1Q84 Book 1
5:28 am
1Q84 Book 1
By Haruki
Murakami
Copyright @
2009 Haruki Murakami
All rights
reserved
Originally
published in Japan by SHINCHOSHA Publishing Co., Ltd,. Tokyo
Indonesian
translation rights arranged with Haruki Murakami through
THE SAKAI
AGENCY
Penerjemah:
Ribeka Ota
Penyunting:
Arif Bagus Prasetyo
Perancang
sampul: Andrey Pratama
Penataletak:
Dadang Kusmana
Hak
terjemahan Indonesia pada KPG
Penerbit
KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Cetakan
pertama, Mei 2013
516 Hlm
“Kekerasan tidak selalu bersifat fisik, luka tidak selalu mengeluarkan
darah.”
_Aomame
Sekarang
tahun 1Q84.
Ini adalah
dunia sejati, tak ada keraguan akan hal itu.
Tapi di
dunia ini, ada dua bulan menggantung di langit.
Di dunia
ini, takdir dua manusia, Tengo dan Aomame berkelindan erat.
Masing-masing
dengan caranya sendiri terlibat dalam sesuatu yang mengundang bahaya.
Dan di
dunia ini, tampaknya tak ada cara untuk menyelamatkan keduanya.
Sesuatu
yang dahsyat sedang bergerak.
Kisah bermula ketika
Aomame terjebak macet dalam sebuah taksi di jalan tol. Supir taksi yang ia tumpangi berbaik hati
memberinya jalan keluar dari persoalan itu, berhubung Aomame sedang
terburu-buru untuk bertemu “mitra bisnisnya”, ia menyarankannya untuk untuk
menggunakan tangga darurat yang akan membawanya ke jalanan di bawah yang dekat
dengan stasiun kereta Jalur Tokyu. Aomame pun mengikuti saran sang supir taksi
dan melanjutkan perjalanannya menggunakan kereta.
“...segala sesuatu berbeda dari penampilannya.”
“Kenyataan selalu hanya ada satu.”
_Supir Taksi
“Satu benda hanya bisa berada pada satu waktu di satu tempat. Itu sudah
di buktikan oleh Einstein. Kenyataan selalu tegas dan senantiasa sunyi.”
_Aomame
Selama itu Sinfonietta
karya Janacek yang ia dengarkan di dalam taksi terus bergema di kepalanya. Dan
pada akhirnya ia pun menyadari suatu keganjilan pada dunia yang ia tinggali
sekarang. Seakan-akan ia tiba-tiba berpindah ke dunia yang berbeda dengan
orang-orang yang sama.
Sebentara di sisi Tengo
semua bermula ketika dia menjadi penyeleksi karya naskah paruh waktu untuk
peserta sayembara novel untuk pengarang muda yang diadakan oleh majalah sastra.
Dia pun tertarik pada sebuah naskah Kepompong Udara yang ditulis oleh remaja
SMA bernama Fuka-Eri. Bersama editor kawakan Pak Komatsu dan Fuka-Eri sendiri,
mereka pun berkomplot mejalankan konspirasi yang pada akhirnya menarik Tengo ke
dalam dunia Fuka-Eri, ke dalam kisah Kepompong Udara itu sendiri.
Kisah di mana dua bulan
menggantung di langit dan orang-orang kecil yang keluar dari perut kambing yang
mati...
“Suka menulis adalah kualitas yang lebih penting daripada apa pun bagi
orang yang ingin menjadi pengarang.”
_Pak Komatsu
“Sekali berbohong kepada dunia, kita harus berbohong terus selamanya.
Kita harus terus-menerus menambal kebohongan dengan kebohongan lain di sana
sini.”
_Tengo
Ini buku ketiga Haruki
Murakami yang saya baca, dua buku lainnya yang saya baca sewaktu SMA adalah
Norwegian Wood dan Dengarlah Nyanyian Angin yang ngomong-ngomong kover baru
keduanya bikin ngiler sekali. Dibandingkan kedua buku itu, buku ini bisa
dikatakan buku enteng. Ringan. Menamatkan buku ini, tidak membuat saya
melankolis berhari-hari seperti saat menamatkan Norwegian Wood dan tidak
membuat saya muram berminggu-minggu seperti saat menamatkan Dengarlah Nyanyian
Angin. Mungkin juga ini disebabkan karena ini buku pertama dari tiga buku yang
ada, sehingga kemuraman yang ada dalam setiap tulisan Murakami belum mencapai
level merasuki di buku pertama ini. Jadi ya, saya tak sabar membaca lanjutannya
yang saya biarkan dulu menumpuk. Mencoba sejauh mana saya bisa menahan nafsu
keinginan untuk membacanya.
Buku ini mengambil
sudut pandang orang pertama tunggal, berganti-gantian dalam setiap bab kita
dibawa memasuki kehidupan Aomame dan Tengo. Perlahan-lahan menggiring kita
menemukan benang merah antara Aomame dan Tengo itu sendiri. Apa hubungan mereka
berdua dan bagaimana keadaan yang mereka alami saat itu akan membawa mereka
“terlibat dalam suatu yang mengundang bahaya”, seperti yang dituliskan di
sinopsis di belakang buku, semuanya dengan perlahan-lahan.
Mengapa saya sering
sekali menggunakan kata perlahan-lahan? Buku ini beralur lambat dan memuat
banyak deskripsi khas tulisan pengarang Jepang. Mungkin bagi sebagian orang hal
itu akan sangat membosankan tapi, bagi saya yang memang menyukai deskripsi
sangat menikmati membaca buku ini. Banyaknya misteri yang diselipkan dengan
cerdik di berbagai tempat di buku ini semakin membuat saya penasaran dan
bertanya-tanya. Apa hubungan Aomame dan
Tengo? Ada apa dengan Sinfonietta Janacek, Sakekage, Orang Kecil, Kepompong
Udara, dua bulan, kekerasan seksual terhadap anak, dan 1Q84? Sampai pada
akhir buku ini, segala pertanyaan saya hanya terjawab di hubungan Aomame dan
Tengo.
Jika ditanya buku ini
bergenre apa, saya agak bingung menjawabnya. Saya berfikir buku ini adalah
gabungan antara sastra, dystopia, dan misteri. Tapi benarkah?
Di buku ini juga
menyinggung tentang kekerasan terhadap perempuan dan anak. Bagaimana kekerasan
itu tidak hanya menimbulkan luka fisik tetapi juga yang paling susah
disembuhkan, adalah luka psikis. Bagaimana sang korban tidak akan pernah bisa
melupakan apa yang terjadi kepadanya dan hal itu tetap menghantuinya.
“Masalahnya bukan sekedar hilangnya kesucian raga, melainkan kesucian
jiwa manusia. Tak seorang pun berhak menginjak-injak kesucian itu dengan sepatu
kotor. Perasaan tak berdaya yang diakibatkan oleh perbuatan itu akan
menggerogoti pribadi manusia sedalam-dalamnya.”
_Aomame
Dari segi cover, tidak
diragukan lagi saya sangat menyukainya, meskipun saya tidak mengetahui apakah kover
itu melambangkan isi novel. Saya pun tidak mengerti lambang apa yang terdapat
pada cover tersebut, saya hanya mengenali gambar bulan. Tapi yup saya
menyukainya, saya suka melihat warnanya yang dominan putih, terlihat sederhana
tapi berkelas. Dari segi terjemahan pun saya puas, hanya pada judul di bab 24
yang membuat saya bertanya-tanya. Saya gagal paham arti kalimat itu apa,
rasanya seperti membaca kata-kata yang tidak beraturan.
“Dalam kehidupan nyata, segala sesuatu tidak selalu mengalir melalui
jalan yang terdekat.”
_Tengo
“Dunia ini, berisi pertarungan yang tak ada habisnya antara satu
ingatan melawan ingatan yang lainnya.”
_Aomame
4 komentar
sekilas, saya kira jdulnya 1984, yang terkenal itu. ternyta 1Q84
ReplyDelete:D
Katanya si ini buku terinspirasi dari buku itu ^^
Deletebelum sempat bacaa...
ReplyDeletepaling suka sih kafka on the shore sama norwegian wood
tp segera dibaca deh
Aku malah belum sempat baca Kafka >.< Dengarlah nyanyian angin itu tuh yang efek galau berkepanjangannya mantep banget :p ada sebulan aku bawa ><
DeleteTerimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.