Puasa Kelima-belas: Cerita Tentang Rumah
3:39 am
Ia sudah lama berdiri
kokoh di tempat itu. Sejak seorang lelaki pelaut yang membangunnya
perlahan-lahan. Ia perlahan-lahan, dia dibentuk dengan penuh cinta oleh lelaki
itu, untuk tempat berteduh dan perlindungan bagi istri dan anak-anaknya yang
akan ia tinggal jika tuntutan pekerjaan memanggilnya kembali ke laut. Tiap-tiap
anggota tubuhnya dari tempat-tempat yang berbeda, di bawa dari negeri-negeri
yang sang lelaki singgahi.
Meskipun begitu dia
sudah mengalami banyak penyesuaian dari bentuknya yang semula. Banyak
bagian-bagian dari dirinya ditambah oleh anak-anak sang lelaki maupun dihancurkan
untuk dibangun kembali. Dia sudah banyak berubah. Sangat banyak berubah. Tapi
kau masih dapat membayangkan rupanya dahulu saat pertama kali dibangun dengan
memandang bagian depan tubuhnya. Di sana hanya sedikit yang berubah dari sebelumnya.
Masih berdiri kokoh duah buah tiang yang menyangga depan tubuhnya, meskipun itu
bukan tiang yang sama yang menyangganya dahulu. Masih terpasang kokoh di
engselnya sebuah pintu yang sangat tebal, yang sangat sulit, bahkan tak mungkin
kau dapatkan di tempat-tempat baru. Pintu itu telah berkali-kali berganti
warna, seperti pun keseluruhan dirinya. Juga di bagian itu masih terpasang
jendela dari masa yang lalu itu, hanya berganti warna, juga kaca yang terkadang
pecah oleh sundulan bola anak-anak maupun cucu-cucu sang lelaki pelaut. Ah ya,
dan pagar-pagar besi mungil yang selalu ada dan tak pernah berganti tempat,
yang sering juga dipanjati anak-anak, cucu-cucu, maupun anak-anak tetangga
lelaki pelaut itu.
Mungkin telah banyak
waktu yang berlalu, entahlah, baginya yang tidak mengenal waktu, hari berjalan
dalam lingkaran yang saling terhubung satu sama lain. Ia ingat, ia dibicarakan
untuk di tempati orang lain, tapi syukurlah sang istri dari lelaki yang
membangunnya pertama kali menolak hal itu. Tempat ini terlalu banyak menyimpan
kenangan indah tentang lelaki tersebut, sang istri tidak mau meninggalkan-nya.
Dia senang. Karena seperti keluarga ini mencintainya, seperti itu pula ia
mencintantai keluarga itu.
Banyak hal yang telah
ia alami bersama keluarga itu. Kelahiran bayi-bayi mungil, kematian salah
seorang diantaranya, menyaksikan mereka tumbuh besar dan satu persatu
meninggalkannya untuk mencari penghidupannya sendiri, pernikahan-pernikahan dan
kelahiran bayi-bayi lainnya. Lalu kematian sang lelaki pelaut, kelahiran
bayi-bayi lagi, kematian putra pertama mereka, kematian sang istri, lalu pernikahan-pernikahan
lainnya~ dia turut merasakan suka maupun duka keluarga itu.
Ah ya, dia dibangun di
atas tanah warisan sang istri. Sebuah warisan yang hanya dikatakan dari mulut
tanpa adanya hitam di atas putih, menurut istilah-istilah manusia. Sehingga
keberadaanya menjadi momok, memecahkan kekeluargaan hanya karena harta. Manusia
dengan segala kerakusannya berusaha dengan cara-cara apapun demi mendapatkan
lebih. Mengambil apa yang bukan miliknya. Tapi ia tetap bertahan, setia pada
keluarga itu. Karena ia memang titipan yang Sang Pemilik Segala untu keluarga
itu. Maka sengketa harta warisan pun berakhir, meskipun tidak ada kata menyerah
dari kerakusan dan iri hati untuk melancarkan hal-hal yang ia inginkan. Mungkin,
kisah iri hati dan kerakusan masih akan terus menghantui rumah itu dengan
terornya, tapi ia berharap, masih tetap berharap, keluarga ini tidak lelah dan
memutuskan meninggalkannya.
Dan lihatnya! Dia masih
berdiri di sini. Dengan keluarga yang sama, walaupun tiada lagi sang lelaki
pelaut dan istrinya. Hanya ada dua putri bungsu mereka, putra kedua mereka,
seorang menantu, dan beberapa cucu. Tapi dia tetaplah tempat berkumpul dan
tempat untuk pulang putra-putri serta cucu-cucu mereka~ Dia masih berdiri,
melalui beberapa generasi.
Dan lihatlah ia kini,
sedang bersolek menyambut sebuah hari yang teramat spesial bagi keluarga ini.
Tubuhnya yang dari waktu kewaktu mengalami kekusaman dan cat-cat yang mulai
mengelupas dan berjamur kini dibersihkan dan tubuhnya di warnai ulang. Dari
dalam tubuhnya tercium bau harum kue-kue yang sedang di panggang dan
masakan-masakan yang sedang di masak. Belum lagi di beberapa ruang tubuhnya
terdapat pewangi ruangan yang setiap beberapa menit menyemprotkan wewangian
yang menyegarkan tubuhnya. Dan mendekati hari-H jendela-jendelanya akan
dipasangi kain indah yang baru, pernak-pernik di tubuhnya dibersihkan hingga
mengkilap~
Dia sudah mulai
bersolek~
2 komentar
dwee keren eh kamu nulis hampir tiap hari non?!
ReplyDeleteThanks untuk Cerita Tentang Rumahnya
Good Job :)
Mbak Marchia: Ia mbak ^^ Sedang berusaha menulis setiap hari, tapi ya itu dipostingnya kalo ada kesempatan saja :p
ReplyDeleteMakasih sudah mampir mbak ^^
Terimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.