Yang Mereka Sesalkan Jika Mati Hari Ini
3:16 am
“Adakah hal-hal yang kau sesalkan jika kau mati hari ini?”
Seperti malam-malam
biasanya, Gadis Kecil dan Perempuan Itu tidak mampu tidur sebelum ayam tetangga
berkokok. Mereka tahu hal itu tidak sehat untuk tubuh kecil mereka, tapi
entahlah, mungkin hal itu telah menjadi kebiasaan. Malam selalu menjadi teman
mereka. Teman dan waktu untuk mereka menikmati kesendirian sekaligus kebersamaan
diantara satu sama lain. Saat mereka mempertanyakan banyak hal, menjawab banyak
hal, dan bercakap serta mengadu dengan Sang Kekasih. Seperti malam ini~
Mereka baru saja
menamatkan sebuah buku yang bagus. Ketika mereka menutup buku itu, tiba-tiba
pertanyaan itu melintas di kepala mereka. Adakah hal yang akan mereka sesalkan
jika mati hari ini? Bagi mereka yang menganggap mati adalah hal yang tidak
menakutkan, yang menganggap mati adalah peretemuan kembali dengan orang-orang
yang mereka sayangi, mati adalah kembali kepelukan Sang Kekasih, ternyata tetap
saja memiliki penyesalan jika akan mati hari ini.
Untuk Gadis Kecil, ia
akan menyesalkan belum pernahnya ia melakukan making love, ngeseks. Okeh di akhirat
nanti memang tidak mungkin tidak ada seks, tapi lelaki yang ia inginkan
melakukan itu bersama belum tentu mati bersamanyakan?!! Dan apakah rasa ngeseks
di dunia dan di akhirat akan sama? Tiada yang tahu bukan? Ahh... apa-apaan
Gadis Kecil ini, berpikiran begitu jorok dan mesum. Mungkin akan ada yang
berfikiran seperti itu ketika membaca tulisan ini. Tapi peduli apa Gadis Kecil
dengan pendapat orang-orang? Ya dia tidak peduli! Tapi baiklah, mari kubeberkan
pemikiran Gadis Kecil tentang seks itu sendiri. Baginya seks adalah penyatuan
antara dua anak manusia, sesuatu yang teramat suci karena melibatkan penyerahan
diri seutuhnya dan rasa kepercayaan sepenuhnya. Seks pun menurut kepercayaannya
adalah ibadah yang tertinggi seorang manusia kepada Penciptanya, kepada Sang
Kekasih-nya. Dan barang tentu ia akan sangat malu ketika menghadap Sang Kekasih
dan tidak pernah melakukan ibadah tertinggi tersebut. Tapi ya, jika memang
harus mati detik ini, meskipun ada sedikit rasa sesal, ia akan tetap menyambut
kematian dengan penuh sukacita.
Dan untuk Perempuan
Itu, ia akan menyesalkan belum sempat diberikan kepercayaan oleh Sang Kekasih
untuk mengandung di rahimnya seorang anak manusia. Membesarkan anak itu dengan
penuh cinta dan mengajarkannya untuk mengenal Sang Penciptanya. Bukankah di
akhirat nanti semua manusia akan berumur sama? Dan jika seperti itu, tentunya
dia tidak akan memiliki kesempatan lagi untuk mengandung seorang anak manusia.
Dia tidak memiliki lagi kesempatan untuk menjadi seorang ibu, dipanggil ibu~
Tapi seperti Gadis Kecil, ia pun akan menyambut kematian dengan penuh sukacita.
Dan apa yang akan kau
sesalkan jika mati saat ini? Cita-cita yang belum terwujud? Harapan yang belum
terlaksana? Ucapan sayang dan cinta yang belum terucap? Perlakuan penuh kasih
yang tertunda karena kesibukan mengumpulkan harta dunia?
Siapkah kau mati hari
ini?
Gadis kecil dan
Perempuan Itu tidak akan ragu untuk menjawab ia. Ia mereka pada dasarnya telah
siap mati hari ini. Tapi setelah dipikirkan, ternyata memang ada yang akan
mereka sesalkan. Tapi penyesalan itu tidak sebanding dengan kematian itu
sendiri. Ketakutan mereka pada kematian hanyalah jika Kematian mengajak orang
yang ia sayangi dan meninggalkan mereka di dunia~
9 komentar
Sebuah tulisan yg menarik! Menimbulkan lg pertanyaan itu: apa yg ingin kulakukan dalam hidup? Dan dgn sedikit bumbu vulgar didalamnya, merangsang "ilham2 nakal" yg jadi ingin dilakukan demi lebih mewarnai hidup ; )
ReplyDelete-YP
jadi apa yang sudah saya capai selama hidup #tepokjidad
ReplyDeleteGood story, Nan. Ringan, singkat dan berani.
ReplyDeleteBtw, ada kata yang agak mengurangi kenikmatanku membaca nih: Ngeseks dan ia di awal paragraf terakhir.
Kenapa tidak menggunakan "bersetubuh" saja? Kenapa tak tertulis "iya", mungkinkah itu typo? Tapi kalo typo kenapa terjadi dua kali?
setidaknya jangan "pergi"dengan penuh penyesalan. Nanti pas sampai "disana" jadi gak tenang :D
ReplyDeleteDilupakan adalah bentuk kematian yang paling menakutkan. Good story :)
ReplyDeleteYandhi: Nahloh apaloh mas :p
ReplyDeleteJun: Makasih Jun ^^
Mengapa menggunakan kata "ngeseks" dan bukannya "bersetubuh"? "Bersetubuh" mengurangi arti ngeseks yang Gadis Kecil maksudkan, mungkin lebih tepat menggunakan kata "bercinta", yang sayangnya terlalu lembut dan tidak menggambarkan sifat pembangkang Gadis Kecil >.<
Nah itu, kebiasanku tu, nulisnya "ia" bukannya "Iya" :p Makasih ya sudah ingetin ^^
Izza: Ia tidak boleh menyesal ^^
Try: Hmmm... paling menakutkan si ditinggalkan bukan dilupakan >.<
hmm.. naisss! :D
ReplyDeleteSemakin dewasa saya malah semakin pasrah akan kematian. Kalau orang takut mati karena meninggalkan harta, cita-cita dan orang-orang terkasih atau takut mati karena belum siap pada amalannya / ibadahnya yang baru seberat kapas. Justru, buat saya, semua alasan itu karena kita sangat mencintai hidup. Takut mati.
OOT, ya? Iya. :p
aku suka kalimat terakhirmu dwee, tapi dengan di tinggalkan, di lupakan dan kehilangan membuat kita belajar banyak rasa. Ketika kita belajar banyak rasa dan berhasil berdamai dg gejolak perasaan itu. Kadang kematian bukan lagi menjadi hal yang ditakutkan.
ReplyDelete:))))
Aprie: hahaha ya hal-hal itu yang kebanyakan membuat orang-orang takut mati ^^
ReplyDeleteFeb: Dan hal-hal itu yang sangat berat untuk kita pahami >.< Atau yang seperti kamu bilang susah untuk berdamainya >.<
Terimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.