Gadis Jeruk
April 11, 2012
GADIS JERUK:
SEBUAH DONGENG TENTANG KEHIDUPAN
Diterjemahkan dari The Orange Girl
Karya Jostein Gaarder
@ Jostein Gaarder 2003
Terbitan Phoenix House, London
Hak terjemahan bahasa Indonesia pada Penerbit Mizan
Penerjemah: Yuliana Liputo
Penyunting: Andityas Prabantoro
Desain Sampul: Andreas Kusumahadi
All rights reserved
Edisi Gold
Cetakan II, Oktober 2011
252 halaman
Diterbitkan oleh Penerbit Mizan
PT Mizan Pustaka
“Aku mesti mengajukan pertanyaan yang serius kepadamu, Georg, dan itulah sebabnya aku menulis. Akan tetapi, agar mampu mengajukan pertanyaan ini, pertama-tama aku harus menyampaikan cerita sedih yang telah lama kujanjikan kepadamu tadi.
Aku sudah berniat untuk menceritakan kepadamu kisah Gadis Jeruk suatu waktu nanti, semasa kau hidup. Hari ini—maksudku pada saat penulisannya—kamu terlalu muda untuk mengerti cerita itu. Oleh karena itu, cerita ini menjadi semacam warisan kecil buatmu. Ia harus diam menunggu hari yang lain dalam hidupmu.
Kini, hari tersebut telah tiba.”
Bagaimana perasaanmu jika mendapat surat seperti di atas dari ayah mu yang meninggal sebelas tahun yang lalu? Bingung? Sedih? Marah?
Buku ini bercerita tentang Georg Roed yang pada usianya yang ke-15 tahun ia mendapatkan surat dari ayahnya yang telah meninggal sebelas tahun yang lalu. Ternyata selama ini surat tersebut tersembunyi di balik pelapis kereta dorong miliknya ketika kecil.Tidak sengaja, neneknya yang masuk ke gudang menemukan surat tersebut. Betapa ajaibnya kereta dorong itu tidak dibuang, dijual, atau bahkan diberikan kepada orang lain. Bayangkan berapa besar kemungkinan dia tidak akan pernah membaca surat dari ayahnya tersebut
“Pada akhirnya surat akan selalu sampai ke alamat tujuannya.”
Ayah Georg meninggal ketika ia berusia empat tahun. Ia sama sekali tidak memiliki kenangan tentang ayahnya di memorinya, kecuali dari foto-foto dan video ayahnya yang diperlihatkan neneknya. Bayangkan betapa terkejutnya ia ketika menerima surat tersebut. Perutnya terasa kejang. Sepucuk surat dari ayah benar-benar terdengar formal, nyaris seperti sebuah wasiat. Apalagi ditambah fakta bahwa ia tidak yakin bisa mengingat ayahnya.
Saat membaca surat tersebut, Georg tidak habis pikir mengapa ayahnya, di kala menjelang wafat, memutuskan untuk menuliskan kisah cintanya dengan seorang gadis misterius. Si Gadis Jeruk, demikian ayahnya menyebut gadis tersebut. Siapa sebenarnya si Gadis Jeruk itu? Dan mengapa pula ayahnya menanyakan kabar Teleskop Ruang Angkasa Hubble?
Di surat tersebut ayahnya menggambarkan betapa besar dan dalamnya cintanya kepada si Gadis Jeruk. Ayahnya seperti menceritakan sebuah kisah dongeng dimana dia dan si Gadis Jeruk menjadi tokoh utamanya. Bermula pertemuan tak sengaja di sebuah trem, saat ayahnya melihat perempuan cantik yang memeluk kantong kertas besar penuh dengan jeruk, pencarian perempuan tersebut di seluruh toko buah, pertemuan di gereja, hingga ke Spanyol, tempat jeruk itu tumbuh…
Lalu dimana ibu Georg saat itu? Dimana Si Gadis Jeruk sekarang? Apakah dia dilahirkan dengan cinta? Apakah ibunya masih mencintai ayahnya? Lalu bagaimana dengan Jorgen, ayah tirinya, dan Miriam adik tirinya? Pertanyaan-pertanyaan itu menghantui Goerg saat membaca surat ayahnya. Ia mengurung dirinya di kamar, hingga selesai membaca surat ayahnya.
Melalui surat itu, Georg sedikit demi sedikit mulai mengenal dan memahami ayahnya. Ia bahkan mengingat sebuah momen tak terlupakan bersama ayahnya, duduk di beranda memandangi bintang-bintang bersama. Melalui surat itu pun, Georg “berinteraksi” dengan sang ayah.
Sepanjang isi buku ini, bersama Georg, kita akan diajak menjelajahi sebuah dunia yang di dalamnya kehidupan nyata dijalani seperti dalam dongeng. Dari sebuah kisah cinta, beralih ke perenungan tentang alam semesta, sampai pada pertanyaan filosofis tentang hidup, akhirnya mungkin kita pun bisa menjawab pertanyaan ayah Georg: sebuah pertanyaan yang sangat penting bagi hidup kita.
“Apa yang akan kau pilih, Georg, jika ada sebuah kekuatan yang lebih tinggi memberimu pilihan?
Akankah kamu memilih untuk tinggal di bumi pada suatu tempat tertentu, entah untuk waktu yang singkat atau panjang, dalam seratus ribu atau seratus juta tahun?
Atau akankah kau menolak untuk ikut dalam permainan ini karena kamu tak menyukai peraturannya?
Aku bertanya lagi: apa yang akan kamu pilih seandainya kamu punya kesempatan untuk memilih? Akankah kamu memilih hidup yang singkat di bumi kemudian dicerabut lagi dari semua itu, tak pernah kembali lagi? Atau, apakah kamu akan berkata tidak, terima kasih?
Georg! Aku punya satu pertanyaan terakhir: bisakah aku memastikan bahwa tidak ada kehidupan setelah kehidupan ini? Bisakah aku benar-benar yakin bahwa aku tidak akan berada di tempat lain ketika kamu membaca surat ini?”
*****
Satu lagi karya Jostein Gaarder yang membuatku jatuh cinta! Gadis Jeruk! Tidak seberat Dunia Sophie, tapi tetap menggelitik pikiran dan menyimpan banyak kejutan.
Rasanya saya pun bisa mengerti kekecewaan sang ayah yang harus “di hempaskan” dari negeri dongengnya, di bawah pergi dari kebahagiaan yang rasanya hanya sekejap saja ia rasakan. Buku yang bagus untuk bacaan keluarga, saya menikmati setiap lembarannya.
2 Comments
Froggy udah baca buku iniii....
ReplyDeletefroggy: Bagus ya gy ceritanya :)
ReplyDeleteTerimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.