Sudah lama aku berada disini, semenjak kapan tepatnya aku sudah tidak mengingatnya lagi. Tidak ada yang memperhatikan atau cukup peduli dengan keberadaanku, aku pun begitu. Sekedar berdiam diri disudut ruangan dan mengamati orang-orang yang berlalu lalang disekitarku. Duduk memeluk lututku dan mengawasi hiruk pikuk dunia. Dunia yang lumayan kejam terhadapaku.
Terkadang aku memang merasa kesepian dan ingin berinteraksi dengan mereka. Hanya saja beberapa kali mencoba menyapa, mereka tidak menghiraukanku bahkan memandangiku pun tidak. Membuat nyaliku ciut. Begitu tidak berharganyakah diriku? Mugkinkah manusia sekarang sudah begitu sombongnya? Tidak ingin berbincang dengan gadis kecil di sudut ruangan? Akankah sekali lagi aku akan sendirian?
Dulu aku selalu sendirian. Aku tidak dapat bermain dengan anak-anak seusiaku karena seringnya berpindah-pindah tempat. Aku sendirian! Tapi aku tidak mengeluh, aku lebih suka sendirian daripada bersama ayahku. Kuberitahu kau, dia jahat! Sangat jahat! Aku begitu takut jika dia telah pulang. Dengan badan berbau busuk alkohol, dia sering memukuliku dan menindihku. Rasanya sakit sangat sakit. Tangannya yang kasar dan bau nafasnya yang memuakkan membuatku menangis dan menjerit. Tapi itu tidak membantu, hal itu terjadi terus-menerus, berhari-hari hingga suatu ketika aku tidak lagi merasakan apa-apa. Hanya ketakutan.
Dan di sinilah aku. Entah sejak kapan. Oh ia, mungkinkah kau pernah melintas di tempatku? Jika ia jangan lupa menyapaku tapi ku harap kau bukan laki-laki. Aku takut dengan laki-laki, terutama ayah. Aku gadis kecil yang duduk memeluk lutut disudut ruangan. Rambutku hitam bak kayu eboni dan di kepang dua, gaunku berwana merah selutut, sepatuku berwarna hitam dengan kaos kaki berenda berwarna putih. Jangan lupa menyapa dan tersenyum kepadaku dan ayo kita bermain
Terkadang aku memang merasa kesepian dan ingin berinteraksi dengan mereka. Hanya saja beberapa kali mencoba menyapa, mereka tidak menghiraukanku bahkan memandangiku pun tidak. Membuat nyaliku ciut. Begitu tidak berharganyakah diriku? Mugkinkah manusia sekarang sudah begitu sombongnya? Tidak ingin berbincang dengan gadis kecil di sudut ruangan? Akankah sekali lagi aku akan sendirian?
Dulu aku selalu sendirian. Aku tidak dapat bermain dengan anak-anak seusiaku karena seringnya berpindah-pindah tempat. Aku sendirian! Tapi aku tidak mengeluh, aku lebih suka sendirian daripada bersama ayahku. Kuberitahu kau, dia jahat! Sangat jahat! Aku begitu takut jika dia telah pulang. Dengan badan berbau busuk alkohol, dia sering memukuliku dan menindihku. Rasanya sakit sangat sakit. Tangannya yang kasar dan bau nafasnya yang memuakkan membuatku menangis dan menjerit. Tapi itu tidak membantu, hal itu terjadi terus-menerus, berhari-hari hingga suatu ketika aku tidak lagi merasakan apa-apa. Hanya ketakutan.
Dan di sinilah aku. Entah sejak kapan. Oh ia, mungkinkah kau pernah melintas di tempatku? Jika ia jangan lupa menyapaku tapi ku harap kau bukan laki-laki. Aku takut dengan laki-laki, terutama ayah. Aku gadis kecil yang duduk memeluk lutut disudut ruangan. Rambutku hitam bak kayu eboni dan di kepang dua, gaunku berwana merah selutut, sepatuku berwarna hitam dengan kaos kaki berenda berwarna putih. Jangan lupa menyapa dan tersenyum kepadaku dan ayo kita bermain