Hujan, Senja, dan Kehadiran-Nya
November 23, 2012
Aku sangat menyukai hujan di sore hari ini. Ya, aku memang selalu menyukai hujan, sangat. Hanya saja hujan hari ini terasa sangat berbeda, lebih spesial. Ia hadir membawa kebahagian yang membuatku merasa penuh, seakan-akan aku selama ini adalah sebuah bejana yang kosong dan ia datang mengisiku.
Hujan sore hari ini memang tidak deras, hanya rintik-rintik, hanya gerimis. Tapi berlangsung cukup lama. Aku merasakan kegembiraan tanaman-tanaman dan tanah yang tersegarkan setelah berhari-hari terpanggang panasnya sinar mentari. Yang sering dikecewakan oleh datangnya gerombolan awan hitam yang menawarkan harapan palsu. Aku juga merasakan keceriaan udara di sekelilingku. Setelah lama terdiam, terpenjara, akhirnya ia bisa menari dan menari dan terus menari. Berhembus semilir pada awalnya, menyegarkan kulitku, lalu bertambah kuat dan mulai memberantakkan rambutku.
Aku sedikit terburu-buru di sore hari ini. Aku bersegera keluar rumah dan melangkahkan kakiku di aspal yang hitam mengkilat terguyur air hujan dan menunggu pete-pete kampus 02 (pete-pete = angkot). Mengambil sedikit kesempatan merasakan hujan di tubuhku, aku mengadahkan tangan dan menampung air langit itu di tanganku. Rasanya dingin. Tak lama menunggu, pete-pete 02 itu pun datang, berlari kecil aku bersegera naik dan duduk tepat di samping pintu. Bukan tempat favoritku, tapi tak apalah, entah dunia rasanya sangat indah hari ini. Ketidaknyamanan sepele tidak mampu mengusik kebahagiaanku.
Aku memandang ke luar jendela, tepat pada langit sebelah barat, dan menyadari senja akan segera datang. Ya, kau pasti tahu, selain hujan, aku juga menyukai senja. Rasanya ini seperti berkah beruntun! Hujan di saat senja adalah suasana terromantis menurutku. Dan karena hujan saat ini hanyalah gerimis, sinar matahari masih mampu menerobos awan-awan gelap itu. Pemandangan yang sangat indah, sinar-sinar itu bagaikan tangan-tangan Tuhan yang menggapaimu, mengangkatmu, dan membuaimu dalam pelukan-Nya yang penuh kasih.
Aku tidak menyadari berapa lama kejadian itu berlangsung. Beberapa detik? Beberapa menit? Entahlah. Aku terpaku melihat kuasa-Nya. Cahaya mentari yang bersinar di balik awan hitam, sesekali menampakkan diri dengan rupa yang bulat sempurna berwarna orange terang dengan latar belakang langit yang dihiasi mega merah. Dan jangan lupakan si hujan yang terus turun perlahan beserta anginnya yang berhembus. Sangat indah. Sangat luar biasa. Sangat cantik!!!!! Apakah kau sempat menolehkan pandanganmu ke langit sebelah barat di saat itu?
Seketika aku merasakan kehadiran-Nya, di luar dan di dalam diriku. Dia ada di sekitarku, mengelilingiku, merangkulku. Dia ada pada hujan yang turun, tanah yang basah, tanaman yang menari bersama angin, mentari yang mulai terbenam, langit yang tiada henti bersolek mempercantik diri, kendaraan yang melaju tersendat-sendat, manusia-manusia yang ada di dalam pete-pete bersamaku, maupun di luar sana. Dan di sini, berdegup sesuai irama yang Ia ciptakan.
Dia menganugrahiku kasih-Nya yang begitu besar saat itu. Dia mewujud di hadapanku, memperlihatkan seni-Nya, kekuasaan-Nya. Aku merasakan pemujaan yang begitu besar dan kecintaan yang begitu luas kepada-Nya, Sang Kekasih.
Lalu gedung-gedung menutupi pemandangan itu, aku tersadar dari trans. Mengambil headset dan memasangnya di HP dan mulai mendengarkan lagu-lagu. Tersenyum kecil mengingat sebuah kalimat dari buku Life Of Pi yang baru selesai kutamatkan; "Kehadiran Tuhan adalah pahala yang terindah."
Dan tetap menyadari kehadiran-Nya~
_Makassar, 21 November 2012
*Gambar diambil di sini
0 Comments
Terimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.