CINEUS
December 11, 2013
CINEUS
Oleh Evi
Sri Rezeki
Penyunting:
Dellafirayama
Penyelaras
aksara: Novia Fajriani, @kaguralian
Penata
aksara: Nurul M Janna
Perancang
sampul: Fahmi Ilmansyah
Penggambar
ilustrasi isi: Anisa Meilasyari
Diterbitkan
oleh teen@noura
Lini Remaja
Penerbit Noura Books
PT Mizan
Publika
Cetakan 1,
Agustus 2013
304 hlm;
13x19 cm
“Len, di dunia ini, ada dua hal
yang pantas diperjuangkan. Yaitu impian dan cinta.”
_Dion
Demi menang
di Festival Film Remaja, Lena rela melakukan apa saja. Bukan hanya demi misi
mengalahkan mantan pacarnya yang juga ikut berkompetisi, tetapi karena dia pun
harus mempertahankan Klub Film sekolahnya. Soalnya klub kecilnya itu kurang
didukung oleh pihak sekolah. Padahal salah satu kreativitas siswa bikin film,
kan!
Untung ada
satu orang yang bikin hari-hari Lena jadi
lebih seru. Si cowok misterius yang kadang muncul dari balik
semak-semak. Apaaa? Eh, dia bukan hantu, loh... tapi dia memang punya tempat
persembunyian ajaib, mungkin di sanalah tempat dia membuat web series terkenal
favorit Lena. Nah, siapa tahu cowok itu bisa membantu Lena biar menang di
festival.
Kisah Lena
ini seperti film komedi-romantis yang seru. Jadi, selamat nonton, eh baca! J
Begitulah sinopsis yang
tertulis pada cover belakang buku ini, membacanya saya rasa layaknya teenlith
kebanyakan, tentang cinta monyet dan hal menye-menye lainnya yang sejujurnya
sudah sangat lama tidak menjadi bacaanku lagi. Tidak bermaksud sombong, hanya
saja buku-buku teenlith Indonesia selalu saja mengangkat tema cerita yang
itu-itu saja, saya pun berhenti membacanya ketika duduk di kelas satu SMA, dan
itu delapan-tahun-yang-lalu, tua banget ya saya. Yang membuat saya
akhirnya membaca buku ini adalah ketertarikan saya pada Klub Film dan Festival
Film Remaja yang di sebut-sebut di sinopsis cover tersebut maklum di SMA saya dulu tak ada ekstrakulikuler yang berhubungan dengan film selain itu juga
karena diadakannya lomba review buku ini dengan hadiah yang sukses membuat saya
meneteskan air liur.
Ternyata isi buku ini
jauh lebih kompleks dari apa yang saya bayangkan, saya pun menikmati membacanya
hinggah akhir... Apalagi dengan adanya ilustrasi-ilustrasi super keren di dalam
buku ini yang membuat saya semakin menikmati membacanya.
![]() |
Basecamp Klub Film tampak dari luar |
![]() |
Basecamp Klub Film tampak dari dalam |
![]() |
Tempat persembunyian ajaib Rizki dan Ryan |
Kisah di buku ini
dibuka dengan adegan ketika Lena, Dania, dan Dion mendapatkan persetujuan dari
Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan untuk mendirikan Klub Film. Demi
memperkenalkan Klub Film dan menarik anggota, mereka pun mengadakan nonton
bareng film indie pertama mereka yang berjudul “SKIP”. Sayangnya tak ada yang
tertarik, dan aula tempat pemutaran film itu hanya terisi oleh mereka bertiga
dan dua orang reporter dari majah sekolah. Berusaha untuk tidak patah semangat,
mereka pun membagikan DVD film “SKIP” secara cuma-cuma, tapi sekali lagi hal
itu tidak mendapatkan respon yang baik, banyak siswa dan siswi sekolah mereka
menolak DVD tersebut. Hal itu sungguh membuat mereka berkecil hati apalagi
ditambah artikel dari majalah sekolah mereka yang bertajuk: “KLUB FILM-KLUB
PEMBUAT FILM PICISAN”
Setahun pun berlalu...
Klub Film pun berhasil
tetap eksis selama itu dan mendapatkan tujuh orang anggota baru dari kelas
sepuluh. Meskipun predikat aneh masing melekat kepada mereka, setidaknya klub
masih tetap ada bagi mereka itu hal yang patut disyukuri.
Suatu hari saat seorang
diri mengedit film horor di basecamp Klub Film yang rencananya akan diputar
keesokan harinya, Lena mendapat telpon dari Mbak Ratna, panitia Festival Film
Remaja yang mengajak Lena selaku pemenang di kategori skenario tahun lalu untuk
turut serta lagi. Merasa sangat senang dan bersemangat, Lena pun mensearching mengenai
Festival Film Pendek di internet. Saat membaca mengenai kategori film pendek
yang juga diperlombakan di Festival Film Remaja, Lena berfikir untuk
menyertakan Klub Film mereka. Jika mereka bisa menang, Lena merasa hal itu
dapat meningkatkan popularitas Klub Film dan menarik siswa-siswi Cerdas Pintar untuk menjadi anggotanya.
Lena, Diana, dan Dion
sebenarnya sudah sering mengikuti kompetisi film pendek, sayangnya mereka belum
pernah menang. Jika kali ini mereka menggabungkan “kekuatan”, Lena berpikir ada
kemungkinan buat mereka memenangkan kompetisi tersebut dan menyingkirkan
saingan-saingan mereka. Saingan... tiba-tiba sosok seorang Adit berkelebatan di
kepala Lena...
Adit adalah mantan
pacar Lena yang mencampakkan Lena ketika dia memenangkan skenario terbaik di
Festival Film Remaja. Bagi Adit tak ada yang boleh mengalahkannya, termasuk
Lena. Lena telah menginjak-injak harga dirinya dan menjadikannya seorang
pecundang. Kenangan itu kembali mendatangi Lena, membuat perutnya bergejolak.
Dan tanpa disangka-sangka Adit memention Lena, menantangnya taruhan memenangkan
dua kompetisi sekaligus, skenario dan film pendek. Siapa yang kalah harus
mencuci kaki yang menang dan foto saat mencuci kaki tersebut harus dupublish di
socmed dan akan menjadi tukang gulung kabel selama setahun.
Karena tak tahan lagi
terus diperlakukan semena-mena oleh Adit, Lena pun menyetujui taruhan tersebut.
Lena juga bertekad bulat untuk memenangkan taruhan tersebut!!! Pertemuannya
dengan “Anak Hantu” membuatnya semakin yakin dapat memenangkan taruhan tersebut,
asalkan dia mau bergabung dengan Klub Film, tapi sayangnya dasar “Anak Hantu”,
cowok itu sangat sulit ditemukan. Segala upaya ia lakukan, meskipun membuatnya
diskors seminggu, akhirnya mempertemukannya kembali dengan Rizki, si “Anak
Hantu”. Lena pun berhasil mengetahui bahwa Rizki adalah creator web series
favoritnya yang selama ini identitasnya disembunyikan. Dengan ancaman akan
mempublikasikan identitasnya, akhirnya Rizki bersedia bergabung di Klub Film.
“Tuan Putri, jangan pernah melibatkan urusan kamu sama dengan orang
lain! Jangan jadikan tujuan pribadi seolah-olah tujuan bersama.”
_Rizki
Sayangnya bergabungnya
Rizki dan temannya, Ryan, malah memecah belah Klub Film. Ketujuh anak kelas
sepuluh memilih keluar dari Klub Film dan tidak hanya sampai di situ, mereka pun
merampas basecamp Klub Film dan bersama anak-anak populer membentuk Movie Club.
Apalagi mereka ternyata mendapat dukungan dari Wakasek yang baru. Wakasek yang
mengatakan akan mengakui keberadaan Klub Film jika mereka telah memperlihatkan
prestasi yang dapat dibanggakan.
“Bersyukurlah kalau kalian dapat kritikan, berarti karya kalian
diapresiasi. Kalau sebuah karya sudah dilempar kemasyarakat, karya itu bukan
milik kalian lagi. Sudah jadi milik publik!”
_Rizki
Berlima; Lena, Diana, Dion,
Rizki, dan Ryan harus pontang-panting demi membuat film pendek itu.
Rintangan-rintangan dan stres saat membuat film tersebut semakin mengeratkan
persahabatan mereka, meskipun ada saat-saat tertentu persahabatan mereka
mengalami ujian.
“Sahabat pasti akan kembali sekalipun bertengkar hebat. Sahabat sejati
selalu punya tempat di hati, kehilangan mereka akan menyisakan ruang kosong
yang tak bisa ditambal lagi.”
_Lena
Dapatkah mereka memenangkan film pendek terbaik serta mendapatkan pengakuan
untuk Klub Film? Bisakah Lena memenangkan taruhannya dengan Adit? Sebentara ia
disibukkan dengan pembuatan film sehingga tidak sempat membuat skenario film?
Bagaimana kelanjutan hubungan Lena dan Rizki?
![]() |
Lena |
Nah! Sehari saja saya
pun menamatkan buku ini, selain karena memang bukunya ringan dan tak perlu
membuat kita merenung, kisah Lena dan teman-temannya ini lumayan membuat saya
ingin segera menamatkannya. Penasaran gitu deh...
Saya kagum pada Lena yang begitu bersemangat dan yang telah mengetahui ingin menjadi apa dia nantinya ketika telah tamat bersekolah, saya suka kegigihannya demi mengejar impian, cita-citanya, dan cintanya. Saya suka bagaimana ia begitu gigih mencari Rizki demi menjelaskan segalanya. Saya juga suka interaksi yang manis antara Lena dan Rizki, mengajak kita mengenang saat-saat manisnya cinta monyet itu.
Saya kagum pada Lena yang begitu bersemangat dan yang telah mengetahui ingin menjadi apa dia nantinya ketika telah tamat bersekolah, saya suka kegigihannya demi mengejar impian, cita-citanya, dan cintanya. Saya suka bagaimana ia begitu gigih mencari Rizki demi menjelaskan segalanya. Saya juga suka interaksi yang manis antara Lena dan Rizki, mengajak kita mengenang saat-saat manisnya cinta monyet itu.
Saya juga suka
pertemuan pertama Lena, Diana, dan Dion, pertemuan pertama yang
membuat mereka bersahabat, persahabatan yang dipersatukan pasion dan impian
mereka. Meskipun tarian mereka saya rasa hal yang lebay dan aneh. Mungkin
memang itu tujuan pengarang, untuk menambah kesan aneh pada mereka bertiga.
Hanya saja kesannya malah terlalu dibuat-buat dan itu, lebay!
Saya salut pada pengarang
yang mengangkat isu ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) yang digambarkan
pada sosok Dion. Sehingga pembaca remaja dapat mengenal dan memahami
orang-orang, yang mungkin saja ada di sekitar kita, yang mengidap ADHD.
Memperlakukan mereka dengan manusiawi tanpa mengucilkan mereka atau malah
dijadikan bahan olok-olokan. Meskipun tingkahlaku pada diri Dion malah tidak seperti anak penderita ADHD. Anak ADHD tidak berarti dia gampang ditipu dan
terlalu polos. Anak pengidap ADHD itu hiperaktif dan mudah marah dan cenderung cerewet dan membuat keributan. Pengidap ADHD sangat baik/sesuai digambarkan oleh Rick
Riordan pada diri Percy Jackson dan demigod lainnya.
Yang tidak saya sukai
malah pada penyelesaian konflik “pemalsuan” itu, yang tidak bisa diceritakan di
review ini, mending kalian baca sendiri deh bukunya. Mengapa? Rasanya
kecerobohan Diana itu terlalu besar hanya untuk tidak dibahas. Mustahil banget
ada orang yang sudah di cap pengkhianat, penipu, dll padahal tidak melakukannya
yang akan dengan mudahnya memaafkan sang teman, yang notabene adalah biang
keladi dari permasalahan itu. Bahkan mengomelinya pun tidak? Bulshit banget
bagiku! Lalu “sikap kesatria” Rizki itu bagiku annoying banget! Apapun
alasannya, entah mengapa saya tidak bisa menerima hal tersebut... Bagi saya hal
itu sebuah persekongkolan tindak penipuan. Apakah bisa dibenarkan?
“...kemenangan lahir dari proses, dari perjuangan! Kamu tahu, sebanyak
apa pun kamu mencari pengakuan dari orang lain, kamu tidak akan pernah bisa
memuaskan dirimu sendiri! Karena kepuasanmu bukan berasal dari hatimu sendiri!”
_Rizki
Adapun jika buku ini
memiliki kesalahan penulisan atau pun ejaan saya tidak terlalu
memperhatikannya, saya terlalu asik membacanya sehingga tidak menyadari hal
tersebut. Ahh ya, saya juga menyukai cover buku ini...
Akhir kata saya
merekomendasikan buku ini untuk pembaca remaja maupun orang-orang yang sedang
ingin bernostalgia pada masa-masa SMA-nya. Kisah cintanya yang manis sukses
membuat saya mengenang masa-masa disaat saya merasakan cinta monyet~
Btw, entah siswa-siswi sekolah
Cerdas Pintar pada kaya semua atau memang gak doyan gratisan, saya gak habis
pikir mengapa mereka menolak DVD yang Klub Film bagikan. Secara itu gratisan
loh... ^^ Atau memang saya saja yang sangat doyan gratisan ^^ Hehehe
“Malasnya ngobrol dengan orang dewasa, tuh, kalian terlalu realistis.
Tapi, yeah, aku juga belum dewasa. Jadi, enggak tahu gimana rasanya di posisi
kalian. Kenapa enggak kejar impian dari sekarang? Kenapa harus tunggu kaya? Itu
juga kalau kaya. Kalau enggak?”
_Lena
“Setinggi apapun impianmu, kamu hanya butuh percaya. Seperti aku
mempercayai impianku. Sertakan orang-orang yang kau cintai dalam impianmu.
Karena mereka adalah sumber kekuatan bagimu. Satu hal lagi, Tuhan bersama kita
yang berjuang.”
_Lena
13 Comments
wah kayaknya menarik banget tuh ceritanya... *jadi penasaran, pinjem donk.. :D
ReplyDeletesukses ya wi buat lombanya, moga menang.. aaamiin
Ehemmm... saya juga minjem di Dhila :p Hahaha
DeleteAmin! Amin! Amin!
Udah berbau bau sop iler XD
ReplyDeleteBagian ending gak semanis bagian opening. Rada terkesan buru-buru. Tapi not bad lah....
Btw, bukan kak Nan aja kok yang doyan gratisan *lalu mumpet*
Kalo aku si gak terkesan terburu-buru, hanya saja penyelesaian kasus itu gak bisa banget aku terima >.<
Delete*tosss* *sesama yang doyan gratisan*
Huaaaa. sudah baca kamu rupanya dwi! Lucu ilustrasinya. Semoga menangko dwi, bagi saya bukunya satu nah kalo menang :p :p
ReplyDeleteAmin!!!
DeleteDak ikutan ko? Sampai tanggal 31 ji batas reviewnya ^^
ini bukunya mba evi yang dari warung blogger kan?
ReplyDeletekayaknya keren neh ceritanya, pinjem dongs...
Ia Om ^^ Jangan pinjam tapi beli dong... Hehehe
DeleteWah, ilustrasinya jenis ilustrasi yang dibikin dengan tangan :O
ReplyDeleteIaaaaa >.< Makanya aku suka banget Jun ^^
DeleteTerima kasih sudah mengapresiasi novel CineUs. Semoga nanti berkenan mengapresiasi sekuelnya :)
ReplyDeleteHi, mohon ijin berbagi informasi ya… Yuk ikutan #ZockoUnlocked Blogging Competition berhadiah iPhone 5S atau iPad Mini! Untuk info lengkap silakan kunjungi http://weare.zocko.com ya dan jangan lupa sign up di http://www.zocko.com terlebih dahulu! Kami tunggu ☺
ReplyDeletebuku yg ada gbr2nya gini paling asik dibaca nih...jd bisa smbil ngebyangin gitu :D... gbrnya bgs lagi...bukan cuma asal...
ReplyDeleteTerimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.