Demi terangnya waktu pagi. Demi malam tatkala sunyi. Tuhanmu tidak meninggalkanmu dan tidak pula membencimu. Sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan. Dan, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu lalu hatimu menjadi puas. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu? Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. Maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang terhadap anak yatim. Dan terhadap orang yang minta-minta maka janganlah kamu menghardiknya. Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka siarkanlah (Q. 93: 1-11).
Kemarin, tanggal 24 April 2011, saya akhirnya menyaksikan pertunjukan teater tari dan musik yang mengangkat kisah dari Sureq Galigo. Bertempat di Benteng Ujung Pandang dan berdurasi dua setengah jam non stop, sukses membuat saya berurai air mata menyaksikannya. Saya tau, pasti banyak penonton yang tidak mengerti dari pertunjukan tersebut, wong pertunjukannya monolog hanya gerak tubuh dan sinrili'. Telah lama kunantikan pergelaran ini, semenjak sepupuku menontonnya di Paris nun jauh disana. Heran juga sebenarnya, kisah ini merupakan warisan suku Bugis tetapi namanya jarang terdengar, bahkan telah banyak yang mulai melupakannya. Cobalah bertanya kepada ABG sekarang, adakah yang mengenal I La Galigo, BataraGuru, dan Sawerigading???
Beruntunglah saya sekali lagi terlahir disebuah keluarga yang tak melupakan warisan. Kisah ini telah sering dikisahkan kepada kami dan berhubung saya juga orang yang mencintai "mitologi", maka saya semakin tak sabar menantikan pertunjukan ini. Dan akhirnya....
Naskah La Galigo yang dipamerkan.
Untuk yang tidak mengetahui kisah Sureq Galigo, maka isinkan saya mengutip dari selebaran cerita yang dibagikan sebelum pertunjukan;
"Sureq Galigo, juga dikenal sebagai La Galigo, adalah hikayat asal muasal orang Bugis. Hikayat ini mulainya berkembang sebagai cerita lisan yang dikisahkan banyak pendongeng dari beberapa generasi sebelum abad ke-14, ketika kemudian aksara Bugis asli dibuat dan hikayat ini mulai dituliskan. Sekarang ini La Galigo hadir dalam bentuk lisan maupun tulisan yang saling mempengaruhi selama berabad-abad. Ada 100 lebih naskah yang diketahui dengan panjang 6000 lebih halaman folio sehingga menjadikan Sureq Galigo, barangkali, teks terpanjang di dunia, lebih panjang dari Mahabrata.
Kisah bermula pada masa Luwuq prasejarah, kerajaan yang dipandang sebagai asal mula kebudayaan Bugis, dan bergerak ke banyak tempat sepanjang Sulawesi dan luar Sulawesi. Pokok cerita adalah pentingnya silsilah yang memicu sebagian besar petualangan gila-gilaan tokoh-tokoh utamanya dalam upaya mereka menemukan dan menikahi orang yang setara dengan darah putih ningrat mereka. Silsilah Sureq Galigo dimulai dengan dewa-dewa Dunia Atas dan Bawah yang mengirimkan salah seorang anak mereka mengisi Dunia Tengah. Ratusan petualangan, perang, upacara, sabung ayam, kisah cinta, pernikahan yang rumit yang tercantum di hikayat ini mencangkup enam generasi keturunan mereka. Di akhir cerita, para dewa mengumpulkan keturunan mereka di Luwuq, dan mengirim mereka ke Dunia Atas dan Bawah. Permukaan Dunia Tengah dikosongkan dan disucikan, dan tindakan-tindakan yang merupakan awal hikayat diulangi. Anak-anak tokoh utama hikayat dikirim dari Dunia Atas dan Bawah untuk mengisi sebuah dunia baru. Hanya kali ini, gerbang ke Dunia Atas dan Bawah ditutup dan dikunci selamanya, kehidupan dunia baru ini, dunia yang kita kenal sekarang, mulai, namun tanpa campur tangan lagi dari para dewa."
Berhubung saat pementasan saya terlalu terpesona sehingga melupakan untuk mengabadikannya dalam sebuah foto, jadi tak ada satu pun foto yang memperlihatkan tentang pertunjukan tersebut. Hanya sebelum dan sesudah pementasan saja. Berikut beberapa fotonya:Takut berdesakan masuk, dari jam 5 udah ada di tempat.
Badi' dan alat untuk membaca naskah lontara yang turut dipamerkan
Memandang foto-foto pertunjukan terdahulu.
Menunggu pintu dari museum terbuka untuk menuju ketempat pertunjukan.
Akhir pertunjukan. Para pemain.
Singgah makan Mie Awa'. Yummy...
Sedikit menyeramkan bukan? Aku kadang bermimpi dan menghayalkan tentang bocah gelap yang menangis dipojokon kamar. Ia sepi, sendiri, dan membutuhkan pelukan seorang ibu.
Gambar ini menggunakan pensil, pensil warna, spidol, dan sedikit sapuan cat air. Tapi karena gak tau pake cat air, gambarnya malah berantakan :p
Aku memandang sosok mu yang terpampang di layar kotak persegi empat di depan ku. Ya itu kau, bukan sekedar hayalan ku saja. Kau terlihat lebih matang dan tetap setampan dahulu, bahkan lebih dengan bertambahnya usia mu. Kau sudah terkenal rupanya. Kupandang putri kita yang sedang asik menggambar dengan ayahnya, "Akankah ia mewarisi bakat mu?" Bisik ku dalam hati.
Tahukah kau? Penginapan tempat mu menginap saat berada disini hanya tersisa bangunan tua tak terurus. Tanaman merambati setiap senti dindingnya, jendelanya telah menjadi keping-keping, dan pintunya telah lama raib. Kelelawar serta tikus telah menempatinya sebagai hak milik. Kakek dan nenek pemiliknya sudah tiada, sang pewaris tak menginginkan penginapan tua ditempat terpencil ini; maka ia membiarkan waktu menghancurkannya.
Aku ingat pertemuan pertama kita, selalu mengingatnya.
Kau datang ketempat ini dengan misi menenangkan diri, menyepi dari hiruk pikuk kota dan paksaan dari orangtua mu yang menentang bakat mu, setidaknya itulah yang kau katakan pada ku. Bermodal kenekatan dan tabungan yang kau miliki, kau kabur membawa mimpi-mimpi mu kesini. "Aku mencintai desa yang tenang dan indah ini", kata mu saat itu. Ah ya... kita bertemu pertama kali saat aku mengantar pesanan makanan untuk penginapan itu. Kau membantu ku yang kepayahan membawa bungkusan makanan. Lalu pertemuan-pertemuan selanjutnya dan selanjutnya. Semuanya terparti dalam otak ku. Ingatkah kau dengan ku?
Aku memandang mu layaknya seorang pangeran yang datang dari negeri antah berantah. Kau menjadi candu untukku. Bersamamu semuanya seakan melayang dan sempurna. Gadis desa sepertiku tak mampu menolak pesona mu. Dikamar penginapan itu, jauh dari pandangan orang-orang, kau sering mendongeiku tentang mimpi-mimpi mu, harapan-harapan mu, dan tentang kita. Tentang rumah yang akan kita miliki dan anak-anak yang akan meramaikan rumah itu.
Dunia serasa gelap saat kau pergi tanpa ucapan selamat tinggal atau secarik pesan pun. Kau bagai hilang ditelan kegelapan itu. Dihari yang sama saat aku menyadari kehamilan ku. Langit seakan runtuh dikepala ku. Meninggalkan kehawatiran dan kepala yang semakin sakit ditengah pikiran yang menjalin kusut. Apa yang dapat dilakukan gadis desa sepertiku saat menghadapi kejadian ini? Ditengah sebuah desa yang berpegang kuat akan normanya?
Jawaban itu atau mungkin jalan termudah kuraih datang dari dia. Dia yang merupakan kakak sahabatku. Yang telah menyimpan rasa teramat dalam pada ku. Dia melamar ku seminggu setelah kepergian mu. "Apakah ini jalan keluar untuk permasalahan ku?" Tanya ku saat itu. Telah seminggu aku dicekam ketakutan dan kabar darimu pun tak kunjung datang. Aku panik! Aku menggapai sebuah jalan termudah yang dia ulurkan pada ku. Meskipun malam-malam selalu terasa sangat panjang dan menyiksa ku pada kerinduan tentang mu.
_Makassar, Senin 11 April 2011
12.33 am
Kalian ingat curhatan ku yang "Rencana Pun Batal" ???
Akhirnya........... Aku merasakannya dilidah ku!!!!! Setelah perjuangan yang teramat melelahkan *oke ini lebay*
Akhirnya........... Aku merasakannya dilidah ku!!!!! Setelah perjuangan yang teramat melelahkan *oke ini lebay*
Inilah dia COTO NUSANTARA!!!
Coto paling enak di Makassar versi Dwi Ananta Sari
Tak terasa sudah hampir dua minggu aku mengikuti les menjahit. Tak jarang banyak teman ku yang bertanya "Untuk apa?", dan untuk menjawab pertanyaan mereka saya malas. Malas menerangkan. Intinya saya ingin bisa membuat baju bahkan pernak-pernik unik sendiri. Bermula dari berkunjung ke blog orang-orang kreatif ini; Oma Anna, Mbak Puri, Sew Stories, dan Pojok Utak Atik, saya terinspirasi untuk berkarya :p Kagum saya dengan mereka-mereka ini. Nah, bermodalkan keinginan mencipta barang yang unik seperti mereka dan kebetulan sedang banyak waktu luang, maka mendaftarlah saya di sebuah tempat kursus menjahit.
Awal April aku memulai les ku yang pertama. Mengukur dan membuat pola adalah hal yang pertama kali diajarkan. Membuat pola ternyata tak semudah yang kubayangkan, terlebih pola untuk sebuah baju. Padahal aku baru membuat baju kecil sebagai contoh. Sangat banyak kesalahan yang ku lakukan. Mulai dari salah menggunakan skala, salah mengukur, salah menghitung pembagian pola, hingga salah menggunting. Kesal rasanya, tak jarang aku harus mengulang dari awal karena kurangnya ketelitian ku. Terkadang habis kesabaran ku, hingga ingin menangis.
Sebenarnya aku memang orang yang paling tak bisa teliti di dunia ini. Semua pekerjaan yang kulakukan selama ini kukerjakan dengan cepat dan ringkas. Aku mudah bosan. Tak suka mengerjakan sesuatu tang monoton. Dalam hal kesabaran pun begitu. Lain hal dalam menyikapi hidup, aku bisa sabar. Tapi untuk mengerjakan pekerjaan yang lama, aku tak bisa. Tapi selama les ini, aku diajarkan bahkan dituntut untuk teliti dan sabar. Tak mudah awalnya, tapi berbuah manis setelahnya. Rasanya begitu membahagiakan bila pekerjaan ku tak salah lagi dan aku bisa melanjutkan ketahap selanjutnya.
Awal April aku memulai les ku yang pertama. Mengukur dan membuat pola adalah hal yang pertama kali diajarkan. Membuat pola ternyata tak semudah yang kubayangkan, terlebih pola untuk sebuah baju. Padahal aku baru membuat baju kecil sebagai contoh. Sangat banyak kesalahan yang ku lakukan. Mulai dari salah menggunakan skala, salah mengukur, salah menghitung pembagian pola, hingga salah menggunting. Kesal rasanya, tak jarang aku harus mengulang dari awal karena kurangnya ketelitian ku. Terkadang habis kesabaran ku, hingga ingin menangis.
Ini dia peralatan menjahit ku :D Penjahit pemula :p
Sebenarnya aku memang orang yang paling tak bisa teliti di dunia ini. Semua pekerjaan yang kulakukan selama ini kukerjakan dengan cepat dan ringkas. Aku mudah bosan. Tak suka mengerjakan sesuatu tang monoton. Dalam hal kesabaran pun begitu. Lain hal dalam menyikapi hidup, aku bisa sabar. Tapi untuk mengerjakan pekerjaan yang lama, aku tak bisa. Tapi selama les ini, aku diajarkan bahkan dituntut untuk teliti dan sabar. Tak mudah awalnya, tapi berbuah manis setelahnya. Rasanya begitu membahagiakan bila pekerjaan ku tak salah lagi dan aku bisa melanjutkan ketahap selanjutnya.
Baju contoh dan polanya.
Hari ini hujan pun tak lagi menjadi sahabat. Ia turun diwaktu tak tepat. Tiba-tiba deras dan menghanyutkan rencana. Sialnya, rencana itu telah kususun rapi tentang sebuah pertemuan dan santapan yang menitikkan air liur. Sudah sejak sore aku membayangkan merasakannya dilidahku. Mungkin tingkahku telah melebihi ibu hamil.
Sebenarnya tak ada masalah dengan hujan, toh kita masih bisa menerobos derasnya. Palingan kita cuma akan basah dan mungkin sedikit masuk angin. Tapi sayangnya dia tidak sependapat, maka batallah sudah...
Meninggalkan aku dengan bad mood dan perut yang keroncongan.
“Yahh... Manusia bisa berkehendak, Tuhan yang menentukan.”
_Selasa, 12 April 2011 8.45 pm
Sebenarnya tak ada masalah dengan hujan, toh kita masih bisa menerobos derasnya. Palingan kita cuma akan basah dan mungkin sedikit masuk angin. Tapi sayangnya dia tidak sependapat, maka batallah sudah...
Meninggalkan aku dengan bad mood dan perut yang keroncongan.
“Yahh... Manusia bisa berkehendak, Tuhan yang menentukan.”
_Selasa, 12 April 2011 8.45 pm
Bertemankan si hijau daun pisang, kamera poket sony ku tersayang, banyak foto-foto ku yang terabadikan di memory-nya. Terlalu banyak malah. Entah akan diapakan data-data tersebut. Tak ada tempat lagi untuk menyimpannya. Sedangkan untuk membuangnya rasanya sayang, sangat sayang. Ini dia beberapa fotoku yang sangat sayang rasanya jika dihapus :(
Tempat: Parkiran Rektorat UNHAS dekat Fakultas Sastra.
Edit: Saya dong :)
Foto: Salah satu teman ku, jelasnya siapa saya lupa u.u
Tempat: Penginapan di Malino
Foto: Dia "Fotografer pribadi ku :p"
Edit: Saya juga
Tempat: Hutan Pinus Malino
Foto: Masih dia :)
Edit: Masih saya juga :p
Foto dan Edit: Saya
Tempat: Hotel di Jakarta (Lupa nama hotelnya u.u)
Tempat: Akkarena
Edit: Saya Lagi
Foto: Dia... dia... dia.. :p