapi mood membacanya sudah hilang dan kepala saya juga lumayan sakit karena sedari tadi membaca sambil berbaring. Melihat ilustrasi-ilustrasi indah di dua buku sebelumnya, saya pun ingin menggambar lagi. Sudah lama saya tidak menggambar, buku gambar beserta pensil warna dan spidol saya pun telah lama berdebu karena tak pernah di gunakan lagi. Menggambar apa ya?
Saya pun kepikiran pada sosok Gadis Kecil. Dan kedua tangan ini pun mulai mewujudkannya pada selembar kertas. Gadis Kecil adalah sahabat saya. Dia anak yang tak pernah beranjak besar dan menolak untuk beranjak dewasa. Tubuh dan jiwanya abadi di usianya yang ke tujuh tahun. Dia tinggal bersama Ibu Beruang di sebuah rumah kecil di pinggir hutan...
Suatu saat saya akan bercerita lebih banyak tentang Gadis Kecil ^^
Setelah gambar Gadis Kecil selesai, saya pun memilih membaca kembali. Kali ini saya membaca 1Q84 Book 2, taruhan saya pada diri sendiri berakhir di hari itu...
2 Comments
Cantik yaa gambarnya :D
ReplyDeleteHehehehe... XD Makasih Mbak ^^
DeleteTerimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.