Akibat Membaca Saya Sakit Seminggu!
4:32 pm
Menghabiskan uang
bulanan dalam sehari karena berbelanja buku? Cek!
Rela tidak berbelanja
pakaian, sepatu, tas dan alat makeup demi membeli buku? Cek!
Mendekam di rumah bermingu-minggu
karena sibuk menamatkan timbunan buku dan tidak memiliki lagi uang sepeser pun?
Cek!
Lupa makan, tidur, dan
mandi karena buku? Cek!
Itu adalah sederet hal
gila yang biasanya kulakukan terkait buku. Semua bermula sedari saya kecil,
sewaktu saya bahkan belum bisa membaca. Orangtua saya, terutama Abah, sering
mencecoki saya dengan buku anak-anak. Awalnya saya jatuh cinta pada
ilustrasi-ilustrasi di dalamnya lalu saya terpesona pada kisah-kisah yang
dibacakan untukku disetiap ada kesempatan. Tapi saat itu saya belum jatuh cinta
pada buku itu sendiri, saya tidak merawat buku-buku pemberian itu dengan baik,
yang sangat saya sesali saat ini. Tidak jarang, karena gemas pada ilustrasinya,
saya pun mengguntingnya dan menjadikannya permainan bongkar pasang atau sekedar
saya tempel di tembok. Baru ketika duduk di kelas 3 SD, kecintaan saya pada
buku itu muncul. Saya pun mulai mengoleksinya. Tapi tetap saja, buku-buku itu
banyak juga yang hilang dan rusak apalagi jika dipinjam oleh orang lain (tolong itu yang meminjam bukuku dan belum dikembalikan hingga sekarang diharapkan sadar diri, sebelum rumahnya kudatangi).
Hal yang sangat gila
yang saya lakukan terkait buku adalah ketika saya duduk di kelas 2 SMP. Saya yang bersegera
mengunjungi toko buku sepulang sekolah demi mendapatkan seri ke lima Harry
Potter, Harry Potter and The Order Of Phoenix, harus menelan kepahitan karena
tidak diperbolehkan masuk ke mol (tempat di mana toko buku itu berada) karena
masih mengenakan seragam sekolah. Saya pun harus pulang untuk mengganti baju
terlebih dahulu. Barulah ketika malam saya diantar ke sana. Tanpa ragu saya pun
mengambil seri ke lima Harry Potter itu. Tapi tunggu... ada satu buku lagi yang
menarik perhatian saya. Eragon! Karangan Christopher Paolini. Saya pun
mengambilnya dan dengan dua buku itu bersegera menuju kasir... tapi... aduh ada
satu buku lain lagi yang menarik perhatian saya, Abarat. Tapi bagaimana ini?
Uang saya tidak cukup. Dengan membeli Harry Potter dan Eragon saja, sudah
dipastikan dalam sebulan ke depan saya harus menahan lapar di sekolah. Jika
turut membeli Abarat, dengan apa saya pergi ke sekolah? Berjalan kaki? Tentunya
tidak mungkin, jarak rumah dari sekolah sangat jauh. Maka saya pun dengan berat
hati meninggalkan Abarat tersebut dan hanya membawa pulang dua buku.
Dan di sinilah
kegilaannya dimulai, sesampai di rumah saya langsung merobek plastik segel
Harry Potter ke lima itu dan langsung membacanya... Tanpa mengganti baju saya
terus hanyut ke dalam ceritanya. Tidur? Tentu saja tidak. Saya hanya berhenti
membacanya saat ingin buang air kecil setelah itu melanjutkan membacanya
kembali. Ketika matahari mulai terbit saya menghentikan membaca kemudian mandi,
pakaian lalu berangkat ke sekolah (tanpa memejamkan mata sedikit pun). Tentu saja
buku itu saya bawa serta ke sekolah, padahal di sekolah sudah seminggu ini ada
razia tas. Komik maupun buku-buku selain buku pelajaran sudah banyak yang disita,
tapi entah hal apa yang merasuki saya, saya tetap membawa buku tersebut. Selama
di angkot, saya terus membaca hingga sampai di sekolah. Ketika pelajaran di
mulai, saya terus membacanya dengan meletakkannya di bawah meja, sebentara buku
pelajaran saya letakkan di atas meja dalam keadaan terbuka, yang menimbulkan
kesan seolah-olah saya sedang membaca buku pelajaran tersebut. Bahkan saat
waktu istirahat pun saya terus membacanya, ya selain itu memang saya tidak punya
uang lagi untuk jajan di kantin.
Begitu terus hingga bel
tanda berakhirnya sekolah berbunyi...
Saya mengemasi barang-barangku
lalu pulang. Saat diperjalanan menuju rumah saya menamatkan buku itu lalu
tertidur di atas angkot. Saya tertidur pulas dan dengan sukses melewatkan rumah
saya sehingga harus turun dan mengganti angkot yang ke arah sebaliknya.
Di rumah saya
menyempatkan mengganti baju dan makan lalu membuka segel plastik Eragon. Tanpa
terduga, saya tenggelam begitu dalam pada kisahnya sehingga pola membaca Harry
Potter terulang. Saya tak bisa meletakkannya hingga menamatkannya. Saya
samar-samar masih mengingatnya, Eragon saya tamatkan ketika azan subuh
berkumandang di mesjid. Alhasil? Kepala saya sakitnya luar biasa, seakan-akan ada bel yang berbunyi nyaring di kepala saya dan dengan
sukses selama seminggu ke depan saya demam tinggi. Sempat orang rumah mengira
saya terjangkit DBD, tetapi setelah dibawa ke dokter, dokter mengatakan bahwa
saya terlalu capek. Hihihihi...
Dan apakah saya tobat
membaca gila-gilaan seperti itu?
Awalnya ia, tetapi saat
kelas 3 SMA pola yang sama terulang lagi. Jauh hari saya sudah mem-PO buku
terakhir Harry Potter (Ia, kali ini karena buku Harry Potter lagi) dan saat
buku itu terbit saya pun langsung mengambilnya di toko buku. Dalam perjalanan
pulang saya sudah mulai membacanya, terus membacanya hingga matahari pagi
terbit. Dan... saya sakit lagi selama seminggu, kini ditambah dengan diare dan
muntah-muntah... Padahal saat itu sudah mendekati ujian akhir... Duh!
0 komentar
Terimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.