Aleph

December 26, 2013


O Aleph
By Paulo Coelho

Copyright @ 2010 by Paulo Coelho
This edition is published by arrangements with Sant Jordi Asociados
Agencia Literaria S.L.U., Barcelona, Spain
All rights reserved

Aleph
Alih bahasa: Rosemary Kesauly
Editor: Tanti Lesmana
Desain sampul: Eduard Iwan Mangopang
Hak cipta terjemahan Indonesia ada pada PT Gramedia Pustaka Utama
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, Mei 2013

315 hlm; 20 cm

“Mungkinkah menjauhi jalan yang telah digariskan Tuhan? Mungkin saja, tapi itu selalu salah. Mungkinkah menghindari rasa sakit? Mungkin saja, tapi kau tidak akan pernah belajar apa-apa. Mungkinkah mengenal sesuatu tanpa pernah mengalaminya? Mungkin saja, namun hal itu tidak akan pernah menjadi bagian darimu.”_Hlm 276
Apa yang kau lakukan saat ini akan mengubah masa depan.

Memutuskan. Mengubah. Menjadi. Mencari jati diri. Melangkah. Berbuat. Bangkit. Bereksperimen. Mencapai. Menantang. Bermimpi. Menang. Menemukan. Menuntut. Berkomitmen. Berfikir. Meyakini. Menguatkan. Bertanya. Bertumbuh. Berpartisipasi. Membangkitkan kesadaran.

Dalam bukunya, Aleph, Paulo mengajak kita untuk mengambil tindakan. Sebab sudah waktunya kita merasakan kebutuhan untuk meninjau bagaimana kita menjalani hidup ini, apakah kita berada di tempat yang kita inginkan, dan melakukan hal yang ingin kita lakukan.

Ini buku terberat Paulo Coelho yang pernah saya baca. Sampai menamatkannya pun saya belum bisa memahami konsep Aleph itu secara keseluruhan. Banyak pertanyaan yang berputar-putar di kepala saya, banyak hal yang tak bisa saya mengerti dan tau mau saya mengerti.

Kisah di buku ini dimulai ketika sosok Aku mulai merasa dipenuhi keraguan terutama tentang imannya. Pencariannya terhadap kebijaksanaan, kedamaian pikiran, serta kesadaran akan realitas yang kasatmata maupun yang tidak, talah berubah menjadi rutinitas tanpa arti. Ia telah mengikuti berbagai macam jalan, berjalan di pinggir jurang selama bertahun-tahun, terpleset dan jatuh, menyerah dan memulai dari awal lagi. Dia membayangkan bahwa begitu ia mencapai umur 59 tahun, ia akan berada dekat dengan surga serta kedamaian absolut.

Nyatanya, dia malah semakin jauh dari hal tersebut dibandingkan sebelumnya. Dia tidak merasa damai- kadang-kadang dia pun melalui periode-periode konflik batin yang bertahan selama berbulan-bulan- sementara waktu-waktu yang ia habiskan dengan menenggelamkan diri dalam realitas magis hanya berlangsung selama beberapa detik, hanya cukup untuk mengetahui bahwa dunia lain memang ada, dan cukup untuk membuatnya frustasi karena dia tidak bisa menyerap segala sesuatu yang ia pelajari.

Atas saran dari guru spritualnya, J., yang menyarankannya untuk pergi dan bereksperimen, dia pun merancanakan, menawarkan ke beberapa penerbit bukunya serangkaian acara penandatanganan buku. Di mulai dari Bulgaria dan di akhiri di Rusia, dengan syarat kusus kepada penerbit Rusia-nya, bahwa ia ingin melintasi seluruh Rusia dengan kereta api dan berakhir di Samudra Pasifik. Semua itu demi menaklukkan kembali kerajaannya yang mulai tercemar oleh rutinitas.

Nyaris dua bulan yang ia isi dengan kegiatan bepergian, berziarah, itu mengembalikan kembali sukacita dalam hidupnya. Namu ia berbaring terjaga sepanjang malam, bertanya-tanya apakah perasaan sukacita itu akan tetap bertahan bahkan ketika ia kembali ke rumah? Dia sudah mengunjungi enam negara, bertemu dengan pembaca-pembacanya, bersenang-senang, untuk sementara berhasil mengusir depresi yang mengancam akan menelannya, namun ada sesuatu yang membuatnya tetap merasa bahwa dia masih belum menaklukkan kembali kerajaannya. Sejauh itu ia merasa tidaklah jauh berbeda dengan perjalanan-perjalanan serupa yang ia lakukan pada tahun-tahun yang telah lewat.

Yang tersisa tinggal Rusia...

Ketika tiba di hotel Moscow, seorang perempuan muda menungguinya. Perempuan itu berkata dia akan menyalakan api suci untuknya, karena dahulu ia pernah menyalakan api suci untuk perempuan itu. Perempuan itu pun  berniat mengikutinya melakukan perjalanan dengan kereta api. Namanya Hilal. Dan semenjak itu dia pun selalu mengikuti kemana pun Aku berada... tak membiarkan dia terlepas dari jangkauan pengawasannya.

Apa itu Aleph?
Siapakah perempuan yang bernama Hilal itu?
Apa hubungannya dengan sang tokoh Aku?
Dapatkah Aku menaklukkan kembali kerajaannya?

“Kita tidak akan pernah bisa melukai jiwa, sama seperti kita tidak akan pernah bisa melukai Tuhan, namun kita bisa terpenjara oleh kenangan-kenangan kita, dan semua itu membuat hidup kita sengsara bahkan saat kita memiliki semua hal yang kita butuhkan untuk menjadi bahagia.”_Hlm 181

Di dalam perjalanan mengelilingi Rusia menggunakan kereta api itulah “Aleph” diterangkan yang membuatku sedikit lama termangu di bagian tersebut, berusaha mencerna dan mengerti. Terkadang aku harus menutup bukunya dan mencoba memahaminya, bertanya-tanya, dan membuat kesimpulan. Terkadang ada beberapa hal yang langsung dapat kumengerti dan aku pun membacanya dengan lancar, tapi seringnya aku malah tersendat pada beberapa hal mengenai Aleph itu sendiri.

Buku ini mengajariku banyak hal, juga meninggalkan banyak pertanyaan untukku. Buku ini juga menohok tepat di jantungku, belakangan aku merasa semakin jauh dari Sang Kekasih, tepatnya aku yang tak bisa merasakannya lagi. Semuanya menjadi hanya sekedar ritual tak berarti, ada tabir yang memisahkanku dengan-Nya. Membaca buku ini aku pun tersadar, selama ini aku tertutup dari dunia luar, bersembunyi di tempatku sendiri dan termakan oleh rutinitas yang tak berrutinitas. Aku perlu keluar dari zona nyamanku, aku perlu merasakan “kepenatan” hidup kembali sehingga dapat mensyukuri apa yang kumiliki sekarang. Aku perlu hidup. Aku perlu memandang makhluk ciptaan-Nya, memandang-Nya.

Oh ia saya sungguh jatuh cinta dengan cover buku ini, warna birunya yang lembut beserta gambar sidik jari yang merefleksikan Aleph itu sendiri, saya suka memandanginya dan entah mengapa merasa damai. Saya angkat topi dan memberikan bungkukkan hormat terdalam kepada sang penerjemah, yang begitu baik menerjemahkan buku ini. Begitu luar biasa pemilihan katanya yang enak untuk dibaca, mengalir, dan tidak membuat bingung, kususnya pada hal-hal mengenai Aleph itu sendiri.

Akhir kata bagi yang membaca hanya untuk sekedar mencari hiburan sangat tidak saya sarankan untuk membaca buku ini ^^

Btw, sepertinya ini bukan buku fiksi, melainkan catatan perjalanan Paulo Coelho sendiri ^^


You Might Also Like

2 Comments

  1. Salam dari Malaysia. Singgah dan follow di sini. Jemput ke blog saya pula ya. Terima kasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halooo salam dari Indonesia ^^ segera menuju blognya~

      Delete

Terimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.