Contes De Perrault
Copyright @ 1979, 1971 by Edition
des Deux Coq d’Or, Paris
Ilustration by Paul Durand
All rights reserved
Kumpulan Dongeng Perrault
Alih bahasa: Listiana & A.
Tati Bambang Haryo
Sampul: Caecillia Hidayat &
Ryno Bengawan
Hak cipta terjemahan Indonesia pada
PT Gramedia Pustaka Utama
Diterbitkan pertama kali oleh
penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, Maret 2012
216 hlm; 27,5 cm
Sebelum saya cuap-cuap mengomentari buku ini,
marilah kita sedikit berkenalan dulu dengan Perrault... *yang saya copy-paste
dari wikipedia*
Charles Perrault (lahir di Paris, Perancis, 12 Januari 1628 – meninggal
di Paris, Perancis, 16
Mei 1703 pada umur 75 tahun) adalah seorang penulisdongeng dan teori sastra,
serta pengarang puisi asal Perancis.[1] Karier
sastranya dimulai ketika Charles menulis puisi dan ayat menyindir berjudulThe Burlesque Aeneid (1948)
ketika dia sedang mempelajari ilmu hukum.[1] Beberapa
karyanya yang dikenal di seluruh dunia adalah Si Kerudung Merah, Putri Tidur (Sleeping beauty), Kucing
dalam Sepatu Bot (Puss
in boots), Cinderella, Tiga Permintaan, Kulit keledai (Donkey-skin), dan lain-lain.[2] Pada
tahun 1661, Charles Perrault pernah bekerja pada pemerintahan monarki absolut Perancis yang dipimpin oleh Louis XIV karena ketika itu, raja lebih memilih kalangan biasa
dibandingkan kaum aristokrasi untuk melayani publik.[2] Beberapa
dongeng Charles telah diceritakan kembali dengan versi yang berbeda oleh Grimm
bersaudara.[1] Namun,
cerita asli yang ditulis Charles lebih kontras dengan versi dongeng Grimm bersaudara, contohnya cerita
Si kerudung merah yang tidak selamat di akhir cerita dan Putri Tidur yang
menikah dengan pangeran namun ternyata putri tersebut adalah raksasa atau gergasi (ogre).
Di buku ini sendiri terdapat sepuluh dongeng karangan
Perrault yakni; Kulit Keledai, Si Kuncung Riquet, Si Janggut Biru, Peri, Si
Tudung Merah, Putri yang Tidur Seratus Tahun, Cinderella, Tiga Permintaan, Si
Kecil Bujari, dan Kucing Bersepatu Lars.
Sebenarnya saya tidak terlalu menyukai dongeng-dongeng
karangan Perrault, sama seperti saya tidak terlalu menyukai dongeng-dongeng yang
disusun oleh Grimm bersaudara. Dongeng-dongeng mereka jenderung keji dan tokoh-tokoh
perempuannya selalu menunggu bantuan orang lain/makhluk lain untuk memperbaiki
atau menyelamatkan hidupnya. Untuk dongeng saya memang lebih mengidolakan H.C
Andersen. Meskipun ada juga yang mengatakan dongeng-dongeng Andersen banyak
mengandung unsur kekerasan, tapi saya rasa hal itu tak apa untuk menjadi bacaan
anak-anak, kerena di dunia ini memang hitam selalu bersisian dengan putih dan
setiap cahaya pasti ada bayangannya. Dan lagian di setiap dongeng Andersen,
sang tokoh utama dapat keluar, dengan usahanya sendiri, dari kemalangannya. “Keluar
dari kemalangan” pun itu relatif ya, tergantung bagaimana kita melihatnya...
Jadi mengapa saya tetap membeli buku ini? Dengan harga yang
lumayan mahal meskipun telah di diskon 30%? Huhuhuhu... salahkan semuanya pada
Paul Durand!!! Bagaimana saya tidak tahan untuk tidak membeli buku ini jika ilustrator
favorit saya yang menghiasi buku ini dengan gambar-gambarnya yang indah. Saya
pun merasa wajib memilki buku ini ^^ Dan saya rasa saya tidak rugi, meskipun
tidak terlalu menyukai dongeng-dongeng di dalamnya tapi memandangi
gambar-gambarnya yang indah saja saya sudah sangat bahagia. Kapan saya bisa
menggambar seindah ini?
Oh ia pada kisah Si Kerudung Merah di buku ini, akhirnya di
rubah dengan “Happly Ever After”, berbeda dengan versi aslinya yang Si Kerudung
Merah sebenarnya tidak terselamatkan. Dan juga pada kisah Tiga Permintaan,
kisahnya dituliskan ulang oleh Helene Fatou, karena versi karangan Perrault
berbentuk sajak.
Dari sepuluh kisah yang ada saya pun hanya menyukai tiga
kisah; Si Kerudung Merah (karena akhirnya di rubah), Tiga Permintaan, dan
Kucing Bersepatu Lars (Lebih familiar dengan judul Kucing Bersepatu Bot). Selebihnya? Saya kurang menyukainya u.u