#20FactAboutMe
12:00 pm
Kemarin malam, saat
pulang dari jalan-jalan, saya mengecek notifikasi grup #Jumatulis yang bejibun.
Awalnya saya sempat tidak mengerti apa yang sedang mereka perbincangkan,
setelah scroll dengan tertatih-tatih, akhirnya saya mengerti. Adalah seorang
bapak-bapak bernama Ijul yang sangat kurang kerjaan mentag kami perihal
#20FactAboutMe yang lagi heboh-hebohnya di instagram itu. Sebenarnya saya cukup
berduka karena di instagram tidak ada satu pun followers saya yang berjumlah
368 itu mengingatku. Apakah kini kepopuleranku berkurang? Apakah kini para
pemujaku meninggalkanku?!! #plak
Tapi setelah
dipikir-pikir, di tag di blog itu jauh lebih menyenangkan... terimakasih
untuk Pak Ijul!!! Saya bisa cuap-cuap panjang memperkenalkan diriku kepada
khalayak ramai. Saya sudah bosan selama ini bersikap sok misterius dan mungkin
karena itu juga, karena begitu sulitnya menggali informasi tentang diriku, para
pengagumku pergi meninggalkanku... jengjengjeng... bah! Ini apaan si?!!
Hihihi... tulisan tentang diri saya ini, secara langsung membuat saya semakin
dekat dengan diriku sendiri. Membuat saya semakin mengenal siapa saya. Bukankah
ada sebuah hadis yang meriwayatkan, “Siapa mengenal dirinya pasti mengenal
Tuhannya”?!! (Jangan tanya ini hadis yang diriwayatkan oleh siapa, jika
penasaran, silahkan tanya kepada guru agama kalian masing-masing, saya tidak
punya kemampuan untuk menjawabnya). Jadi... inilah saya...
1.
Namaku Dwi Ananta Sari.
Shakespeare
berkata dalam naskah dramanya yang begitu terkenal, Romeo Juliet;
“What’s in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet”.
Saya pribadi
sepaham sekaligus tidak sepaham tentang hal tersebut. Ya saya rasa saya akan
tetap menjadi seperti saat ini jika saja orangtua saya memberikan nama yang
lain kepada saya, tapi.... akankah itu masih tetap saya?! Rasanya agak
meragukan... bingung? Oke, aku juga bingung! #skip
Waktu kecil saya
pernah mendengar bahwa sempat saya akan dinamakan Andi Bunga Wali. Tetapi tidak
jadi... mungkin karena Aba’ saya yang bukan keturunan darah biru, ya ialah
darah Aba saya merah sehingga saya tidak pantas menyandang nama tersebut
atau Aba’ saya sendiri yang menolaknya dengan alasannya sendiri. Saya pun
dinamakan Dwi Ananta Sari. Yang setahuku diambil dari bahasa sansekerta.
Dwi yang berarti
dua, berhubung saya memang anak ke dua. Ananta yang berarti, baiklah bagian ini
akan panjang... ada beberapa sumber terkait nama Ananta. Pertama nama Ananta
dari bahasa sansekerta berarti tanpa akhir/kekal (disimbolkan dengan angka
delapan yang rebah itu) akan tetapi ketika agama Hindu memasuki Jawa dan
mengalami asimilasi, Ananta berganti makna menjadi pemimpin yang jeli. Dalam
mitologi India, Ananta sendiri adalah nama naga putra dari Dewi Kadru dan
Kashyapa. Dalam mitologi Bali diceritakan Anantaboga adalah ular raksasa yang
tinggal di khayangan, saat awal penciptaan dunia, Anantaboga yang sedang
bermeditasi berubah menjadi seekor penyu raksasa bernama Bedawang. Ia membawa
dunia di atas punggungnya, jika ia bergerak maka akan terjadi gempa atau letusan
gunung berapi. Di mitologi India sendiri, Anantaboga bersama dua naga lainnya
mendukung dunia manusia di atas kepalanya (Mungkin ini yang menyebabkan saya
sering sakit kepala dan punggung saya sering pegal-pegal! Duh!) Dan dalam
penganut spritual kejawean, Anantaboga adalah tali energi yang menghubungkan
manusia melalui cakra mahkota dengan Sang Maha Pencipta. Fyiuhhhhh... dan Sari
sendiri berarti Putri... Jadi Dwi Ananta Sari berarti... (silahkan simpulkan
sendiri)
Di rumah dan
dilingkungan keluargaku, saya dipanggil Winta. Yang merupakan penggabungan dari
huruf-huruf terakhir Dwi Ananta. Orangtua saya memang sangat
kreatif. Saya pun tumbuh dengan mengenal diri saya sebagai Winta, baru ketika masuk sekolah saya dipanggil dengan Dwi. Itu pun hanya dikalangan teman
sekolah dan guru saja. Awalnya saya sangat membenci panggilan Dwi itu, nama
saya itu sering diplesetkan oleh teman-teman menjadi Duit. Saya sangat marah
saat itu. Tapi lama kelamaan panggilan Dwi itu terasa indah di telinga saya,
saya belajar menyukainya. Semakin bertambahnya umurku semakin banyak pula
panggilanku, mulai dari Dwee, Dweedy, Wee, Wii, Ananta, hingga Nan dan Bun.
Hihihi
2.
Sindrom QueenBee
Ada yang tahu
ini sindrom seperti apa?! Gak ada?! Jadi istilah ini kubuat sendiri untuk
menyebutkan tingkahku yang suka menjadi pusat perhatian... Jika diibaratkan
sebuah pesta, aku sangat ingin berada di tengah ruangan dan dikerumuni oleh
orang-orang yang memuja dan memujiku. Dan jika saya tidak mendapatkan perhatian
itu, seringnya saya menjadi badmood, cemberut, dan akhirnya ngambek. Tidak lama
si, setelah itu saya beranggapan orang-orang itulah yang tidak tau tatakrama,
tidak sopan nan merugi karena nyuekin manusia sepenting saya... HAHAHAHA...
3.
Saya pusat dunia!
Hmmm... ini satu
lagi sifatku yang kusadari songong banget. Mau apa lagi ya memang sudah seperti
inilah saya...
Saya sering
menyangka saya adalah pusat dunia. Dunia bergerak atas kehendak saya (tapi gak
sampai mau menyamai Sang Kekasih kok) dan sesuai keinginan saya. Apa yang saya
harapkan, dunia dan seluruh semesta ini akan bersegera mewujudkannya. Mungkin
ini memang songong, tapi saya menyebutnya sikap yang optimis!
4. Egois!
Baiklah... saya
mengakui diri saya itu egois. Saya tidak bisa mengutamakan kepentingan orang
lain dan kesenangan orang lain diatas kepentingan dan kesenanganku. Saya
meyakini, bahwa hal tersebut seperti cinta, kau tidak akan dapat memberikan
cinta jika tidak memilikinya, jika tidak merasakannya terlebih dahulu... Lagian
saya paling tidak suka dengan pengorbanan.
Jika dihadapkan
pada persoalan yang menuntut pengorbanan, saya akan berusaha mencari jalan
keluarnya. Berkompromi, tawar-menawar, sehingga saya tidak perlu berkorban
selayaknya martir. Untungnya saya tidak dilahirkan sebagai Nabi ya ._.
5.
Sombong dan ramah. Jutek dan murah senyum.
Bagi orang yang
tidak mengenalku, yang hanya melihatku saja, mereka akan mengira saya orang
yang sombong dan jutek. Ini mungkin karena saya tidak suka berbasa-basi, bibir
tanpa sadar sering tertekuk kebawah seperti orang yang cemberut dan jika jalan
pandanganku selalu lurus ke depan dan daguku pasti terangkat beberapa centi.
Untuk yang telah mengenalku atau setidaknya pernah berkenalan denganku
pasti mengatakan (pada akhirnya) aku ini
orang yang sangat ramah dan sering memamerkan senyum kelihatan gigiku
kemana-mana. Yahhh kecuali jika saya memang tidak menyukai orang itu...
6.
Banyak cita-cita tetapi tidak ada ambisi.
Cita-citaku itu
jika dituliskan di selembar kertas folio akan memenuhi halamannya, depan mau
pun belakang. Dulu, ketika masih labil dan hidupku dipenuhi amarah dan
ketergesaan, aku membuat list mimpi-mimpi ku dan target untuk mencapainya.
Juga cara-cara bagaimana saya bisa mencapai cita-citaku itu. Semua hal yang
kulakukan adalah untuk segera mencapai cita-cita tersebut.
Kini, setelah
saya jauh lebih tenang dan mungkin jauh lebih dewasa dalam berpikir, saya pun
lebih santai dalam menyikapi hidup ini. Saya lebih banyak menikmati hidup dan
alam disekitarku. Lebih banyak bersantai dan pada akhirnya tidak terlalu ngoyo,
harus, wajib, kudu, untuk meraih cita-citaku itu.
Biarkan semuanya
mengalir... pada akhirnya arus itu akan membawaku ke sana. Cepat atau lambat...
dan jika saya meninggal dan masih banyak cita-citaku yang belum tercapai,
anggap saja itu bonus, bonus demi bertemu lebih cepat dengan Sang Kekasih.
7.
Punya banyak hobby
Selain cita-cita
yang banyak, saya pun punya hobby yang banyak. Saking banyaknya hobby ku itu,
dalam sehari, dua-puluh-empat-jam, saya tidak akan bisa menekuni semuanya.
Ditambah lagi saya tipe orang yang tidak bisa mengerjakan dua hal secara
bersamaan. Harus fokus mengerjakan satu hal itu. Kata Pai, karena banyaknya
hobbyku itu, saya tidak bisa serius mendalami salah satunya, sehingga semuanya
terkesan setengah-setengah. Hmmm...
8.
Tidur dan bermalas-malasan
Tidur itu
anugrah yang diberikan Tuhan pada kehidupan kita! Jadi... selagi masih bisa
tidur, dimana pun dan kapan pun manfaatkanlah sebaik-baiknya!
Saya bisa tidur
dalam situasi apa pun dan pas bangun langsung seger dan cantik. Juga dalam
posisi apa pun! Mau berbaring, duduk, mau pun berdiri, saya bisa tertidur
pulas. Dan ya, jika bisa memilih, saya hanya ingin tidur seharian dibandingakan
melakukan pekerjaan lainnya! Hahaha...
9.
Malas ke rumah sakit
Bagi saya, rumah
sakit itu memiliki aura terkelam dan memiliki banyak energi negatif. Kesedihan,
penyakit, kedukaan, air mata, bau antiseptik bercampur luka yang membusuk, dan
setan! Semua yang menyeramkan bercampur baur di sana...
Mungkin juga
ketidaksukaan saya terhadap rumah sakit karena saya punya beberapa pengalaman tidak
menyenangkan di rumah sakit...
Pertama, sewaktu
bayi, katanya saya sering keluar masuk rumah sakit, karena sewaktu bayi itu
saya sakit-sakitan, bahkan pernah mati suri. Dokter sudah menyatakan saya
meninggal, Andi’ sudah pinsan, dan keluarga yang lainnya sudah berurai air
mata... ehhh... saya hidup kembali... Bagaimana rasanya meninggal? Entahlah
saya saja tidak ingat kejadian itu. Tapi mungkin jauh di bawah alam sadar saya
mengingatnya sehingga begitu ngeri berada di rumah sakit.
Kedua, sewaktu
TK, Aba’ pernah masuk rumah sakit selama dua minggu (atau sebulan? Saya lupa),
rumah sakit itu punya peraturan yang ketat, saya yang masih kecil tidak
diperbolehkan masuk ke rumah sakit itu. Saya hanya boleh sampai di depan pagar
rumah sakit, sebentara Aba’ tidak bisa keluar dari kamar rawatnya. Saya hanya
bertemu dengan Andi’ lalu berpisah lagi karena beliau yang menunggui Aba’ dan
saya tinggal bersama nenek. Saya ingat saya menangis meraung-raung saat itu.
Dalam pikiran ku saat itu, saya ditinggalkan dan entah kapan akan bisa bertemu
Aba’ dan Andi’ lagi.
Ketiga, sewaktu
di Jakarta, menemani Andi’ melakukan pengecekan rutin penyakitnya (apa
kemoterapi ya? Lupaaaaa). Biasanya pengecekan itu berlangsung lama, saya dan
kakak seringnya pergi ke moll (yang berada tidak jauh dari rumah sakit
tersebut) lalu kembali lagi menemui Andi’ di rumah sakit dan bersama-sama
pulang ke rumah. Seperti saat itu setelah izin ma Andi’ kami pun pergi. Saat
kembali ke rumah sakit, kamar tempat Andi’ berada, susternya pada kasak-kusuk
keluar masuk, kaget kami pun segera masuk ke dalam. Andi’ sedang dipasangi
bantuan pernapasan dan terlihat sangat menyedihkan. Beliau anfal... saya dan
kakak ketakutan dan langsung menangis. Suster meminta kami keluar dan menunggu.
Rasanya hari itu adalah hari yang teramat panjang dan menakutkan buat saya.
Belum lagi orang-orang di rumah sakit yang memandangi kami dengan pandangan
ingin tahu dan kasihan melihat kami yang menangis sesegukan.
Keempat, pada
hari natal setelah berkunjung ke rumah teman yang merayakan natal, saya
menemani teman (teman yang lain, bukan yang merayakan natal) mengantarkan modem
untuk keluarganya yang sedang dirawat di rumah sakit. Rumah sakit itu memiliki
dua gedung yang terpisah, depan dan belakang. Keluarga teman saya ini di rawat
di gedung belakang di lantai kesekian. Kami pun masuk ke gedung belakang
tersebut dan naik lift menuju kamar sang keluarga. Setelah itu kami pun menaiki
lift yang sama untuk turun ke bawah. Pas sampai di lantai dasar, loh kok
beda?!! Tidak seperti pemandangan sebelum kami tadi naik ke atas. Kami pun
mencari pintu keluar. Pas kami keluar... sadarlah kami berada di gedung depan
rumah sakit tersebut... awalnya kami bengong, lalu saling berpandangan,
kemudian lari ta’buccu (entah bahasa Indonesia-nya apa).
Kelima, keenam,
ketujuh, kedelapan, dan seterusnya... semakin lama saya semakin sering bertemu
dan berpapasan dengan keanehan rumah sakit. Bahkan saya pun paham bagaimana melihat
orang sakit yang sepertinya tidak akan pulang ke rumahnya dalam keadaan masih
bernyawa...
10.
Kecoak dan binatang melata
Saya jijik
banget dengan kecoak. Kecoak itu jelek dan super duper rantasa’. Tidak masalah
jika hanya melihat gambarnya atau dia berada dalam satu ruangan denganku, hanya
saja jangan sampai kecoak itu menyentuh tubuhku. Sudah dipastikan saya akan berteriak histeris! Dan paling horor itu jika kecoaknya terbang-terbang tanpa
tujuan, ihhhhhh *merinding*
Untuk binatang
melata saya punya ketakutan besar terhadap mereka. Entah mengapa... mereka
menyeramkan saja pokonya (sengaja tidak menuliskan reptil, soalnya saya tidak
takut ma kura-kura atau pun penyu, tetapi sangat takut ma kelabang, lipan, dan
kaki seribu)!!! Melihat gambarnya saja atau menontonya di natgeo wild saya
langsung pucat dan segera mengganti cannelnya. Kecuali si binatang melata di
gambarkan imut nan cute seperti di film kartun atau ilustrasi buku anak-anak
ya. Oh ia saya juga tidak keberatan dengan ulat bulu, dia imut soalnya.
11.
Tidak suka ditolak
Jadi gini, saya
merasa sangat malu, harga diriku terinjak-injak, dan sakit banget jika saya
meminta tolong tetapi permintaan tolong ku itu tidak ditanggapi atau pun
ditolak. Entah... (mungkin juga termasuk jika cinta saya ditolak) Hahaha
12.
Segan meminta tolong
Saya orangnya
sangat tidak enakkan jika harus merepotkan orang lain, selama apa pun itu bisa
kukerjakan dan kuselesaikan sendiri, saya akan mengerjakan dan menyelesaikannya
sendiri. Barulah jika hal tersebut benar-benar tidak lagi dapat kukerjakan dan
kuselesaikan sendiri, atau masalahnya sudah sangat gawat, barulah aku
menabahkan diri meminta pertolongan orang lain. Karena itu jika saya meminta
tolong setelah penabahan hati itu dan ternyata tidak ditanggapi/ditolak saya
merasa seperti poin di atas, kadang juga karena tidak ingin merasakan perasaan
seperti poin di atas, saya tidak meminta pertolongan kepada siapa pun, seya
menanggungkannya sendiri. Tapiiii baik poin 11 dan 12 itu tidak berlaku
terhadap Pai!!! Hahahaha...
13.
Cengeng sekaligus berhati batu
Bingung ya?!!
Saya pun bingung!!!
Hahahaha... Hmmm... Jadi saya itu cengeng banget, jika sedih menangis, jika
bahagia menangis, jika marah menangis... saya mudah terharu (dan menangis) pada
hal-hal yang membahagiakan, seperti pernyataan cinta, kisah kesuksesan
seseorang yang mati-matian mendapatkannya, adegan kasih sayang antara orangtua
dan anaknya (bahkan pada hewan), adegan kasih sayang antara suami-istri, adegan
kasih sayang guru dan murid, antar saudara dan lain-lain. Juga saya mudah
bersedih (dan menangis) pada kemalangan orang lain dan musibah-musibah yang
terjadi, bencana alam, perang, pembantaian umat manusia, pembantaian hewan dan
pengrusakan alam dll.
Tapi sekaligus
saya tidak bisa bersimpati (apalagi meneteskan air mata) pada kemalangan orang
yang diakibatkan oleh kebodohan atau salahnya sendiri, apa lagi jika orang itu
berlama-lama larut dalam kemalangannya, begitu betah berada di dalamnya dan
tidak mau berusaha untuk bangkit, pada kisah cinta yang berakhir tanpa
diperjuangkan, pada orang malang yang disakiti tetapi memilih diam dan tidak
melawan, dan pada kematian seseorang yang terjadi dengan wajar dll.
14.
Bosenan
Untuk hal-hal
yang monoton, berulang terus menerus dalam segala aspek kehidupan saya, saya
pasti akan bosan, tidak betah, dan memilih meninggalkannya. Kadang di saat
menulis, tiba-tiba saja saya merasa bosan dan segera meninggalkannya, menonton
drama tiba-tiba saja bosan, juga dalam hubungan dengan seseorang, makanya dulu
saya sangat tidak betah berpacaran lebih dari dua bulan, hingga berkuliah dan
tau-tau saja disemester enam bosan dan memilih keluar. (Tapi hal ini tidak
berlaku pada Pai dan tidur)
15.
Menyukai perbedaan
Mungkin ini
terkait juga dengan sifatku yang bosenan, saya sangat suka melihat perbedaan,
keberagaman, dan menjadi unik. Tidak terbayangkan jika di dunia ini rupa
manusia sama semuanya, cantik semuanya... pasti sangatlah membosankan... atau
yang paling ekstrim saya pernah membayangkan dunia ini hanya memiliki satu
negara, satu pemerintahan, dan satu agama.... hih! Seramnya!
Aku juga selalu
ingin menjadi berbeda dari orang kebanyakan apa lagi dalam hal penampilan...
Paling menyebalkan jika kesebuah acara atau ke mol dan menemukan orang lain
memakai pakaian atau sepatu atau tas yang sama dengan yang ku pakai.
16.
Tidak bisa berbasa-basi
Bagi saya berbasa-basi
itu perihal yang sangat melelahkan dan menguras banyak tenaga. Juga membosankan
dan menyebalkan. Kenapa orang-orang tidak langsung saja berbicara intinya?!!
Mengapa perbincangan selalu dimulai dengan basa-basi busuk ini? Dan kenapa
memangnya kalo tiba-tiba saya malas berbicara dan hanya diam seharian? Haruskah
saya mengeluarkan perkataan yang tiada guna?
17.
Susah mengingat nama
Sering ketika
bertemu seseorang yang saya kenal tetapi namanya saya lupakan,saya hanya
tersenyum super manis dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan super standar saja;
Apa kabar? Dengan siapa? Sudah lama saya menyerah memeras otak mengingat
nama-nama itu, dia akan muncul sendiri kepermukaan pada akhirnya. Seperti mayat
yang dibuang ke air suatu saat pasti akan terapung kembali... #plak kecuali bila habis disantap ikan maupun buaya ya...
18.
Sakit gara-gara buku
Ia saya sering
sakit gara-gara buku, apalagi kantong saya. Kasian... seringnya kanker... belum
lagi stres yang ditimbulkan jika saya menginginkan sebuah buka tetapi tidak punya
uang. Hati yang berdara-darah ketika ke bazar buku atau ke gramedia atau
mengintip toko buku online tetapi tidak punya uang. Ituuuuuu... sakit....
sakit... Sakit... SAKIT!!!!!!!
Hwahahah... oke
ini serius, saya pernah sakit seminggu gegara buku, dua kali malah;
Pertama karena
buku Harry Potter and The Orde of Phoenix dan Eragon, sewaktu kelas dua SMP,
saat itu saya baru pulang membeli buku tersebut, kalau tidak salah hari Minggu,
dan langsung membacanya maraton dalam waktu 26 jam tanpa makan mau pun tidur.
Hanya minum, berhenti ketika buang air kecil, mandi dan berpakaian lalu
berangkat ke sekolah, di sekolah saya tidak memperhatikan guru terus membacanya
di bawah meja, bahkan ketika pup saya tetap membacanya. Alhasil saya demam
selama seminggu, panasku turun naik, sempat dikira DBD, pas di bawa ke dokter
katanya hanya kecapekan ._____.
Kali kedua
karena buku Harry Potter and The Deathly Hollows, saat itu kelas tiga SMP,
kasusnya hampir sama kecuali saya membacanya dari sore hari sepulang membelinya
hingga azan subuh berkumandang. Alhasil saya diare dan muntah-muntah seminggu.
Kenapa harus
seminggu ya sakitnya?
19.
Alergian dan punya kulit super duper
sensitif
Punya antibodi
super duper protektif ya beginilah jadinya...seperti saya. Ada beberapa alergi
yang kuderita...
Pertama, aku
alergi pada seafood. Ia seafood! Ikan, udang, cumi, kerang dll. Masalahnya aku
tinggal di daerah pesisir dengan kekayaan lautnya dan juga saya memang sangat
menyukai seafood. Jadi meskipun alergi, aku tetap memakannya, sejauh reaksi
yang ditimbulkannya hanya berupa gatal-gatal di badan, lidah dan tenggorokan.
Untuk ikan aku terbilang pilih-pilih, harus dimasak dengan baik dan bau amisnya
hilang, jika tidak sudah bisa dipastikan aku akan muntah-muntah. Paling parah saat
makan lobster, mata, hidung dan mulut ku membengkak seperti balon yang ditiup.
Tapi kalau dimasakin lobster lagi kayaknya mau tetap ku makan deh, habis enak
banget!!! Hhahaha... tinggal ngedem di rumah kan sampai bengkaknya hilang.
Kedua, debu!!!
Saya tidak bisa banget terpapar debu atau berada di dalam ruangan yang banyak
debunya. Saya pasti akan bersin-bersin, meleran, bahkan bisa sampai demam.
Belum lagi kulit saya akan gatal-gatal (padahal saya malas mandi). Makanya tiap
keluar rumah naik motor, saya memakai helm yang ada penutup mukanya. Saya pun
rajin bersih-bersih, terutama kamar, meski pun ini serasa memakan buah
simalakama, tidak bebersih, debu yang menempel membuat saya meleran, bebersih
apa lagi.... huftttt makanya Pai menyediakan masker yang banyak buat saya.
Ketiga saya
tidak bisa terpapar sinar matahari secara terus menerus atau berada di tempat
yang sangat gerah dan lembap. Akan muncul biji keringat di tubuh saya yang
gatalnya bukan main dari telapak kaki
hingga kulit kepala. Akhir-akhir ini Makassar panas sekali, saya pun menjadi rajin mandi, dua kali sehari... hiks...
Keempat tidak
bisa berada di tempat yang (sangat) dingin terlalu lama, kulit saya akan bentol-bentol kecil (masih di seluruh tubuh), dan jika bentol-bentol itu
disentuh atau tergesek-gesek dengan kain akan menyatu menjadi bentolan yang
semakin besar dan luar biasa gatal...
20.
Mandiri tetapi sebenarnya sangat manja
Nah ini
membingungkan juga ya?!! Hahaha
Sebagai anak
bungsu dan berbeda lima tahun dengan kakak, saya terbilang cukup dimanja.
Apalagi ketika kakak masuk SMP, dan saya naik kelas dua SD, kakak tinggal di
rumah tante yang lokasinya dekat dari sekolahnya, semakin dimanjalah saya,
serasa anak tunggal. Sebagian besar keinginan saya dituruti, setiap hari
dimasakkan makanan kesukaan saya, dll.
Karena itulah
saya menjadi anak yang manja, hanya saja situasi yang membuat saya harus
menjadi mandiri dan tidak bisa (tidak ingin tepatnya) mengandalkan orang lain.
Saya merasa dengan mengandalkan orang lain, menggantungkan hidup pada orang lain,
orang itu punya kuasa yang sangat besar untuk menyakitimu jika ia
meninggalkanmu. Saya tidak menyukai perasaan itu. Selain itu saya tidak suka
dibantu karena orang-orang merasa kasihan kepadaku. Ah ia saya sangat benci
dikasihani!
Tapi jauh di
dalam sana saya masihlah seorang anak yang manja... senangnya saya menemukan
seseorang yang membuatku bisa menanggalkan kemandirianku dan menjadi super
manja padanya. Bahkan meskipun dia sebel dengan sifatku yang manja itu, sering
ngomel-ngomel, saya tidak peduli! HAHAHAHA...
Fyuhhhhh.... selesai deh...
panjang amat yak -___-“
Beranikah kau mengungkap 20 fakta
tentang dirimu???
17 komentar
Ada beberapa kali saya membaca (tidak berlaku pada Pai). Yaeyalah kalo berlaku maka niscaya kau akan merugi NGAHAHAHAHA.
ReplyDeletebtw ya. Kalau perkara rumah sakit awalnya juga gue benci Dwe. Tapi semakin gue benci semakin pulalah gue bolak balik rumah sakit. SAKIT DOMPET GUE DWE. SAKIT. PEDIH.
Dan satu lagi. Kenapa ga lu masukin fakta tentan orang2 yang patah hati setelah mendengar suaramu berkicau cerempeng dan membuyarkan imajinasi tentang sosokmu. SEHARUSNYA KAU MASUKAN JUGA NYONYA PAI!
dah ah...nyampahnyaaaaa
Tolong jelaskan meruginya seperti apa tante?
DeleteSyukurnya semenjak bisa mengingat aku belum pernah diopname di rumah sakit Bin .-.
Suara imutku memang sering membuat orang terkejut ya ^^ tapi syudahlah cuma 20 fakta soalnya, gak cukup tante...
halo salam kenal :)
ReplyDeleteAku juga ditag di fb buat bikin 20facts kaya gini. Nice try :) tapi aku bingung banget mau mulai darimana, kl disuruh ngungkapin 20 fakta ttg diri sendiri aku pikir mungkin terlalu kebanyakan, tapi pas aku udah mulai ngetik eh malah kayanya kurang banget, sampe mikir lagi "asli nih cuma disuruh 20 aja"? hahahahhaha
Hay salam kenal juga ^^
DeleteHihihi temanku banyak yang merasa seperti itu juga, tapi aku enggak si, beberapa kali aku berhenti karena bosa. ^^V
sama mak, aku juga suka susah ingat nama :)))
ReplyDeleteEh ia mak, kok gitu ya?!! Hahaha
DeleteHeh! Kayaknya gue bakal kebirit-borit dah kalo ketemu Nyonya Pai. Ratu ulaaaar meeen. :(((
ReplyDeleteAPE DEH LOH JUL!!! Hah! Aku ratu naga dong >.<
DeleteNomor 5 Dwi, iya bingits... iya bingits. Hahaha
ReplyDeleteBut, so glad to know you :* *peluk kangen*
Toss Dhan!!! Hahaha
DeleteGyaaaaa ku juga kangen! Kapan ke Makassar?!!
Ini napa kak dwi kaya mak nia, mahahaha panjang beut tesisnya ya Allah T_T
ReplyDeleteEh aku juga gak suka ke rumah sakit kak, kalo lagi sakit, usahain buat kuat supaya gak sampe kedokter karena gak suka sama baunya. Barulah nanti kalo diem-diem dan udah parah baru dibawa ke dokter :)) makanya kalo sakit jarang ngomong. .
Mungkin kami sama-sama berbakat narsis .-.
Deletenah itu Lia! ITU!!!
Lengkap sudah itu haaaa, Salam kenal
ReplyDeleteOkeh, Bunda Winta, akhirnya ik kelar juga bacanya, Ya Allah panjanga amat yaakkkk...
ReplyDeletePaling suka bagian penjelasan namanya, itu Allahu Akbar...bisa amat sedetil ituh, hih!
Sungguh panjang tesis kali ini. Ohohoho.
ReplyDeleteSaya sempat berpikiran kalau ortunya Bunda Winta ini penggemar Pramoedya Ananta Toer, jadi anaknya ada 'Ananta'nya. Hik.
Btw, siapa juga yang suka RS dah. T.T
Filosofi namamu kak... bikin aku pusing membacanya. Namaku bahkan nggak ada arti sepenting itu bhahaha :))
ReplyDeleteWaaaaa Kak Dwee waaaa~~~
ReplyDeleteTerimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.