Rumah Yang Ia Rindukan
5:44 am
Ada sebuah rumah yang sangat
Gadis Kecil rindukan, sebuah rumah yang telah tiada. Kali ini ia ingin
bercerita tentang rumah itu dan juga tulisan ini diikutkan pada 8
Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu pertama.
Rumah itu mungil dengan sebuah
pohon mangga kerdil di halaman depannya. Meskipun pohon itu kerdil, tapi ia
menghasilkan banyak buah yang bahkan saat masih muda pun sudah sangat enak
untuk disantap. Gadis Kecil ingat, hari-hari dimana ia memanjati pohon mangga
itu dengan kaki dan tanggannya yang munggil. Merasa kecewa karena memiliki
sebuah pohon mangga yang cebol yang
jangankan dibuatkan rumah pohon, untuk ayunan pun cabang-cabang pohon itu tidak
sanggup menahan bebannya. Dan menanti penuh harap buah mangganya ranum,
meskipun ia lebih menyukai mangga yang mengkal, tapi karena peraturan Sang Ayah yang hanya
memperbolehkan mereka memetik buah yang telah masak saja, ia pun menuggu dengan
perasaan tak sabar.
Rumah munggil itu memiliki
halaman yang terbilang luas, cukup luas untuk berpuluh-puluh pot bunga (Kamboja
Jepang, bogenville, Mawar, Melati, Anggrek, dan bunga-bunga lain yang tidak ia
ketahui namanya), pohon jeruk nipis, pohon belimbing, pohon pepaya dan beberapa
tanaman bumbu dapur. Cukup luas untuk menampung sekelompok ayam peliharaan Sang
Ayah yang dibiarkan berkeliaran bebas
saat siang hari dan tidak henti-hentinya berkokok dan berkotek ribut. Bahkan
masih cukup luas untuk menjadi rumah singgah beberapa kucing liar yang
terkadang menjadikan anak ayam yang lepas dari pengawasan induknya untuk cemilan.
Ia, Gadis Kecil merindukan rumah itu... Dia bahkan merindukan teman-teman kecilnya, teman-teman yang tinggal di sekitar rumahnya. Dia merindukan bermain sembunyi-sembunyi, gebo', mencari jejak, asing, dan permainan lainnya bersama mereka. Bahkan merindukan banjir yang datang jika hujan mencurahkan airnya tanpa henti berhari-hari. Ia akan berkumpul dengan teman-teman kecilnya untuk menangkap ikan dan setelah lelah dan kedinginan, ia akan pulang dan di suguhkan pisang goreng muda dan segelas teh hangat.
Terkadang ia berharap untuk
sehari atau sejam saja dapat kembali ke rumah itu. Merasakan kembali saat-saat
bahagia itu. Mungkinkah? Bisakah? Dapatkah waktu berputar ke arah sebaliknya?
Dapatkah ia mencicipi sedikit masa lalu itu?
Gadis Kecil merindukan sebuah
rumah...
Tempat di mana seorang perempuan
cantik yang juga bertubuh mungil tinggal. Tempat pelukannya yang hangat
menjaganya. Tempat dimana ketika ia tidur, ia menempel rapat pada punggungnya,
karena dibayangi khayalan dan imaginasi yang ia ciptakan sendiri. Tempat ia
disuguhkan makanan yang paling enak sedunia, yang tidak mungkin dapat ia cicipi
lagi, ikan gurame goreng, capcay, dan lombo’ belimbing. Tempat ia disambut
dengan senyuman yang merekah lebar nan menenangkan sepulang dari
petualangan-petualangannya. Tempat di mana cerita, harapan, dan mimpinya di
dengarkan. Tempat di mana ia diperlakukan bagai putri raja.
Gadis Kecil merindukan sebuah
rumah...
Tempat seorang lelaki pencemburu
dan penyayang tinggal. Tempat di mana ia sering begadang menemaninya menonton
serial Cina. Timpat di mana ia tertidur di belakangnya saat lelaki itu
menyelesaikan pekerjaan yang ia bawa pulang. Tempat di mana ia menunggunya
pulang kerja, berharap di bawakan buku cerita atau majalah Bobo. Tempat di mana
ia tidur, tepat di tengah, menjadi pemisah antara lelaki itu dan istrinya.
Tempat di mana ia menyaksikan lelaki itu layu...
Ia, Gadis Kecil sangat merindukan
rumah itu. Rindu yang tidak memiliki penawar, yang akan terus ada di sana,
bersemayam abadi di hatinya. Bahkan hinggah kini Gadis Kecil tidak pernah
menemukan rumah lain, selepas tak adanya rumah yang ia rindukan itu, ia adalah
seorang tunawisma. Tentu saja, suatu saat nanti ia akan membangun sebuah rumah,
rumah yang ia betah berada di sana, nanti... Untuk saat ini dia masih seorang
tunawisma.
Gadis Kecil merindukan sebuah
rumah...
Dan orang-orang yang tinggal di
dalamnya. Karena ketika orang-orang yang tinggal di sana telah pergi, tempat
itu sudah tidak terasa seperti rumah lagi, hanya sebuah bangunan kosong. Tanpa
arti. Tanpa makna.
6 komentar
Waaa, keren banget, tapi sedih bacanya.
ReplyDeletetetap kuat ya de'... semoga yg direncanakan tahun ini bisa berjalan sesuai keinginan.... kamu bisa buat keluarga kecilmu sendiri, dan berbagi segalanya pada calon2 penghuninya...
ReplyDeletekeep smiling frisky girl
Helda: Makasih sudah mampir ya ^^
ReplyDeleteFerdy: :) Kenapa jadinya kebayang Alice? :O
Amin! ^^
K'Ina: Hehehe ia kak ^^
Iya benar kata mbak Helda .... sedih membacanya :(
ReplyDeleteMudah2an kelak ada rumah yang bisa membahagiakan ya :)
so ka :)
ReplyDeleteMugniar: Amin! ^^
ReplyDeleteKuroi: :)
Terimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.