Kerakusan, Ketamakan, dan Iri Hati

November 13, 2011


Mungkin semua bermula ketika melihat manusia-manusia lain lebih beruntung darinya. Perlahan dan pasti, bibit-bibit iri hati bertunas dan tumbuh.
Ketika keinginan dan usaha yang ia lakukan membuahkan hasil dan kedudukannya mengalami perbaikan sehingga ia setara dengan “manusia-manusia yang beruntung” itu. Perasaan ingin lebih berkembangbiak.
Dan ketika ia telah melebihkan derajatnya dari manusia yang lainnya, perasaan superior menguasainya. Sombong muncul. Rasa istimewa membuatnya mengharapkan lebih, lebih, dan lebih lebih dari manusia lainnya.

Begitulah cerita ini pada mulanya; Manusia dengan segala kerakusannya!

Merasa tak pernah cukup dan tak pernah bersyukur.
Iri hati, kerakusan, dan ketamakan menghitamkan hatinya dan menggrogotinya dari dalam. Menutupi tabir. Membuatnya mengsyahkan dan menghalalkan segala cara.

Ia tidak lagi peduli saudara, keponakan, cucu, bahkan istri dan anaknya siap ia korbankan demi mencapai keinginannya dan menggapai kepuasan hatinya. Ataukah ia memang tidak pernah peduli? Sedari awal mereka memang dipersiapkan untuk menjadi tumbal?

HEY SI MANUSIA TAMAK!
Sesungguhnya apa yang engkau cari di dunia ini?
Ketika jasad mulai membusuk dimakan waktu, jiwa pun telah engkau perdagangkan dengan iblis, bahkan Sang Kekasih kau kedokkan dari bibirmu yang kotor. Apa yang tersisa dari dirimu selain KESIA-SIAAN?!!

HEY SI GELAP HATI!
Bahagiakah kau sekarang dengan hak-hak manusia lain yang telah kau rampas?
Kemanakah semua itu akan membawamu?
Hilang tak berbekas.
Bukankah kau telah ditunjukkan dari hasil kejahatanmu selama ini?! Kau sekarang tak memiliki apa-apa, mengemis dari manusia-manusia yang kau sakiti dengan teluhmu. Sambil menerima belas kasihan dari mereka, kau membisikkan mantramu dari hati yang terbalut dengki.

HEY KAWAN IBLIS!
Tidakkah kau juga sadar?

You Might Also Like

4 Comments

  1. entitas itu yang selalu melekat, setua peradaban manusia...

    menarik postingannya...

    ReplyDelete
  2. tamak,rakus,sombong,iri & baik adalah sebuah perilaku yang saling berdampingan jalannya
    tapi bagaimana semua perilaku tsb menjadi pilihan kita sekarang dan kedepan

    ReplyDelete
  3. Namanya juga manusia, ga pernah puas. Itu akibatnya karena nggak pernah bersyukur. Coba klo apa-apa tuh disyukuri, pasti bakal kerasa cukup terus.

    ReplyDelete

Terimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.