Dan kelak, di saat begitu banyak jalan terbentang dihadapanmu
dan kau tak tahu jalan mana yang harus kau ambil,
janganlah memilihnya dengan asal saja,
tetapi duduklah dan tunggulah sesaat.
Tariklah nafas dalam-dalam, dengan penuh kepercayaan,
Seperti saat kau bernafas di hari pertamamu di dunia ini.
Jangan biarkan apapun mengalihkan perhatianmu,
tunggulah dan tunggulah lebih lama lagi.
Berdiamdirilah, tetap hening, dan dengarkan hatimu.
Lalu, ketika hati itu bicara, beranjaklah
dan pergilah kemana hati membawamu...
_va dove ti porta il cuerodan kau tak tahu jalan mana yang harus kau ambil,
janganlah memilihnya dengan asal saja,
tetapi duduklah dan tunggulah sesaat.
Tariklah nafas dalam-dalam, dengan penuh kepercayaan,
Seperti saat kau bernafas di hari pertamamu di dunia ini.
Jangan biarkan apapun mengalihkan perhatianmu,
tunggulah dan tunggulah lebih lama lagi.
Berdiamdirilah, tetap hening, dan dengarkan hatimu.
Lalu, ketika hati itu bicara, beranjaklah
dan pergilah kemana hati membawamu...
ARRRRGGGGGHHHHHHH.............
SENPAI SIALAN!!!!
HARUSKAH AKU TUNDUK PADAMU???
APA KELEBIHANMU DARI KAMI???
SEHINGGA KAMI HARUS MENGIKUTISEGALA PERINTAHMU???
TAK ADA!!!!
KALIAN HANYA MAHLUK-MAHLUK BERFIKIRAN SEMPIT YANG
MERASA KEKERASAN MEMBENTUK PENGHORMATAN.
HORMATKAH KAMI PADAMU???
TIDAK
SENPAI SIALAN!!!!
HARUSKAH AKU TUNDUK PADAMU???
APA KELEBIHANMU DARI KAMI???
SEHINGGA KAMI HARUS MENGIKUTISEGALA PERINTAHMU???
TAK ADA!!!!
KALIAN HANYA MAHLUK-MAHLUK BERFIKIRAN SEMPIT YANG
MERASA KEKERASAN MEMBENTUK PENGHORMATAN.
HORMATKAH KAMI PADAMU???
TIDAK
Hidup memang indah bagi mereka yang tahu menggunakannya, dan bagi mereka yang punya cita-cita.
_Nyanyi Sunyi Seorang Bisu, Pramoedya Ananta Noer
_Nyanyi Sunyi Seorang Bisu, Pramoedya Ananta Noer
Penyabar mungkin satu kata yang tepat menggambarkanmu. Begitu sabarnya dirimu hingga bisa begitu lama menghadapiku. Pernahkah sedetik saja engkau merasa capek?
Merasa ingin mengakhiri semuanya?
Pernahkah?
Gadis itu berjalan pelan, kadang berhenti lalu menoleh ke belakang, seakan menanti sesuatu. Helaan nafasnya terdengar sangat berat…
Anak kecil di seberang sana menangis, merintih kelaparan. Suara tangisnya menyayat hati…
“Ibu… ibu… ibu…lapar bu! Mau makan ibu… huhuhu… lapar ibu!” Rintihannya tenggelam ditelan deru kendaraan.
Ibu Rani resah uang bulanan tidak mencukupi lagi. Sembako naik, BBM naik, uang komite sekolahmahalnya bukan main, belum lagi si sulung akan masuk kuliah tahun ini.
Pak Aman kebingungan. Gajinya sebagai buruh pabrik tidak dapat membantu perekonomian keluarganya. Saat pulang ke rumah dia disambut anak-anaknya yang bertanya bisakah mereka bersekolah lagi, disambut istrinya dengan senyum lemah dan mengabarkan rumah mereka akan digusur.
Sudah beberapa lama pemuda itu mengamati rumah di sana. Wajahnya menyiratkan kecemasan. Tapi…mengingat ibunya harus dioperasi dan adiknya harus membayar uang sekolah, dia memberanikan dirinya membobol rumah itu.
Dia..
Mengapa aku merindukan dia?
Mengapa aku menginginkan dia disini, disampingku.
Mengapa?
Apa hebatnya seorang dia?
Sehingga aku tak bisa sekejap pun lepas darinya…
Jauh darinya…