Kisah Rewa
11:23 am
Peringatan ayahnya sewaktu kecil terngiang-ngiang di
kepalanya, “Janganlah kau pergi bermain-main terlalu jauh, apalagi sampai
mendekati pantai atau perahu-perahu yang lewat. Kau bisa celaka! Di sana ada
manusia yang siap menangkapmu! Kita ini ikan, dan seperti ikan yang lainnya
kita adalah makanan manusia. Kau pasti tidak ingin sampai ditangkap oleh mereka
dan berakhir dipanggang di atas api atau digoreng di minyak yang panas atau
direbus di air yang mendidih. Atau mungkin nasipmu akan lebih buruk, tubuhmu
akan dibelah dua dan dijemur hingga kering atau dipotong-potong hingga kecil lalu
dilumatkan dan dijadikan nugget. Hal itu sepengetahuanku sedang tren di dunia
manusia sana. Mereka menyebutnya... hmmm... apa ya? Sedikit sulit
pelafalannya... diverfikasi? Diservikasi? Ah ya, diversifikasi!!! Celakalah kau
nak jika kau sampai tertangkap oleh mereka. Sedapat mungkin bermain-mainlah
ditempat dimana kau memiliki tempat untuk bersembunyi, di padang rumput laut,
di padang lamun, atau di padang terumbu karang. Dengarlah pesanku ini nak!
Jadilah anak yang penurut...”. Ironis. Dia baru teringat pesan ayahnya itu
ketika dia tengah menggelepar-gelepar di atas sebuah perahu, meregang nyawa.
Sebentara itu manusia-manusia yang menangkapnya membicarakan sebuah pesta di
tepi pantai saat senja nanti, dimana dia akan menjadi makanan utamanya.
*****
![]() |
Gambar diambil di sini |
Di perairan ini siapa yang tidak mengenal si Rewa,
ikan pemberani yang senang bertualang. Tubuhnya yang panjang membulat dipenuhi
sisik-sisik kecil berwarna sawo matang dan bertotol-totol hitam, membuatnya
seperti macan kumbang, hewan di daratan sana. Mulai dari padang terumbu karang
hingga laut lepas kedalaman 300 meter telah ia jelajahi. Mulai dari padang
lamun di pantai tempat bocah manusia bermain air hingga di muara sungai dimana
air mulai terasa berbeda telah ia telusuri. Petualangan telah mengaliri setiap
pembuluh darahnya. Ia pun merasa ia dihidupkan demi itu, demi menyecap
kebahagian dari tempat-tempat indah yang ada di sekitarnya, dari teman-teman
baru yang ia jumpai di setiap perjalanannya. Bukankah hidup itu indah? Bukankah
dunia ini indah? Lalu mengapa ia tak boleh menggunakan kehidupannya untuk
melihat keindahan dunia sekitarnya? Mengapa ia harus seperti mereka yang hanya
diam di rumah demi sebuah rasa aman?
Sewaktu kecil dia tidak diperbolehkan berenang seorang
diri, paling tidak ia harus ditemani salah seorang kakaknya. Dan jika
bermain-main pun dia tidak boleh jauh-jauh dari rumah, ayahnya sangat keras
dalam hal itu. Sebagai anak yang baik, Rewa berusaha mematuhi segala peraturan
orangtuanya, meskipun dia sangat penasaran dan rasa ingin tahunya selalu saja
membuatnya melanggar peraturan itu. Tak jarang ia memang mendapatkan hukuman
dari ayahnya, selama waktu yang ditentukan ia tak boleh keluar rumah. Saat
seperti itu ia berjanji tak akan lagi mengulangi kenakalannya, tapi jika telah
diperbolehkan keluar rumah, dia pun segera melupakan janjinya itu.
Perjumpaannya dengan kakek penyu hijau yang telah
mengarungi samudra dengan menumpang arus membuatnya bermimpi tentang dunia di
luar sana. Bisakah dia seperti si kakek penyu hijau? Mengendarai arus dan
mengarungi samudra? Melihat hal-hal yang belum pernah ia lihat seperti yang
diceritakan si kakek penyu hijau? Saat menceritakan mimpinya itu kepada
ayahnya, Rewa malah mendapatkan hukuman tak boleh keluar rumah lagi. Kali ini
hukumannya berlangsung sangat lama membuatnya marah dan sakit hati, apalagi
saat menceritakan mimpi-mimpinya itu saudara-saudaranya menertawakannya. Hanya
ibunya yang memaklumi mimpinya, meskipun beliau tetap tidak mendukung mimpi itu
tapi setidaknya ia tidak menertawakannya atau pun memarahinya.
Di suatu hari, saat dia masih menjalani hukumannya,
ayahnya memanggilnya. Ayahnya mengajaknya keluar dan mengatakan banyak hal
kepadanya. Tentang riskannya hidup seekor ikan, tentang pendeknya masa hidup
mereka tak seperti si kakek penyu yang mampu hidup seratus tahun lamanya
sehingga dapat menyusuri samudra-samudra yang luas terbentang... “Kita ini ikan
nak, hidup untuk berkembang biak. Untuk meneruskan keturunan agar kita,
ikan-ikan seperti kita tetap ada hingga akhir dunia. Hidup kita sudah cukup
sulit dengan gemarnya manusia dan bahkan ikan-ikan pemangsa lainnya menjadikan
kita makanannya, kau tak perlu membuatnya bertambah sulit dengan ide-ide
konyolmu tentang petualangan. Kau hanya perlu mahir menangkap mangsamu dan
bersembunyi jika ada musuh lalu seperti ayah ini, memiliki banyak anak. Itu
saja yang perlu kau lakukan.”
Rewa hanya diam dan menganggukkan kepalanya. Untuk
sebentara mimpi-mimpi tentang bertualang itu pun dikesampingkan.
*****
Satu per satu saudara-saudara Rewa meninggal, begitu
juga dengan ibunya. Sekeras apapun mereka berusaha untuk berhati-hati, belajar
untuk bersembunyi pada akhirnya mereka pun “pergi”. Begitu pun dengan ayah Rewa.
Di hari yang naas itu setelah beberapa saudaranya tersangkut
di sebuah jaring besar yang dilemparkan dari atas oleh manusia, ayahnya yang
bersembunyi di balik karang kehilangan kewaspadaanya dan tidak menyadari yang
ia sangka karang adalah gurita yang sedang menyamar, sekejap saja ia telah
dicengkram tentakel dan hilang dalam kerongkongan gurita itu...
Hal itu, beserta hal-hal lainnya yang menimpa
saudara-saudaranya, membuat Rewa memikirkan banyak hal. Bukankah pada akhirnya
semua hal akan mati, hilang, lenyap dari bumi ini? Sekeras apapun ia berusaha
bersembunyi pada akhirnya toh ia akan mati juga? Seharusnya ia menikmati
hidupnya... Maka Rewa pun memutuskan, akan melaksanakan mimpinya, mungkin
takkan bisa seperti kakek penyu hijau, tapi setidaknya dia bisa berenang
semampu siripnya membawanya.
*****
Dan dimulailah petualangan-petualangan Rewa si ikan...
(BERSAMBUNG)
#Jumatulis adalah latihan menulis, atau boleh juga dikatakan sebagai proyek menulis, bersama beberapa teman dari grup @klubbuku. Setiap minggu akan ada lima kata yang ditentukan salah satu anggota secara bergiliran, yang akan kita kembangkan menjadi sebuah tulisan yang di posting setiap hari Jumat di blog masing-masing. Panjang tulisan mau pun jenis tulisan tidak ditentukan, boleh berupa fiksi mau pun nonfiksi, bisa berupa cerpen, puisi, atau pun artikel. Bebas sesuai inspirasi ^^
Mulai dua minggu yang lalu, lima kata itu harus berada di paragraf pertama...
0 komentar
Terimakasih atas komentarnya :) Maaf untuk yang meninggalkan komen dengan link hidup, terpaksa saya hapus. Juga yang komennya dibaca brokenlink terpaksa saya hapus.