Polaris
September 15, 2012
Aku membuang pandanganku ke luar jendela pete-pete yang aku tumpangi. Memandangi kendaraan yang melaju dan kerlap-kerlip lampu kota ini, kota kelahiranku. Aku berfikir, mengapa aku tidak pernah punya keberanian untuk meninggalkan kota ini? Mencari kehidupan di tempat lain atau hanya sekedar menikmati petualangan, dan berkenalan dengan orang-orang baru. Kemudian aku menatap langit di atas sana. Gelap dan tanpa bintang. Rasanya sudah lama aku tak dapat melihat bintang lagi di sini. Makassar sudah terlalu di padati manusia. Manusia-manusia yang menyebabkan polusi cahaya, menutupi keelokan bintang. Sang bintang tidak mampu lagi bersaing dengan gemerlap kota ini. Menghela nafas, aku memasang headset di telingaku. Sebuah lagu dari Lady Antebellum; Dancing Away With My Heart, mengalun sendu...
"I haven't see you in ages
Sometimes I find my self wondering where you are
for me you'll always be eighteen and beutiful
and dancing away with my heart"
Sedang apa kau di sana?
Masihkah kau mengingatku?
Apakah kau baik-baik saja? Kau bahagia?
Berbagai pertanyaan tentangmu berkecamuk di kepalaku. Tak kuasa setetes air mata jatuh dan membasahi pipiku... Mengapa kau pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal?
*****
Aku sudah tidak mengingat lagi bagaimana kita bisa menjadi sahabat yang tak terpisahkan. Aku juga tidak tahu pasti permulaan persahabatan ini berubah menjadi hubungan yang lebih mendalam antara dua anak manusia. Kita dua orang aneh yang disatukan oleh keanehan masing-masing. Serasi, kata anak-anak yang lain. Meskipun bagiku tiada yang serasi diantara kita, kita sangat berbeda. Disatukan hanya karena sama-sama merasa asing dengan dunia ini. Kita tidak menemukan tempat kita di sini. Bahkan mungkin di sini bukanlah tempat kita. Bersama, kita bebas memasuki dunia masing-masing tanpa ada gangguan dari dunia luar.
Di dunia ku para peri beterbangan dengan riang, raja dan ratu hidup di kastil-kastil nan megah, pangeran-pangeran tampan berderap dengan kudanya yang gagah, putri-putri cantik yang berjiwa pemberontak tidak segan menyandang pedang untuk membela yang lemah, penyihir-penyihir adalah manusia yang bijak, dan makhluk kegelapan serta makhluk-makhluk fantasi lainnya hidup dengan bebas. Singkat kata aku hidup di dunia dongeng. Ya, itulah duniaku. Dimana segalanya mungkin dan setiap harinya adalah petualangan.
Dan kau adalah makhluk angkasa luar. Kau hanya tertarik pada hal-hal di atas sana yang berjarak ratusan, bahkan ribuan cahaya. Aku yakin kau ini Alien. Kau sedang mengemban misi di bumi ini. Sempat bercanda aku menanyaimu; "Apakah kau berniat menginvasi bumi duhai bapak alien yang terhormat?"
Kau hanya tersenyum dan malah menguliahiku tentang Galaksi Andromeda. Galaksi yang katamu berjarak 2,5 juta tahun cahaya. Entah dari Bumi atau Bima Sakti, sejujurnya aku tidak terlalu memperhatikan ucapanmu, aku sibuk dengan pikiranku sendiri. Kau mengoceh lagi bahwa Andromeda sebenarnya dapat dilihat dengan mata telanjang asalkan, dilihat pada malam yang cerah, tanpa bulan, dan tanpa polusi cahaya.
"Kapan kau akan menunjukkannya padaku?" Aku tiba-tiba memotong perkataanmu.
"Nanti, sekitar bulan September, Oktober, dan November-lah Galaksi Andromeda akan terlihat jelas. Saat itu kita akan pergi melihatnya." Jawabmu. Kau menatap mataku dan tersenyum dan akupun membalas senyuman itu.
"Janji?!!" Kataku lagi
Sekali lagi kau hanya tersenyum menatap mataku dan kembali melanjutkan kuliahmu tentang Galaksi Andromeda. Katamu Andromeda itu berisi sekitar satu triliun bintang. Dan ia bergerak mendekati Bima Sakti dengan kecepatan sekitar 300km/detik. Suatu saat Andromeda akan menabrak Bima Sakti, dan tabrakan itu katamu lagi akan meleburkan kedua Galaksi tersebut menjadi galaksi yang baru.
"Ahhh gampanglah," kataku, "Aku tinggal menaiki Pegasus dan terbang ke galaksi lain."
"Oh ia, kau tahu Pegasus?" Kataku lagi. "Ia adalah kuda yang memilki sayap dan mampu terbang jauh berhari-hari. Pegasus itu kuda jantan yang diciptakan Poseidon dari buih ombak. Ada juga rumor yang mengatakan dia anak Poseidon dan Medusa. Dulunya Medusa adalah perempuan yang cantik, sangat cantik. Tapi karena ulah Poseidon itulah ia dikutuk oleh Athena menjadi semenyeramkan sekarang. Mengapa perempuan yang selalu menjadi korban?" Ocehku kali ini.
"Aku tahu Pegasus." Katamu menanggapi ocehanku.
"Benarkah?" Tanyaku kurang percaya.
"Ya." Jawabmu. Kau tersenyum jahil dan kemudian berkata, "Pegasus terletak di belahan Utara. Pegasus adalah salah satu dari delapan-puluh-delapan Rasi Bintang Modern, dan juga satu dari empat-puluh-delapan rasi bintang yang didaftar oleh Ptolemy."
"Aha, Ptolemy!" Kataku sedikit kesal. "Ptolemy seorang penyihir yang hebat dan sangat dihormati. Dia sangat ahli dalam cabang ilmu sihir Astronomi dan Arithmancy. Dia hidup di Alexandria, Mesir, pada abad kedua Masehi. Penyihir Mesir memang hebat!"
*****
Hari ini aku sangat merindukanmu. Aku semakin kalut dengan ketiadaan bintang yang mampu mengobati sedikit rinduku. Bukankah kau berjanji akan selalu mengawasi malamku? Aku ingin melepaskan kesedihanku dengan menangis sekeras-kerasnya tapi aku masih di sini, di atas pete-pete yang melaju sangat lambat. Macet. Makassar sudah macet, tahukah kau? Dapatkah kau melihat kami dari atas sana?
Setetes, dua tetes dan akhirnya tangis ini tidak dapa terbendung lagi. Aku berusaha menyembunyikannya dari pandangan orang-orang, dan mencoba menghapus air mata yang terus mengalir. Aku ingat kau berkata tidak suka melihatku menangis, kau ikutan sedih jadinya. Maaf... Tapi bisakah kau sedih di sana? Mengertikah kau dengan perasaan orang-orang yang kau tinggalkan? Dan mengapa, dulu didepanku kau selalu bertingkah sehat? Mengapa kau tidak memberitahuku perihal penyakitmu? Mengapa kau tidak menyiapkanku menghadapi hal ini? Mengapa, mengapa, dan mengapa? Aku membencimu!
Aku hanya ingin melihat satu bintang hari ini, bintang yang akan mengobati rinduku, yang menghapus kebencianku. Bintangku. Kamu. Polaris
*****
Kemudian aku mengingat saat kita berdua di pulau itu. Dimana kita memasang kemah di pantainya, agak jauh dari batas pasang-surut air laut, dan memandangi kota Makassar dari kejauhan. Kau kemudian menghamparkan sarung di pasir pantai dan mengajakku berbaring menatap angkasa, mengenalkan duniamu. Kita pun terdiam menatap hamparan gemintang dan saling menikmati kebersamaan masing-masing, kau menggenggam tanganku erat.
Perlahan deburan ombak dan hembusan angin mulai meninabobo-kan ku. Kau tiba-tiba menunjuk ke angkasa, mengagetkanku, membuat mataku kembali awas.
Kau menunjuk sebuah bintang dan berkata, "Lihatlah bintang paling terang di Rasi Ursa Minor itu. Namanya Polaris, kadang orang menyebutnya Bintang Utara atau Bintang Kutub. Karena perputaran Bumi dari barat ke timur membuat langit seolah-olah berputar dari timur ke barat, sehingga Kutub Utara Langit, seperti Kutub Utara Bumi, diam tak bergerak. Polaris, yang letaknya di dekat Kutub Utara Langit hanya membuat lingkaran kecil disekelilingnya, sehingga Polaris kelihatan selalu berada di tempat yang sama. Selalu di utara."
"Hmmmm..." Ujarku mengantuk.
" Jika suatu saat aku harus pergi, ingatlah aku akan tetap ada. Aku adalah Polaris yang akan selalu menemani malammu. Bersinar terang di Utara. Menjagamu dari kegelapan, dan petunjuk arahmu jika kau tersesat. Jika suatu saat kau merindukanku, cukuplah memandang ke Utara, aku ada di sana."
12 Comments
bagus... btw, pete-pete apaan yak? Froggy taunya pete buat dimasak hehehe
ReplyDeleteFroggy: Gy kan dulu dah pernah tanya dan saya jawab u.u Pete-pete itu sebutan untuk angkot di Makassar ^^ Semacam mikrolet gitu~
DeleteMakasih ya ^^
tulisan ini bukan cuma soal rindu. tapi ilmu, mungkin saya menyebutnya rindu yang ilmiah :)
ReplyDeletedhek, aku sabtu transit di makassar lumayan lama loh, dari jam 5an dah landing, baru jam 1 mlm terbang lagi kita gak ketemuan gitu? :D
ReplyDeleteplease email me
eh lupa, emailku grandiszendy@gmail.com
ReplyDeletesalam kenal mba :D
ReplyDeletekalo lihat bentuknya kayak big dipper ya dwee ... biasanya gak terlihat sih di Indonesia
ReplyDeleteBlackbox: Haha rindu yang ilmiah~ kalimatnya enak didengar :p makasih ya ^^
ReplyDeleteGerandis: Sipp mas kita kontak-kontakan lagi pas hari sabtu ya ^^
Senja: Met kenal juga ^^
Ulan: Makasih :)
Mbak Hany: Iya mbak bentuknya sama dengan big dipper (ursa mayor), tapi ini ukurannya lebih kecil :) nah rasi ursa minor ini kelihatan di Indonesia dan menjadi petunjuk arah nelayan tradisional karena selalu berada di utara ^^
akhirnya :)
ReplyDeleteKeren, Nan! Galau ilmiah! XD
ReplyDeleteSaran aja nih, banyak orang yang nggak ngeh pete-pete itu apa, alangkah baiknya kalau kamu jelaskan sedikt :))
Bagus sekali mbak. Perpaduan astronomi dan mitologi. Tak sabar menanti cerpen berikutnya :D
ReplyDeleteKuroi: Akhirnya ^^
ReplyDeleteJun: Jiahahaha galau ilmiah :p eh ia deh, lain kali kalo “pete-pete”-nya digunakan lagi aku jelasin deh ^^
Mas Eka: Makasih mas ^^ nantikanlah :p hahaha
Terimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.