Dear Mbak Dee…
Begitu banyak pertanyaan dan pernyataan kekaguman ku kepada mbak yang ingin kutuliskan di surat ini, sampai saya bingung harus menuliskan apa terlebih dahulu…
Mungkin aku bisa dibilang penggemar baru mbak. Novel pertama mbak Dee yang saya baca adalah “Rectoverso”, kumpulan kisah di Rectoverso itulah yang membuat saya pertamakali jatuh cinta dengan mbak. Gaya penulisan mbak yang sering menggunakan sudut pandang orang pertama tunggal serta kecerdikan mbak meramu cerpen, lagu, dan gambar dalam satu novel, membuat hati ini terpikat dan terkagum-kagum.
Dari 11 kisah di Rectoverso, saya paling menyukai kisah; Aku Ada, Hanya Isyarat, Peluk, dan Firasat.
Kemudian novel kedua mbak yang saya baca, “Perahu Kertas”. Sebelumnya saya sudah lama mendengar tentang novel ini, yang memang diluncurkan pertamakali dengan versi ebook (Ahh.. Semoga istilahnya tepat) tapi, saya baru membacanya ketika telah dicetak di atas kertas. Kisah sederhana tentang anak manusia yang berusaha berpegang teguh dan percaya akan mimpi-mimpi mereka. Cerita yang indah, dibalut kisah percintaan yang manis. Aku begitu menyukai karakter Kugy. Kugy membuatku kembali teringat akan mimpiku, yang sama dengan dirinya; menjadi seorang penulis cerita anak-anak. Menamatkan Perahu Kertas, aku berjanji pada diriku sendiri agar kembali mempercayai mimpiku, kembali mencoba menulis cerita anak-anak, dan berusaha menerbitkannya.
Terimakasih Kugy… Terimakasih untuk semangat yang ditularkannya kepadaku. Terimakasih Mbak Dee, terimakasih untuk tulisannya yang menginspirasi.
Rasanya saya sudah tidak sabar lagi untuk menonton film Perahu Kertas! Saya penasaran siapa yang memerankan Kugy dan Keenan. Saya pernah loh mbak berangan-angan memerankan Kugy! Dan semoga filmnya tidak mengecewakan, banyak film yang diangkat dari buku tapi malah membuat ceritanya menjadi jelek dan ngawur. Semoga itu tidak terjadi di Perahu Kertas ini.
Dan novel terakhir mbak yang saya baca adalah “Madre”. Seperti dua novel sebelumnya, saya juga menyukai buku mbak yang ini. Dan saya semakin jatuh cinta dengan mbak. Saya bertekad segera membaca karya mbak yang lain, Filosofi Kopi dan Supernova. Di Madre ini, saya sangat suka dengan kisah; Semangkok Acar untuk Cinta dan Tuhan, Percakapan di Sebuah Jembatan, dan Menunggu Layang-layang.
Mbak Dee…
Pernahkah mbak menghadapi situasi dimana mbak tidak mampu fokus untuk menyelesaikan sebuah tulisan? Ide untuk menulis cerita lain malah memasuki benak mbak sehingga mbak mau tidak mau harus meninggalkan tulisan yang semula dan mengerjakan tulisan yang lain. Bagaimana mbak menyikapinya?
Terakhir Mbak Dee…
Terimakasih untuk semua karyanya. Terimakasih karena sudah menghadirkan novel-novel yang memuaskan untuk dibaca. Terimakasih karena telah menginspirasi saya. Dan kapan mbak membuat buku cerita anak-anak? Saya Menantikannya.
Dari Dwi Ananta Sari