Si Parasit Lajang
12:40 am
Si Parasit Lajang
Seks, Sketsa, & Cerita
By Ayu Utami
Ilustrasi isi dan sampul: Ayu Utami
Penata letak: H. Andryanto
Cetakan ketujuh, Maret 2005
Penerbit GagasMedia
“Jika perkawinan ibarat pasar, orang-orang
yang memutuskan tidak menikah sesungguhnya mengurangi pasokan istri seperti
OPEC mengatur suplai minyak. Saya percaya berkeluarga itu bagus untuk orang
lain.”
Buku ini berisi cercahan pikiran seorang perempuan muda urban. Di akhir
usia dua-puluhan ia memutuskan untuk tidak menikah dan menyebut diri Si Parasit
Lajang, satu istilah yang awalnya dilontarkan feminis Jepang. Sepintas lalu, ia terkesan sangat cuek tentang
nilai-nilai di sekitarnya, tak peduli komentar orang sama sekali. Di pihak
lain, ia sangat mengamati dan memperhatikan keadaan disekelilingnya.
Si Parasit Lajang adalah cewek kelas menengah kota. Kelas ini konon paling terdikte oleh kapitalisme. Tapi, kumpulan kolom ini, yang ditulis dalam rentang sepuluh tahun lebih, menunjukkan bahwa orang juga bisa bersikap kritis bahkan sambil tetap berada dalam lingkup kehidupan kapitalistis. Ia juga mencatat pergerakan nilai-nilai yang terjadi di masyarakat dengan lucu.
Si Parasit Lajang adalah cewek kelas menengah kota. Kelas ini konon paling terdikte oleh kapitalisme. Tapi, kumpulan kolom ini, yang ditulis dalam rentang sepuluh tahun lebih, menunjukkan bahwa orang juga bisa bersikap kritis bahkan sambil tetap berada dalam lingkup kehidupan kapitalistis. Ia juga mencatat pergerakan nilai-nilai yang terjadi di masyarakat dengan lucu.
Bagi
saya, saat membaca buku ini, saya seperti berkunjung di sebuah blog (dalam hal
ini blog Ayu Utami tentunya) yang berisi coretan-coretan keseharian yang
empunya blog. Buku ini bisa dikategorikan bacaan ringan jika disebandingkan
dengan Saman, Larung, dan Bilangan Fu buku karangan Ayu Utami lainnya. Meskipun
tidak sesastra tiga buku yang pernah saya baca itu, Si Parasit Lajang tetap
berisikan pikiran-pikiran kritis khas Ayu Utami. Saya menikmati setiap tulisan
yang terdapat dalam buku ini, mulai dari yang masuk akal hingga aneh seperti
Surat dari Jelangkung.
“Bisa dimaklumi, para penjaga moral risi
dengan iklan massal penggunaan kondom untuk pencegahan HIV/AIDS. Bagi sudut
pandang ini, seks aman menunjang perzinahan. Persoalannya, moral dan agama saja
tak cukup mencegah penyakit fisik. Katakanlah, istri solihah bisa saja punya
suami pembohong. Lalu ia tertular suami yang kena patil di tempat lain. Bisakah
agama dan moral melindungi si istri dari virus suaminya? Jika moral dan agama
sungguh berpihak pada yang lemah, seharusnya mereka setuju kampanye kondom
untuk fungsi “keduanya”: sebagai pencegah penyakit menular seksual.”
![]() |
Cover yang sekarang |
Buku
ini sendiri dibagi menjadi tiga bagian, bagian pertama tentang Kehidupan,
bagian kedua tentang Seks, Gender & Kapitalisme, dan bagian ketiga tentang
Politik dan Negara. Oh ia, saya suka sekali dengan ilustrasi-ilustrasi di dalam
buku ini, nyeleneh si tapi keren >.< Tadinya saya berniat menampilkan beberapa ilustrasi dari buku ini di sini, tapi saya lupa memfotonya dan keburu malam dan kamera saya foto malamnya jelek, jadi ya... dan untuk cover saya suka cover yang ini
dibandingkan dengan cover yang sekarang...
“Saya teringat seorang teman. Dia pria,
sudah menikah, dan punya pacar lagi. Si pacar mau bersetubuh dengan dia tetapi
dia hanya mau jika mereka menikah. Saya bilang, “Kenapa tidak berzinah saja?”
Ia jawab, “Nanti Tuhan menangis.” Saya katakan lagi, “Kenapa kamu memilih
menyakiti istrimu, pihak yang lemah, ketimbang menyakiti Tuhan, yang sudah
begitu kuat?””
Makasih
buat Dhani yang dengan baik hati meminjamkan bukunya ini kepada saya ^^
1 komentar
Terima kasih mba untuk review buku karya Ayu Utami. bolehkah aku bertanya tentang pandangan mba mengenai novel si parasit lajang ?
ReplyDeleteTerimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.