Anak Bukan Kertas Kosong
7:19 pm
Anak Bukan Kertas
Kosong
Oleh Bukik Setiawan
Editor materi: Dr.
Wiwin Hendriani dan Dwi Krisdianto, S. Psi
Editor bahasa: Gita
Romadhona
Penyelaras aksara:
eNHa
Penata letak: Erina
Puspita Sari
Desain cover: Dwi
Anisa Anindhika
Ilustrator isi:
Rangga Diyarto dan Wirawan Sukarwo
Penerbit PandaMedia
Imprint dari
GagasMedia
Cetakan pertama, 2015
250 hlm; 14 x 21 cm
Berpijak dari
pendidikan yang menumbuhkan, buku Anak Bukan Kertas Kosong akan mengajak
orangtua mengenali prinsip dan fase perkembangan bakat anak sejak usia dini
hingga menjadi mandiri. Anda akan diajak mengenali sikap dan peran orangtua
yang tepat dan dibutuhkan dalam proses pengembangan bakat anak.
Buku Anak Bukan
Kertas Kosong akan membongkar cara berpikir lama dalam mendidik anak sekaligus
menawarkan sebuah alternatif pendekatan pendidikan yang lebih manusiawi.
Konsep-konsep pendidikan dijelaskan dengan contoh dan perumpamaan yang
memudahkan dalam memahami konsep tersebut.
TEMUKAN APA YANG ANDA
BUTUHKAN DAN BERSIAPLAH MENYAKSIKAN ANAK ANDA TUMBUH MENJADI MANUSIA MANDIRI
YANG BAHAGIA.
Sungguh
senang mendapatkan buku ini secara gratis dari pengarangnya sendiri, meskipun
belum memilki anak, saya tertarik untuk membaca buku ini. Ya hitung-hitung
sebagai bekal ketika memiliki anak nantinya. Meskipun begitu, karena jarang
mereview buku non-fiksi, saya cukup lama baru dapat menyelesaikan review ini.
Saya bahkan tidak puas dengan hasil review ini >.< Semoga saja yang
membacanya bisa mendapatkan gambaran tentang isi buku ini ya~
Ada
sepuluh bab pada buku ini, bab pertama Tantangan Zaman Kreatif, kita diajak
mengenal apasih Zaman Kreatif itu serta apa saja tantangan-tantangan di zaman
kreatif itu. Kita diajak memahami zaman dimana anak-anak kita akan tumbuh besar,
tantangan apa yang akan mereka hadapi di luar sana dan bagaimana kita dan
anak-anak kita bisa survive menghadapinya.
Bab
kedua, Pendidikan yang Menumbuhkan, pada bab ini pengarang membukanya dengan
sebuah cerita tentang sebutir telur. Sebutir telur jika kita pecahkan, benih
kehidupan di dalamnya akan mati dan hanya berakhir menjadi telur goreng, kita
tidak akan menemukan seekor anak ayam (bebek, burung, terserahlah) jika
memecahkannya. Begitu juga jika kekuatan dari dalam telur itu tidak berhasil
memecahkan cangkangnya sendiri, dia akan mati dalam cangkangnya sendiri.
Dibutuhkan kemauan hidup yang kuat dari diri sendiri, agar anak ayam itu bisa
mengatasi tantangan yang membatasai dirinya. Lalu bayangkan jika telur itu
adalah anak kita, apakah kita akan memecahkan telur itu dari luar atau
menumbuhkan kekuatan dari dalam diri anak?
Sebagai
orang dewasa, kadang kita berlaku seolah lebih tahu dan lebih benar sehingga
membenarkan tindakan kita untuk memaksa anak. Anak-anak harus belajar begitu
banyak pengetahuan yang sama sekali tidak diminati anak. Dari sini pengarang
mengkritik sistem pendidikan konvensional yang berusaha mencetak anak menjadi
tenaga terlatih yang standar dan serupa. Tidak perduli apa minatnya, anak
dituntut untuk menguasai semua pelajaran sesuai yang diajarkan. Setiap anak
harus lulus dengan kriteria dan target yang sama. Tidak ada celah bagi
imajinasi dan kreativitas anak.
Lalu
seperti apa pendidikan yang menumbuhkan itu? Mengutip Ki Hadjar Dewantara,
bapak pendidikan kita, yang luar biasanya bertahun-tahun yang lalu telah mencetuskan ini; “Benih padi
tidak bisa menjadi tanaman jagung, benih jagung tidak bisa menjadi tanaman
padi. Pendidik bisa menuntun, tetapi tidak bisa mendikte apa yang sudah menjadi
kodrat anak.”
Untuk
bab tiga dan seterusnya saya tidak akan memaparkan apa saja yang terkandung di
dalamnya, silahkan membeli saja bukunya jika ingin mengetahui lebih banyak :p
Berturut-turut
dari judul setiap bab selanjutnya:
Bab
3. Anak Bukan Kertas Kosong
Bab
4. Belajar Seasik Bermain
Bab.
5. Setiap Anak Cerdas
Bab
6. Prinsip Mengembangkan Bakat Anak
Bab
7. Siklus Perkembangan Bakat Anak
Bab
8. Peran dan Sikap Orangtua dalam Pengembangan Bakat Anak
Bab
9. Delapan Aktivitas Orangtua yang Menumbuhkan Bakat Anak
Bab 10.
Panduan Awal Pengembangan Bakat Anak
Saya
menikmati membaca buku ini, meskipun di bab-bab terakhir saya agak kelimpungan
mengikutinya. Banyaknya informasi yang masuk di kepalaku sementara saya belum
memiliki anak untuk “mempraktekkannya” membuat saya mungkin mengalami kejenuhan
saat membacanya. Yahhh itu karena sayanya sendiri si memang ^^
Buku
ini disajikan dengan ringan, dengan font yang beragam dan beberapa berwana
pink, membuatnya enak untuk dilihat. Ilustrasi didalamnya juga menambah
keasikan membaca buku ini. Cuma seorang teman yang memiliki mata bermasalah
mengatakan kepadaku kalau font yang berubah-ubah itu membuat kepalanya sakit
tiap membaca buku ini.
Untuk
masalah membesarkan anak di buku ini saya tidak bisa berkomentar banyak
dikarenakan kurangnya pengetahuan saya tentang persoalan ini. Hanya saja saya
menyetujui bahwa mendidik anak dengan imbalan hadiah sangat tidak tepat. Bagi
saya cara itu hanya cocok diperaktekkan kepada hewan. Memberikan iming-iming
imbalan membuat anak nantinya akan mengerjakan sesuatu karena ingin mendapatkan
hadiah, bukan karena dia menyadari manfaat yang ia kerjakan. Anak akan menjadi
materialstik.
Lalu
saya sendiri tidak begitu setuju memperkenalkan anak begitu cepat dengan
internet, meskipun dizaman ini internet sudah menjadi gaya hidup. Hanya saja
saya kurang suka melihat anak kecil yang terikat dengan gedget dan youtube.
Tentu saja jika punya anak nanti, saya pun harus lebih sering menemaninya
bermain bukan sibuk sendiri dengan gedget saya. Dan jika anak yang masih SD
sudah memiliki akun media sosial, bagi saya itu terlalu berlebihan~
Pada
akhirnya, saya merekomendasikan buku ini untuk para orangtua atau pun calon
orangtua. ^^~
Bonus poster 8 kecerdasan majemuk anak |
3 komentar
Menarik. Saya coba cari ebooknya.
ReplyDeleteBeli ebooknya ya jangan download yang bajakan ^^
Deletenice review mbak :)
ReplyDeleteTerimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.